Anda di halaman 1dari 31

MANAGEMENT OF LACTATIONAL MASTITIS AND BREAST ABSCESSES:

REVIEW OF CURRENT KNOWLEDGE AND PRACTICE

Oleh :
Febriyani Ayu Wulandari

Pembimbing :
Dr. Tri Marthoni Sp.B
Identitas jurnal
• Judul Artikel : Management of Lactational Mastitis and
Breast Abscesses: Review of Current Knowledge and Practice
• Tahun Terbit : 2013
• Penulis : Kataria, et al
• Jurnal : Indian Journal of Surgery
abstrak
• Sebagian besar abses payudara adalah komplikasi dari mastitis laktasional dimana
Insiden-nya berkisar antara 0,4 hingga 11% dari semua ibu menyusui.
• Manajemen tradisional abses payudara adalah sayatan dan drainase nanah
bersama dengan antibiotik antistaphylococcaL
– Walau demikian metode ini berhubungan dengan kesulitan menyusui, pembalutan yang
berkali-kali, waktu penyembuhan lama, dan keungkinan fistula susu
abstrak
• Baru-baru ini ditemukan bahwa abses payudara dapat diobati dengan aspirasi jarum
berulang dan drainase isap.
• Karena Staphylococcus mendominasi penyebab abses payudara, maka antibiotic
melawan golongan ini masih rasional
• Banyak antibiotic disekresi di susu, tetapi penisilin, cephalosporin, dan eritromisin
masih aman
• Sekarang aspirasi pus dengan ultrasound dapat dilakukan
PENDAHULUAN
pendahuluan
• Sebagian besar abses payudara adalah komplikasi dari mastitis
laktasional.
• Insiden abses payudara berkisar antara 0,4 hingga 11% dari
semua ibu menyusui.
• Abses payudara lebih sering terjadi pada pasien obesitas dan
perokok daripada populasi umum.
• Manajemen tradisional abses payudara adalah sayatan dan drainase nanah
bersama dengan antibiotik antistaphylococcaL
– Walau demikian metode ini berhubungan dengan kesulitan menyusui, pembalutan yang
berkali-kali, waktu penyembuhan lama, dan keungkinan fistula susu
PENDAHULUAN
• Baru-baru ini dilaporkan bahwa abses payudara dapat diobati dengan aspirasi jarum
berulang dan drainase isap.
• Tujuan artikel ini adalah untuk meninjau literatur dan meletakkan pedoman dalam
pengelolaan mastitis laktasi dan abses payudara.
ABSES PAYUDARA
JENIS ABSES PAYUDARA
Abses Laktasi
• Faktor risiko abses payudara laktasional adalah:
– Kehamilan pertama pada usia ibu lebih dari 30 tahun
– Kehamilan lebih dari 41 minggu kehamilan
– Mastitis. Hal ini relatif umum bagi wanita menyusui untuk mengembangkan
abses payudara sebagai komplikasi dari mastitis
ABSES LAKTASIONAL
JENIS ABSES PAYUDARA
Abses Nonlaktasi
• Abses nonlaktasi dapat diklasifikasikan sebagai:
– Sentral
– Perifer
– Kulit.
• Pasien dengan abses nonlasional, penderita diabetes, dan perokok cenderung mengalami
infeksi berulang. Abses nonlaktasi sentral (periareolar) biasanya disebabkan oleh mastitis
periductal.
patologi
• Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus yang masuk melalui putting
yang retak, bersifat hematogen
– Penelitian Benson dan Goodman menemukan 50% dari ini sensitif terhadap metisilin
• Di awal sering infeksi terbatas di satu segmen payudara, dan menyebar jika sudah relatif
lama
• Susu adalah medium kultur yang mempermudah penyebaran bakteri
• Proses inflamasi serupa dengan proses inflamasi akut di bagian lain tubuh
MANIFESTASI KLINIS
Wanita menyusui paling rentan terjadi abses payudara di dua waktu:
1. Saat bulan laktasi pertama setelah kehamilan pertama karena kurangnya
pengalaman dan hygiene tidak adekuat. Kejadian mencapai 85%
2. Saat mulai berhenti menyusui. Faktor lain adalah munculnya gigi bayi yang mungkin
menyebabkan trauma
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari abses payudara adalah sebagai berikut:
1. Penonjolan fluktuatitf di payudara yang terkena
2. Nyeri
3. Eritem, pembengkakan, dan nyeir tekan
4. Demam dan malaise
5. Kelenjar limfe yang membesar
TATALAKSANA ABSES PAYUDARA
TATALAKSANA
• Dapat terjadi selulitis tanpa pus dan abses
• Seringnya pada fase selulitis, pembedahan justru merusak, dan terapi antibiotic jika
terdapat abses justru berujung ke kerusakan jaringan
• Perlu dilakukan uji aspirasi jarum yang keudian didrainase
• Walaupun pus tidak diambil tetapi dapat digunakan untuk pemeriksaan
bakteriologis
TATALAKSANA
• Prinsip tatalaksana: Taylor dan Way:
– Tangani infeksi, kosongkan payudara
• Tatalaksana spesifik adalah
• Secara umum tatalaksana adalah sebagai berikut:
sebagai berikut:
– Analgesik • Aspirasi Pus
– Support payudara
– Daun kubis dingin • Aspirasi jarum yang dibantu USG
– Mengosongkan payudara dan terus dan drainase kateter
menyusui
– Antibiotik stapifilokokkal • Insisi dan drainase
TATALAKSANA UMUM

