Anda di halaman 1dari 22

Oleh

ALFONCIUS ROLANDO SONDAKH


102015245
Kelompok D4
 Anak usia 2 bulan dibawa ke dokter dengan
keluhan utama kuning pada seluruh
badannya. Ibu mengatakan bahwa badan
kuning terlihat sejak usia 2 minggu. Semakin
lama semakin kuning. Anak juga menjadi
rewel, kurang aktif, menangis lemah dan
malas menyusu. Riwayat demam tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan (+) sklera
ikterik, (+) jaundice di seluruh tubuh dan
mukosa, TTV dalam batas normal
 Alloanamnesis
 Identitas
 Keluhan utama  Kuning pada seluruh badan
sejak 2 minggu kelahiran.
 Keluhan penyerta  anak jadi rewel, kurang aktif,
menangis lemah dan malas menyusu.
 Riwayat penyakit sekarang ( semakin lama
semakin menguning )
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat kehamilan ( TORCH, Hepatitis B,
Antenatal care )
 Riwayat kelahiran
 Inspeksi ( jaundice di seluruh tubuh dan
mukosa, sklera ikterik )
 Palpasi ( abdomen  hepar ( P >3,5 ) dan lien
( P > 2 cm )
 Perkusi ( mis. Asites )
 auskultasi
 Tinja alkolis
 Urobilinogen dalam tinja menurun atau sedikit
saja
 Malabsorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak
 Steatore
 Uribilin dalam urin negatif
 Ikterus
 Gatal-gatal
 Hiperkolesterolemia
 Urin berwarna gelap
 Tes Darah lengkap
 Pemeriksaan feses
 Urinalisis
 Uji fungsi hati termasuk SGOT, SGPT, GGT
 Alkali fosfatase
 Pemeriksaan kadar komponen bilirubin
(bilirubin direk, bilirubin indirek, bilirubin
total)
 pemeriksaan USG 2 fase
 Ikterus neonatal et causa kolestasis
 kolestasis neonatorum adalah Kolestasis
adalah kegagalan aliran cairan empedu
masuk duodenum dalam jumlah normal.
Gangguan dapat terjadi mulai dari hepatosit
sampai tempat masuk saluran empedu ke
dalam duodenum
 Diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
 Breastmilk Jaundice
 Adalah suatu kondisi yang biasa disebut sakit
kuning karena ASI. Pada 1-2% bayi ASI ikterus
dapat disebabkan karena bahan yang dihasilkan
dalam ASI yang menyebabkan kadar bilirubin
meningkat. Kondisi ini biasanya timbul setelah
bayi berusia sekitar satu minggu dan memuncak
pada hari ke-10 sampai ke-21, namun dapat
berlangsung selama 2-3 bulan. Selama kurun
waktu tersebut, walaupun bayi banyak minum
ASI, pertambahan Bbnya bagus, BAB sering, BAK
berwarna bening, bayi sehat, aktif, lincah dan
responsif, namun bilirubinnya tetap tinggi dan
bayi tetap kelihatan kuning
 Atresia Bilier
 Suatu keadaan di mana saluran empedu tidak
terbentuk atau tidak berkembang secara normal.
Gejala biasanya dapat dideteksi dalam waktu 2
minggu setelah lahir, biasanya gejala utamanya
adalah kulit kuning yang berkepanjangan. Pada
keadaan normal bayi baru lahir tibul kuning,
pada keadaan atresia bilier kuning yamg terjadi
berkepanjangan lebih dari 1 bulan. Gejala lain
berupa tinja berwarna pucat atau berwarna
dempul dan urinnya berwarna gelap. Pada atresia
bilier sering terjadi pada anak perempuan
dengan berat badan lahir normal dan memberi
gejala ikterus dan tinja akolis lebih awal
 Mengadakan perbaikan terhadap adanya
gangguan aliran empedu
 Mengobati komplikasi yang telah terjadi akibat
adanya kolestasis
 Memantau sedapat mungkin untuk mencegah
kemungkinan terjadinya keadaan fatal yang
dapat mengganggu proses regenerasi hepar
 Melakukan usaha-usaha yang dapat mencegah
terjadinya gangguan pertumbuhan
 Sedapat mungkin menghindari segala
bahan/keadaan yang dapat menggangu atau
merusak hepar.
Medikamentosa
 Kolestiramin 1gr/kgBB/hari di bagi 6 dosis
atau sesuai jadwal pemberian susu
 Ursodioxy Cholic Acid (UDCA)3-10
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis peroral
 Gizi 
Vitamin A : 5000-25.000 IU
Vitamin D3 : calcitriol 0.05-0.2 ug/kgBB/hari
Vitamin E : 25-200 IU/kgBB/hari
Vitamin K1: 2.5-5mg : 2-7x/minggu.
 Bedah ( operasi kasai )
 Pengawasan Antenatal
 Hindari obat – obatan pencetus ikterus
 pencegahan dan mengobati hipoksia pada
janin dan neonatus
 Penggunaan fenobarbital pada ibu – ibu 1 – 2
hari sebelum partus
 Imunisasi yang baik pada bayi
 Imunisasi pada ibu hamil dan yang sudah
menikah agar terhindar dari virus dan bakteri
 Bonam
 Pada intrahepatik kolestasis
 terjadi akibat gangguan pada sel hati yang terjadi akibat:
infeksi bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary
cirrhosis primer, virus hepatitis, lymphoma, cholangitis
sclerosing primer, infeksi tbc atau sepsis, obat-obatan
yang menginduksi kolestasis. Penyebab yang paling sering
adalah penyakit hepatoseluler dengan kerusakan sel
parenkim hati akibat hepatitis virus
 Pada ekstrahepatik kolestasis
 disebabkan oleh tumor saluran empedu, kista,
penyempitan saluran empedu (striktur), pankreatitis atau
tumor pada pankreas, tekanan tumor atau massa sekitar
organ, kolangitis sklerosis primer. Batu empedu adalah
salah satu penyebab paling umum dari saluran empedu
diblokir
 Kolestasis pada bayi terjadi pada ± 1:25000
kelahiran hidup. Insiden hepatitis neonatal
1:±5000 kelahiran hidup, atresia bilier
1:10000 – 1:13000. Rasio atresia bilier pada
anak perempuan dan anak laki-laki adalah
2:1
 Kolestasis terjadi akibat gangguan sintesis dan atau
sekresi asam empedu
 Pada keadaan di mana aliran asam empedu menurun,
sekresi dari bilirubin terkonyugasi juga terganggu
menyebabkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Proses
yang terjadi di hati seperti inflamasi, obstruksi, gangguan
metabolik dan iskemia menimbulkan gangguan pada
transpor hepatobilier menyebabkan penurunan aliran
empedu dan hiperbilirubinemi terkonyugasi.
 Adapun kelainan hepatosit, merupakan kelainan primer
terjadi pada hepatosit yang menyebabkan gangguan
pembentukan dan aliran empedu. Hepatosit neonatus
mempunyai cadangan asam empedu yang sedikit, fungsi
transport masih prematur dan kemampuan sintesa asam
empedu yang rendah sehingga mudah terjadi kolestasis
 Hiperlipidemia
 Gagal hati
 Kernikterus
 Sesuai dengan skenario yang didapat, anak usia
3 bulan yang dibawa kedokter dengan keluhan
utama kuning pada badannya yang terlihat sejak
usia 2 minggu dan semakin lama semakin
kuning. Anak juga rewel, kurang aktif, menangis,
lemah dan malas menyusu menderita ikterus
neonatorum et causa kolestasis. Dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terperinci
dan tepat serta didukungnya pemeriksaan
penunjang, kita dapat mengetahui penyebabnya
dan dapat memberikan terapi yang tepat sesuai
penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai