Anda di halaman 1dari 47

KEBIJAKAN

DAN
SITUASI ZOONOSIS

drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid.


Direktur P2PTVZ
Direktorat Jenderal P2P

Disampaikan pada Workshop Pengendalian Zoonosis


Bogor, 8 Maret 2017
Program Unggulan Terobosan Intervensi

1.Akselerasi, 1. Kampanye kelambu massal,


Intensifikasi dan intensifikasi pengendalian,
1. Eliminasi Malaria
Eliminasi
surveilans migrasi .
2030 2. Pemberian Obat Massal
2.Pelaksanaan Bulan Pencegahan (POPM) Filariasis
2. Eliminasi Filariasis Eliminasi Kaki Gajah serentak pada total penduduk di
2020 (BELKAGA) daerah endemis.

3.Gerakan “1 rumah 1 3. Petugas pemantau jentik di Rumah


3. Penurunan Tangga, Instansi Pemerintah /
Insidens DBD Jumantik” untuk Swasta, Sekolah & Tempat-tempat
mencegah demam Umum
4. Eliminasi Rabies berdarah 4. Pengendalian zoonosis terintegrasi
2020 4.Pendekatan “One multi sektor mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai
5. Pengendalian Health” evaluasi
Vektor Terpadu 5.Intensifikasi surveilans 5. Peningkatan kapasitas SDM dan
(IVM) vektor kualitas surveilans vektor.

Keluarga Sehat
PRIORITAS
PENGENDALIAN
KEMENTERIAN PERPRES NO 30,
KESEHATAN TAHUN 2011

1. FLU BURUNG 1. FLU BURUNG


2. RABIES 2. RABIES
3. ANTRAKS 3. ANTRAKS
4. LEPTOSPIROSIS 4. PES
5. PES 5. LEPTOSPIROSIS
6. JE* 6. BRUCELLOSIS
ZOONOSIS MERUPAKAN MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT DI INDONESIA
DAN
PENGENDALIANNYA ADALAH PRIORITAS
• Flu Burung: Angka kematian tinggi dan berisiko menimbulkan
KLB/ Wabah/ Pandemi
• Rabies: Angka kematian 100% dan berpotensi menimbulkan
KLB
• Leptospirosis: Endemis di 15 Provinsi, penyebaran cepat di
daerah rawan, penyakit mudah berkembang menjadi parah dan
sering menimbulkan KLB
• Antraks: Berpotensi menimbulkan KLB, dapat mengakibatkan
kematian, sering menimbulkan kepanikan
• Pes: Berpotensi menimbulkan KLB, terkait dengan nama baik
negara
• JE : Beberapa daerah berisiko dan penderita mengalami gejala
sisa permanen
MASALAH ZOONOSIS PENTING
 70% penyakit-baru dan penyakit-lama yang muncul lagi
(new emerging/re-emerging diseases) adalah zoonosis :
Avian Influenza (H5N1, H7N9); MERSCoV; Ebola Virus
Diseases (EVD).
 Angka Kematian Zoonosis tinggi (50-90%) dan dapat
menyerang otak serta organ tubuh lainnya.
 Zoonosis berdampak negatif pada perekonomian
 Zoonosis berpotensi menimbulkan wabah
 Akibat globalisasi-transportasi, penyebaran cepat,
seakan-akan batas negara /sekat wilayah tidak ada lagi
 Pengendalian zoonosis adalah tuntutan global karena
berpotensi menimbulkan Public Health Emergency of
International Concern
 Zoonosis dapat digunakan untuk bioterorisme (Mis:
5
Antraks)
LINGKUP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ZOONOSIS
OLEH SEKTOR PETERNAKAN DAN SEKTOR KESEHATAN

Penanganan
pada sumber, • ↙ angka kesakitan
vektor & faktor • ↙ risiko penularan
risiko Reduksi atau
Eliminasi
Zoonosis
• ↗ akses pelayanan
• ↙ angka kesakitan
Penanganan • ↙ angka kematian
pada host / • Pelayanan yang efisien &
manusia) efektif
TUJUAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS

. • Menurunkan angka kesakitan dan


1. kematian akibat zoonosis

• Mencegah/membatasi/menanggulangi
Kejadian Luar Biasa/wabah zoonosis
2.