1. Analgesik : Ibuprogen adalah terapi paling efisien dan


membantu mengurangi inflamasi dan edema. Paracetamol dapat
sebagai alternative. Tramadol dan opioid lain harus dihindari
2. Support payudara: Untuk merelaksasi Ligamentum Cooper, mengurangi
gerakan organ yang nyeri dan mengurangi edem
3. Daun kubis : Penelitian baru masih mencoba
membuktikana apakah daun kubis dapat meringankan pembengkakan
TATALAKSANA UMUM

3. Daun Kubis
• Nikodem et al menemukan bahwa pemberian kulit kubis dapat
menurunkan pembengkakan tetapi tidak signifikan secara statistic
• Robers et al menemukan nyeri lebih rendah signifikan pada wanita yang
diberi daun kubis, dan daun kubsi tidak perlu didinginkan
• Penelitian dari Insititus sains India menemukan daun kubis bisa
digunakan sebagai alternative kopres dingin dan hangat
METODE MENGGUNAKAN DAUN KUBIs

• Kubis hijau biasa lebih baik • Dapat didinginkan, dimana penelitian


• Daun kubis tidak digunakan bila emnemukan daun yang dingin
ada alergi mempunyai performa lebih baik
• Daun harus dicuci dengan benar • Ditaruh didalam sport-bra
• Bentuk kubis disesuaikan dengan • Harus diperiksa apakah payudara
bentuk payudara merespon terhadap daun
• Jika daun digunakan berkepanjangan
setelah pembengkakan reda, maka
terdapat resiko supresi produksi susu
TATALAKSANA UMUM
4. Mengosongkan Payudara
• Dapat dikosongkan dengan dihisap atau ekspresi
• Walaupun terdapat bakteri, menyusui tampak tidak memberikan
pengaruh buruk bagi bayi
• Walau nyeri dan adanya pembalut setelah drainase, tetap diusahakan
untuk menyusui
• Payudara yang terinfeksi harus dikosongkan dengan ekspesi manual atau
dengan pompa
TATALAKSANA UMUM – PENGOSONGAN PAYUDARA

• Laktasi dapat dihalangi dengan obat, tetapi dapat mempengaruhi status hormonal
yang berujung mual, muntah, dan keadaan umum tidak nyaman
• Supresi dengan obat dikontraindikasikan karena pengaruh ke sistem iun dan
perkembngan fisik dan mental dari bayi yang menyusui
• Jika diputuskan berhenti menyusui, supresi harus dilakukan sesegera mungkin,
dengan cabergolamine single dose atau bromocriptine 2,5 mg 2x sehari selama 14
hari
TATALAKSANA UMUM
5. Antibiotik Lokal dan sistemik
• Direkoendasikan enggunakan antibiotic melawan stapfilokokkus resisten penisilin
• Untuk meilih antibiotic perlu dipertimbangkan apakah:
1. Obat tersekresi dan berkonsentrasi di susu
2. Obat tetap aktif pada susu dengan pH asam, dan tidak memberikan pengaruh buruk ke bayu
TATALAKSANA UMUM - antibiotik
• Rekomendasi durasi antibiotic adlaah 10 hari
• Obat-obat penisilin untuk resisten beta-lactamase direkomendasikan pada mastitis,
seperti cloxacillin, dicloxacillin, atau flucloxacillin
• Karena penislin bersifat asam, dan tidak terkonsentrasi dengan baik di susu, maka
cloxacillin dan serupa lebih baik untuk menangai selulitis
• Eritromisin adalah terapi terbaik untuk adenitis
• Kombinasi co-amoxiclav harus dihindari untuk menghindari MRSA
TATALAKSANA KHUSUS

Drainase dibantu USG vs Insisi dan


Drainase
• Tewari dan Shukla menemukan
metode palpasi invasive minimal
untuk drainase tanpa rawat inap dan
USG, yaitu aspirasi perkutan
• Ditaruh kateter drainase selama 3-7
hari
TATALAKSANA UMUM - drainase
• Drain suction direkomendasikan hanya di abses besar atau yang terisi dengan cepat setelah
spirasi
• Drainase USG + tampak efektif terutama pada abses puerperial
– Ada beberapa kasus kegagalan metode ini dimana abses lebih dari 3 cm atau bia abses di posisi
subareolar
• Insisi dan drainase harus dihindari karena nyeri, perlunya pembalut, tidak dapat menyusui,
dan kemungkinan adanya fistula. Maka lebih dipilih drainase dengan USG
kesimpulan
• Selama fase selulitik, pengobatan dengan antibiotik dapat diharapkan untuk resolusi
cepat. Dominasi S. aureus memungkinkan pilihan antibiotik yang rasional tanpa
harus menunggu hasil kultur bakteriologis.
• Erythromycin harus dianggap sebagai obat pilihan karena memiliki kemanjuran
tinggi, berbiaya rendah, dan memiliki risiko rendah menginduksi resistensi bakteri.
kesimpulan
• Antibiotik harus dilanjutkan selama 10 hari untuk mengurangi infeksi sistemik
danlokal selulitis. Di mana abses telah terbentuk, aspirasi nanah, lebih disukai di
bawah kendali ultrasound, kini menggantikan operasi terbuka sebagai pengobatan
lini pertama. Pengosongan ASI secara teratur pada payudara adalah bagian penting
dari perawatan.

Anda mungkin juga menyukai