Anda di halaman 1dari 17

“ LEMBAGA HALAL DI DUNIA,

SESEMBELIH HEWAN HALAL”

Disusun oleh :
Eneng Nujannah
Lulu Fadhila
A. Administrasi Sertifikasi Produk
Halal

Masalah halal dan haram bagi ummat Islam adalah


sesuatu yang sangat penting, yang menjadi bagian dari
keimanan dan ketaqwaan. Perintah untuk
mengkonsumsi yang halal dan larangan menggunakan
yang haram sangat jelas dalam tuntunan agama Islam.
Dalam al-Qur’an surah Al-Baqarah (2) ayat 172, Allah
SWT berfirman :
172. “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar kepada-Nya kamu menyembah”.
B. Registrasi untuk Sertifikasi Produk
Halal
Mendapatkan sertifikat halal dalam membuat
makanan minuman dan obat obatan yang akan
dikonsumsi oleh masyarakat adalah suatu hal yang
sangat penting yang harus dijalani oleh suatu
perusahaan pembuat makanan, minuman dan obat-
obatan.
Sertifikasi halal adalah fatwa tertulis Majlis Ulama
Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk
sesuai dengan syari’at Islam.
Sertifikasi halal ini merupakan syarat untuk
mendapatkan ijin pencantuman lebel halal pada
kemasan produk dari intansi pemerintah yang
Lanjutan...
Berikut ini adalah tahapan yang harus dilewati perusahaan
yang akan mendaftar proses sertifikasi halal :
1. Memahami persyaratan sertifikasi halal dan mengikuti
pelatihan Sistem Jaminan Halal (SJH).
2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)
3. Menyiapkan dokumen sertifikasi halal
4. Melakukan pendaftaran sertifikasi halal
5. Melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad
sertifikasi
6. Pelaksanaan audit
7. Melakukan monitoring pasca audit
8. Memperoleh sertifikat halal
C. Lembaga Yang Berwenang
Menyertifikasi Halal Produk Makanan,
Minuman Dan Obat-Obatan
Lembaga yang berwenang menyertifikasi produk
halal adalah MUI (Majelis Ulama Indonesia). MUI
sendiri sebagai induk lemabaga yang memberikan
izin produk tersebut berlabelkan Halal ataupun
tidak di Indonesia. Selain itu, berikut ini beberapa
lembaga sertifikasi halal yang di akui MUI di
mancanegara antara lain :
NO Nama Lembaga Asal Negara

1 Majelis Ugama Islam Singapore (MUIS) Singapura

2 Islamic Culture Center Kyushu (ICCKyu) Jepang

3 Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) Malaysia

4 Supereme Islamic Council of Halal Meat In Australia Australia

5 Halal Certifikation Council (HCC) Australia

6 Al Kauthar Halal Meat and Inspection Ltd New Zealand

7 Halal Food Council of Eroupe (HFCE) Belgia

8 The Grand Mosque of Paris Perancis

9 Halal Quality Control (HQC) Belanda

10 The Muslim Food Board (U.K). Inggris


D. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal
Setelah disetujui oleh Rapat Paripurna DPR-RI pada
25 September 2014, Rancangan Undang-Undang Jaminan
Produk Halal (JPH) telah disahkan oleh Presiden RI ke-6,
Susilo Bambang Yudhoyono, pada 17 Oktober 2014.
Selanjutnya, pada hari yang sama, Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM) Kabinet Indonesia Bersatu
(KIB) II Amir Syamsudin telah mengundangkan UU
tersebut sebagai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014.
Dalam UU yang terdiri atas 68 pasal itu ditegaskan,
bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan
di Wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal. Untuk itu,
Pemerintah bertanggung jawab dalam menyelanggarakan
Jaminan Produk Halal (JPH).
1. PENGERTIAN PENYEMBELIHAN

Menurut bahasa menyembelih artinya baik dan


suci. Maksudnya, bahwa hewan yang disembelih
sesuai dengan aturan syara menjadikan hewan yang
disembelih itu baik dan suci serta halal untuk
dimakan.

Sedangkan menyembelih menurut istilah adalah


mematikan atau melenyapkan roh hewan dengan
cara memotong saluran napas dan saluran makanan
serta urat nadi utama dilehernya dengan dengan
pisau, pedang, atau alat lain yang tajam sesuai
dengan ketentuan syara’, selain tulang dan kuku,
agar halal dimakan.
2. SYARAT DAN RUKUN
PENYEMBELIHAN BINATANG
SYARAT HEWAN YANG AKAN
DISEMBELIH
a) Binatang yang disembelih tersebut merupakan
binatang yang halal, baik zatnya maupun cara
memperolehnya
b) hewan tersebut masih dalam keadaan hidup ketika
penyembelihan, bukan dalam keadaan bangkai
(sudah mati). Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ِإنَّ َما َح َّر ََم َعلَ ْي ُك َُم ْال َم ْيت َ َة‬
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai.” (QS. Al Baqarah: 173)
Lanjutan...
c) Alat-alat yang digunakan untuk menyembelih disyaratkan
sebagai berikut:
Ø Tajam dan dapat melukai atau tidak tumpul.
Ø Terbuat dari batu,bambu,besi,dan benda logam lainnya.
Ø Benda tidak terbuat dari kuku,gigi,&tulang.
‫ أ َ َّما‬، ‫ك‬ َْ ‫سأ ُ َح ِدث ُ ُك َْم َع‬
ََ ‫ن َذَِل‬ ُّ ‫ن َو‬
َ ‫ َو‬، ‫الظفُ ََر‬ ََِّ ‫َما أ َ ْن َه ََر الد َََّم َوذُ ِك ََر ا ْس َُم‬
ََ ‫ لَي‬، ُ‫ فَ ُكلُوَه‬، ‫ّللا َعلَ ْي َِه‬
ََّ ‫ْس ال ِس‬
َ َ‫الظفُ َُر فَ ُم َدى ْال َحب‬
‫ش َِة‬ ُّ ‫ظمَ َوأ َ َّما‬ ْ َ‫ن فَع‬ َُّ ‫الس‬
ِ
“Segala sesuatu yang mengalirkan darah dan disebut nama
Allah ketika menyembelihnya, silakan kalian makan, asalkan
yang digunakan bukanlah gigi dan kuku. Aku akan
memberitahukan pada kalian mengapa hal ini dilarang.
Adapun gigi, ia termasuk tulang. Sedangkan kuku adalah alat
penyembelihan yang dipakai penduduk Habasyah (sekarang
bernama Ethiopia).”
Lanjutan...
 SYARAT ORANG YANG MENYEMBELIH
Pertama:
Berakal Sehat, baik laki-laki maupun perempuan, sudah baligh atau belum
baligh asalkan sudah tamyiz. Sehingga dari sini, tidak sah penyembelihan yang
dilakukan oleh orang gila dan anak kecil yang belum tamyiz. Begitu pula orang
yang mabuk, sembelihannya juga tidak sah.
Kedua: Yang menyembelih adalah seorang muslim atau ahli kitab (Yahudi
atau Nashrani). Oleh karena itu, tidak halal hasil sembelihan dari seorang
penyembah berhala dan orang Majusi sebagaimana hal ini telah disepakati oleh
para ulama. Karena selain muslim dan ahli kitab tidak murni mengucapkan
nama Allah ketika menyembelih.
Sedangkan ahlul kitab masih dihalalkan sembelihan mereka karena
Allah Ta’alaberfirman,
ََ َ ‫طعَا َُم الَّذِينََ أُوتُوا ْال ِكت‬
‫اب ِحلَ لَ ُك َْم‬ َ ‫َو‬
“Makanan (sembelihan) ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) itu halal bagimu,
Lanjutan...
Ketiga: Menyebut nama Allah ketika menyembelih. Jika sengaja tidak
menyebut nama Allah –padahal ia tidak bisu dan mampu
mengucapkan-, maka hasil sembelihannya tidak boleh dimakan
menurut pendapat mayoritas ulama. Sedangkan bagi yang lupa untuk
menyebutnya atau dalam keadaan bisu, maka hasil sembelihannya
boleh dimakan. Allah Ta’ala berfirman,
َ‫علَ ْي َِه َو ِإنَّ َهُ لَ ِف ْسق‬ ََِّ ‫ل تَأ ْ ُكلُوا ِم َّما لَ َْم يُ ْذ َك َِر ا ْس َُم‬
ََ ‫ّللا‬ ََ ‫َو‬
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak
disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya
perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al An’am:
121)
Begitu juga hal ini berdasarkan hadits Rofi’
bin Khodij, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ُ‫ فَ ُكلُوَه‬، ‫علَ ْي َِه‬ ََِّ ‫َما أَ ْن َه ََر الد َََّم َوذُ ِك ََر ا ْس َُم‬
َ ‫ّللا‬
“Segala sesuatu yang dapat mengalirkan darah dan disebut nama
Allah ketika menyembelihnya, silakan kalian makan”.
Lanjutan...
Keempat:
Tidak disembelih atas nama selain Allah.
Maksudnya di sini adalah mengagungkan selain Allah baik
dengan mengeraskan suara atau tidak. Maka hasil
sembelihan seperti ini diharamkan berdasarkan
kesepakatan ulama. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
ََّ ‫ير َو َما أ ُ ِه‬
َِ ‫ل َِلَغَي‬
‫ْر‬ َِ ‫علَ ْي ُك َُم ْال َم ْيت َ َةُ َوال َّد َُم ََولَ ْح َُم ْال ِخ ْن ِز‬ َْ ‫ُح ِر َم‬
َ ‫ت‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah.” (QS. Al Ma-idah: 3)
Kelima:
Mumayis adalah orang yang dapat membedakan antara
yang benar dan salah.
3. SUNAH” DALAM PENYEMBELIAN
BINATANG

Membaca basmalah
Membaca shalawat nabi
Menajamkan alat
Menghadapkan kiblat
Memotong pada pangkal leher
Merobohkan ke kiri
Mempercepat proses pemotongan
4.CARA” PENYEMBELIHAN BINATANG

Ada 2 cara:
Cara mesin atau mekanik
• Hewan dimasukkan ke ruang pembiusan hingga
pingsan.
• Dipotong dengan membaca basmalah
Cara tradisional
• Pisau dipertajam
• Buat lubang darah
• Tali atau tampar
• Hadap barat atau kiblat
• Dirobohkan ke kiri
• Leher ditekan tepat lubang darah
pemotongan
5.ADAB DALAM PENYEMBELIHAN
HEWAN
1. Berbuat ihsan (berbuat baik
terhadap hewan)
2. Membaringkan hewan di sisi sebelah
kiri, memegang pisau dengan tangan
kanan dan menahan kepala hewan
ketika menyembelih
3. Meletakkan kaki di sisi leher hewan
4. Menghadapkan hewan ke arah kiblat
5. Mengucapkan tasmiyah (basmalah)
6. Mengucapkan takbir
Lanjutan...
Ketika akan menyembelih disyari’atkan membaca
"Bismillaahi wallaahu akbar", sebagaimana dalam hadits Anas
bin Malik di atas. Untuk bacaan bismillah (tidak perlu
ditambahi Ar Rahman dan Ar Rahiim) hukumnya wajib
sebagaimana telah dijelaskan di muka. Adapun bacaan takbir –
Allahu akbar – para ulama sepakat kalau hukum membaca
takbir ketika menyembelih ini adalah sunnah dan bukan wajib.
Kemudian diikuti bacaan:
1. hadza minka wa laka.”(HR. Abu Dawud 2795)atau
2. hadza minka wa laka ’anni atau ’an fulan (disebutkan
nama shahibul qurban).”atau
3. Berdoa agar Allah menerima qurbannya dengan
doa, ”Allahumma taqabbal minni atau min
fulan(disebutkan nama shahibul qurban)”.

Anda mungkin juga menyukai