• Mencegah dan membatasi keluar masuknya


KLB/Wabah zoonosis antar daerah/wilayah serta
masuknya zoonosis dari dan ke Indonesia pada
3. situasi Pandemi.
Kegiatan Pokok Pengendalian ZOONOSIS
1 Surveilans terpadu

2 Penemuan & tatalaksana kasus

3 Kerjasama Lintas sektor

Pengendalian 4 Peningkatan peran serta masy

Zoonosis 5 SKD dan penanggulangan KLB

6
Penyuluhan
7
Capacity building
8
Monev
KOORDINASI, SINERGI DAN KOLABORASI
DALAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN ZOONOSIS (1)

Pencegahan & Pengendalian zoonosis


(Lintas Sektor)
Menurunkan Faktor

Surveilans terpadu
&sharing Informasi

Kolaborasi
penelitian
Koordinasi
Respon
risiko

MEKANISME KOORDINASI
LINTAS SEKTOR
Keberhasilan pencegahan & pengendalian zoonosis sangat ditentukan
oleh koordinasi, sinergi & kolaborasi lintas sektor dengan dukungan
seluruh masyarakat 9
KOORDINASI, SINERGI DAN KOLABORASI
DALAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN ZOONOSIS (2)
Kemenko PMK: Peternakan Kemendikbud:
• Fungsi - Penanganan sumber - Peningkatan
Koordinasi antar - Lalin hewan pengetahuan melalui
K/L anak sekolah
• Advokasi - UKS
- Pramuka
Kemendagri :
- Koordinasi pimpinan Perdagangan:
daerah PENCEGAHAN Pengawasan import
- Pemenuhan kebutuhan & hewan
SDM di daerah
- PKK
PENGENDALIAN UNIV:
ZOONOSIS - Pemenuhan SDM
LITBANG: - KOMLI
Dukungan penelitian - Penelitian
tepat guna
KLHK : KEMENDES : Swasta:
- Forum Kab/Kota sehat
Pengawasan Satwa Liar Pemberdayaan - Pemberdayaan masy
Masyarakat - KIE

Slide ini menggambarkan peran dari berbagai sektor dalam pencegahan


dan pengendalian pandemi
Melalukan kerjasama
bidang:
• Penelitian dan
pengembangan bidang
kesehatan dan
pertanian.
• Peningkatan kapasitas
laboratorium
• Diseminasi
• Lainnya sesuai
kesepakatan 2 pihak

Jangka waktu kerjasama 3


tahun dari Februari 2017
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
ZOONOSIS

Pilar 1. Paradigma Pilar 2. Penguatan Pilar 3. Penguatan


Sehat surveilans Yankes
Program Program
• Promotif – preventif Program • Peningkatan akses
• Tim Gerak Cepat
• Pemberdayaan
terpadu FB/Zoonosis masyarakat . Mis :
masyarakat • Surveilans Terpadu Rabies Center
• Keterlibatan lintas •Penerapan pendekatan
Surveilans berbasis • Peningkatan SDM
sektor continuum of care
laboratorium • JKN/ Jaminan
• Legislasi Kesehatan
Intervensi berbasis resiko • Pemenuhan
kesehatan (health risk) logistik : obat,
VAR

KASUS TURUN
KELUARGA SEHAT KLB TURUN
ELIMINASI TERCAPAI
Capaian Target Nasional Pengendalian Rabies
Target 2015 2016 2017 2018 2019

% Kab/kota 25 % 40% 55% 70% 85%


eliminasi rabies (66 Kab) (106 Kab) (145 Kab) (185 kab) (225 kab)
(pd manusia)

Capaian 26 % 40%
(69 Kab) (106 kab)

Catatan :
Daerah endemis Rabies 264 kab/kota
PETA DAERAH ENDEMIS
FLU
RABIES BURUNG

LEPTOSPIROSIS ANTRAKS

13 Prov pada manusia.


21 prov pada hewan/rodent.
RABIES
Rabies merupakan penyakit yang mematikan
tetapi dapat dicegah
Bila telah muncul gejala klinis rabies, maka
penderita akan meninggal
Sampai saat ini belum ada obatnya

LS LP 4 MARET
SITUASI RABIES DI BEBERAPA
NEGARA ASIA

•Kasus Kematian disebabkan Rabies (Lyssa):


 India : rata-rata 20.000 kasus/tahun
 China : rata-rata 2.500 kasus/tahun
 Filipina : 200 - 300 kasus/tahun
 Vietnam : rata-rata 9.000 kasus/tahun
•Indonesia : rata-rata 132 kasus/thn (5 thn terakhir)
•Rata-rata di dunia: 55.000 kasus/thn (95 % terjadi di Asia
& Afrika)
•40 % terjadi pada anak-anak < 15 th
Situasi Rabies di Indonesia
Tahun 2012 – 2016

90,000 160

80,000 140

70,000
Rabies tersebar di
120
60,000
25 provinsi
100
50,000

40,000
80
9 provinsi yang
30,000
60 masih bebas rabies
20,000
40 yakni:
10,000 20 Babel, Kepri, DKI
- 0 Jakarta, Jateng,
2012 2013 2014 2015 2016
GHPR 84,750 69,136 73,767 80,403 57,474 Jatim, DIY , NTB,
Papua dan Papua
PET 74,331 54,059 59,541 57,899 37,503
Lyssa 137 119 98 118 77
Barat.

GHPR : Gigitan Hewan Penular Rabies


PET : Post Exposure Treatment

Rata-rata lyssa per tahun 132 orang


Distribusi Rabies pada Manusia menurut provinsi th 2011-2015

Rata-rata tertinggi:
1. Sulut
2. Sumut
3. Maluku
4. Bali
5. Sumbar
RABIES CENTER

RS*/Puskesmas

Pusat Kegiatan
Penanggulangan Rabies

Pusat Informasi :
- Bahaya Rabies
- Penanggulangan

Letak :
- Jauh dari Kab/Kota
- Strategis : dijangkau 3
Puskesmas/lebih

1
RABIES CENTER
RSUD di kab/kota
endemis rabies dijadikan RC
dan PKM terpilih

Syarat :
1. Tersedia : VAR, Cold Chain
2. Petugas terlatih
3. Bisa melakukan KIE
- Protap Flochart GHPR
- Bahan-bahan penyuluhan
DITETAPKAN OLEH PROV.
ATAU KAB/KOTA

2
TANTANGAN RABIES

 Indonesia bebas kasus rabies pada manusia


dan hewan sebelum tahun 2020 ?
 Target ASEAN FREE RABIES : 2020

2
1
FLU BURUNG
• FB pada manusia pertama dilaporkan pada Juni 2005
• Kumulatif Kasus FB sejak Juni 2005 – 2016:
 199 kasus konfirmasi; meninggal 167 (CFR= 83,92%)
 Tersebar sporadis di 15 Provinsi
 Terdapat 17 klaster keluarga
 Jumlah kasus menurun drastis dari 55 kasus (2006)
menjadi 3 kasus (2013), 2 kasus (2015).
 Maret 2015 ditemukan 2 kasus konfirmasi dan meninggal
dari Prov. Banten.
Distribusi Kasus Flu Burung
Tahun 2005 – 2016
Kumulatif Kasus Flu Burung tertinggi
di 5 Kabupaten/Kota Thn 2005 – 2016

25
21
19
20

15 15
15 13 13 13
12 12
10
10

0
Kab.Tangerang Jaksel Jakbar Jaktim Kota Bekasi

Kasus Meninggal

24
Berita KLB Flu Burung Global

Berita merebaknya kembali virus Flu Burung di China


dengan strain virus H7N9 dan H5N6.

Perlu peningkatan kewaspadaan di Indonesia


Kasus suspek FB dari Jawa Barat

Kasus suspek dari Kab.Cirebon


• Mulai sakit awal maret
• 4 orang, meninggal 1 orang
• Semuanya mempunyai riwayat terpapar dengan
unggas mati
• Hasil pemeriksaan pada unggas
- Ayam : negatif
- Bebek : positif H5
Tipe daerah Leptospirosis

1.Leptospirosis daerah persawahan


Leptospirosis yang sering terjadi
pada petani, saat sawah
tergenang air.
2.Leptospirosis daerah banjir
Leptospirosis pada warga korban
banjir, terjadi setelah banjir (lbh
kurang 2-4 minggu), karena
genangan air terkontaminasi
bakteri leptospirosis
3.Leptospirosis pemukiman kumuh
Leptospirosis pada warga
dipemukiman kumuh baik musim
kemarau maupun hujan.
SITUASI KASUS LEPTOSPIROSIS
DI INDONESIA th 2007 – 2016
PENYAKIT ANTRAKS

Sebagian besar (>90%)kasus Antraks pada manusia adalah Tipe Kulit


yang penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan hewan
atau daging hewan yang sakit Antraks.
Situasi Antraks pada Manusia di Indonesia
Tahun 2010 – 2016
Wilayah yang pernah
melaporkan kasus antraks
pada manusia :
• DKI Jakarta : Jaksel
• Jabar : Kab. Bogor, Kota
Bogor & Kota Depok
• Jateng : Kab. Boyolali,
Kab. Sragen, Kota
Semarang
• Jatim : Pacitan
• Sulsel : Makassar, Maros,
Gowa, Pinrang
• NTT : Sikka, Ende,
Sumba Barat, Manggarai,
Pulau Sabu
• NTB : Sumbawa & Bima
• Gorontalo : Kab & Kota
Gorontalo, Kab.Bone
Bolango
• DIY : Sleman,
Kulonprogo  Kasus
terakhir
Berbagai Pemberitaan tentang
Antraks di Kulonprogo

Masyarakat semakin mengerti ?


Atau semakin bingung?
PES
Tahun 1968 : out break Pes di kecamatan Selo dan Cepogo
dengan jumlah penderita 101 orang dan 42 orang
diantaranya meninggal(CFR 42%).
Tahun 2007 : peningkatan kasus panas tanpa sebab jelas di
Dusun Surorowo sebanyak 68 kasus dengan 1 kematian.
Tahun 2012 : serologis positif pada tikus.
Daerah Fokus Pes :
1. Jawa Tengah  Kec.Selo & Cepogo, Kab.Boyolali.
2. DI Yogyakarta  Kec.Cangkringan,Kab.Sleman
3. Jawa Timur  Kec.Nongkojajar,Tosari,Puspo,
Pasrepan, Kab.Pasuruan.
Situasi pes berdasarkan spesimen manusia
yang diperiksa di Indonesia Th 2004 - 2015

Kasus Pes :
1968 : 101 ks, meninggal 42 di
Boyolali
1986 : 8 meninggal di Pasuruan
1987 : 24 ks, meninggal 20 di
Pasuruan
1997 : 1 ks

Sumber : Subdit Pengendalian Zoonosis


Permenkes No 1501 th 2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangannya
Permenkes No 1501 th 2010 tentang Jenis Penyekit Menular
Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangannya
TANTANGAN/KENDALA
1. Ancaman Zoonosis Meningkat:
 Kedekatan manusia dg hewan (hobby, ekonomi, dll)
 Kebutuhan protein hewani meningkat
 Semakin dekatnya manusia dg lingkungan/satwa liar
(pembukaan hutan, pemukiman mendekati hutan, dll)
Telah dilaporkan Malaria Knowlesi di Indonesia
 Perubahan Iklim (Climate change) ,vektor meningkat,
adaptasi/mutasi mahluk hidup menjadi lebih patogen dll
 Pola Migrasi, transportasi antar wilayah/antar negara,
pariwisata, dll

36
TANTANGAN/KENDALA…2
2. Disparitas kapasitas sumber daya Pemda antar wilayah dan
antar sektor;
3. Disparitas institusional antar Pemda antar wilayah, antar
sektor sampai ke tingkat pelaksana di Kab/Kota serta
Kecamatan;
4. Perlunya akselerasi upaya pengendalian pada penyebab
penularan di sektor hulu (sumbernya);
5. Sosio-budaya dan tradisi masyarakat harus mendukung
upaya pencegahan dan penanggulangan zoonosis;
6. Pengawasan lalu lintas hewan belum memadai, mobilitas
hewan/manusia yg tinggi.

37
TANTANGAN/KENDALA…3
7. Keterbatasan mobilitas operasional (geografis, demografis
dan dana);
8. Keterbatasan paramedis-medis dan tenaga veteriner di
Kabupaten/Kota, terutama daerah tertular;
9. Pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya ttg pencegahan zoonosis masih terbatas;
10. Regulasi belum dijalankan secara konsisten.
11. Pertimbangan politis dan kerugian ekonomi
12. Keterbatasan penelitian dan pengembangan tentang
zoonosis. Masih banyak Zoonosis yang belum dilakukan
surveilans misalnya: Toxoplasmosis, Hantaan dll
38
PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR
VEKTOR LAINNYA
Konsep IVM - PVT

Pengendalian penyakit tular vektor

IVM

Evidense Penggunaan Dukungan Ekonomis &


Partisipasi berkelanjutan
base Pestisida peraturan
masyarakat
rasional
Milestone Pencapaian Eliminasi Malaria
di Indonesia

2025 2027
Semua Semua
kab/kota provinsi
Target :
2030
300
Eliminasi
kab/kota
malaria
2019 nasional
Target : 265
kab/kota
2018
Target :
2017 285
2016
kab/kota
Target :
245
2015 kab/kota
Target : 225 Capaian :
kab/kota 247
Capaian : 232 kab/kota
kab/kota
Persentasi Kabupaten/Kota yang
Mencapai Eliminasi Malaria 2016
KAB/KOT
NO PROVINSI A ELIMINASI % NO PROVINSI KAB/KOTA ELIMINASI %
Nusa Tenggara
1 Aceh 23 18 78% 18 10 3 30%
Barat
Nusa Tenggara
2 Sumatera Utara 33 18 55% 19 22 0 0%
Timur
3 Sumatera Barat 19 16 84% 20 Kalimantan Barat 14 2 14%
Kalimantan
4 Riau 12 7 58% 21 14 5 36%
Tengah
5 Jambi 11 3 27% 22
Kalimantan
13 4 31% Hampir
Selatan
6 Sumatera Selatan 17 7 41% 23 Kalimantan Timur 10 3 30%
setengah dari
7 Bengkulu 10 3 30% 24 Kalimantan Utara 5 1 20%
jumlah
8 Lampung 15 5 33% 25 Sulawesi Utara 15 3 20% kab/kota di
9
Kep Bangka
7 5 71% 26 Sulawesi Tengah 13 3 23% Indonesia
Belitung
10 Kep Riau 7 3 43% 27 Sulawesi Selatan 24 14 58%
telah
11 DKI Jakarta 6 6 100% 28 Sulawesi Tenggara 17 8 47%
mendapat
12 Jawa Barat 27 23 85% 29 Gorontalo 6 2 33% sertifikat
13 Jawa Tengah 35 28 80% 30 Sulawesi Barat 6 1 17% eliminasi
14 DI Yogyakarta 5 4 80% 31 Maluku 11 0 0% Malaria
15 Jawa Timur 38 37 97% 32 Maluku Utara 10 0 0%
16 Banten 8 6 75% 33 Papua Barat 13 0 0%
17 Bali 9 9 100% 34 Papua 29 0 0%
Jumlah 514 247 48%
SITUASI FILARIASIS DI INDONESIA
S/D FEBRUARI 2017

514
KABUPATEN/KOTA

278 Kab/Kota 236 Kab/Kota


Non endemis Endemis Filariasis

51 Kab/Kota 185 Kab/Kota


Selesai POPM 5 tahun POPM Filariasis

8 Kab/Kota 43 Kab/Kota
Eliminasi Filariasis tahap surveilans
Upaya Akselerasi
Pemberian Obat Cacing

1. Integrasi dengan kegiatan POPM filariasis


yang juga mencakup pemberian obat cacing
pada anak balita, anak usia pra-sekolah dan
usia sekolah dasar

2. Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI


untuk sasaran anak usia sekolah dasar

3. Integrasi dengan pemberian vitamin A


untuk sasaran anak balita dan anak usia
pra-sekolah
3 PILAR PENGENDALIAN ARBOVIROSIS

GERAKAN 1
RUMAH 1
JUMANTIK

PENGENDALIAN
DBD

PENGUATAN
DIAGNOSIS DINI
VAKSINASI & TATALAKSANA
KASUS YANG
TEPAT
SITUASI DBD DI INDONESIA 6 TAHUN TERAKHIR

DATA 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah penderita 65.725 90.245 112.511 100.347 129.650 201.885

Jumlah kematian 597 816 871 907 1.071 1.585

Incidence rate 27,67 37,11 45,85 39,83 50,75 77,96

Case fatality rate 0,91 0,90 0,77 0,90 0,83 0,79

Jumlah kab/kota 374 415 412 431 446 463


terjangkit

Catatan : Data hingga 20 Februari 2017

46
INGAT ..

3 LANGKAH CEGAH RABIES:


1. VAKSINASI HPR
2. CUCI LUKA DENGAN SABUN DAN AIR
MENGALIR SETELAH DIGIGIT HPR
3. LAPOR KE PUSKESMAS

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai