Granitoid adalah terminologi untuk kenampakan singkapan batuan beku
plutonik dengan komposisi asam hingga intermediet dan memiliki tekstur
faneritik (Gill, 2010), dan mencerminkan proses pendinginan magma yang lambat dan tersusun dari plagioklas, kuarsa, dan alkali feldspar (Winter, 2001). Klasifikasi Granitoid (Cobbing, 2000).
1. Komposisi mineral yang terkandungnya (mineralogi),
2. Litologi, 3. Geokimia, 4. Hubungkan dengan struktur atau tektonik regional Komposisi mineral yang terkandung (Mineralogi)
1. Diorit, mengandung mineral berukuran kasar,
mesokratik, terdiri dari plagioklas Na dan satu jenis atau lebih mineral yang lebih mafik, perbedaan diorit dari gabro dapat dilihat dari kelimpahan amfibol pada diorit.
2. Tonalit, terdiri dari mineral berukuran kasar,
mesokratik atau leukokratik, terdiri dari plagioklas Na dan kuarsa, serta satu jenis atau lebih mineral mafik hidrous.
(IUGS setelah Streckeisen, 1976, dalam Gill, 2010)
3. Granodiorit yaitu jika ukuran mineral kasar, leukokratik, terdiri dari plagioklas, alkali felspar (termasuk perthite), dan kuarsa. Granodiorit mengandung plagioklas lebih banyak daripada granit.
4. Granit, terdiri dari mineral berukuran kasar,
leukokratik, mengandung kuarsa, alkali felspar (termasuk perthite), dan plagioklas. Granit memiliki kandungan alkali felspar lebih banyak daripada granodiorit.
5. Alkali granite, mengandung sedikit plagioklas,
alkali felspar lebih banyak dari granitoid lain. (IUGS setelah Streckeisen, 1976, dalam Gill, 2010) 1. Peralkalin, Frost, dkk. (2001) menyebutkan bahwa Saturasi Alumina batuan peralkalin memiliki kandungan mineral alkalin melebihi kebutuhan untuk membentuk feldspar sehingga unsur alkalin, terutama Na bergabung dengan silikat ferromagnesian membentuk piroksen alkali seperti riebeckite, aegirine, dan augite. Granitoid yang memupunyai tipe-peralkalin disebandingkan dengan batuan granitik tipe-A. Selain itu, berdasarkan klasifikasi yang digunakan oleh Shand (1943), granitoid dengan tipe-peralkalin memiliki nilai A/NK <1.0.