Anda di halaman 1dari 14

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

(KOMPOS)

PEMBUATAN POPOK ORGANIK KSM KOMPAK MAJU


KALONGAN MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN
2015
PENGOMPOSAN

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami


penguraian secara biologis (pelapukan bahan organik akibat adanya
interaksi antara mikroorganisme yang bekerja didalamnya),
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi.

Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami


tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
PENGOMPOSAN

Proses pegomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam waktu


cukup lama, sekitar 2-3 bulan bahkan ada yang 6-12 bulan tergantung
bahannya.

Para ahli melakukan berbagai macam upaya untuk mempercepat proses


tertentu. Proses tersebut dapat dipercepat menjadi 2-3 minggu tergantung
pada bahan dasarnya, antara lain dengan menambahkan bioaktivator.
FUNGSI KOMPOS :

Meningkatkan struktur tanah, yaitu melalui peningkatan persentase


bahan organik yang meningkatkan stuktur tanah.

Meningkatkan populasi dan aktivitas organisme tanah. Kompos juga


meningkatkan kemampuan mengikat air dan agregat tanah,
meningkatkan infiltrasi, menghalangi terjadinya erosi dan menunjang
penyebaran dan penetrasi akar tanaman.

Memperkuat daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.


Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tanaman yang diberi
pupuk kompos lebih tahan terhadap hama dibandingkan tanaman
yang tidak diberi kompos maupun yang tidak dipupuk.
AKTIVATOR

Proses Pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator :

Aktivator Abiotik ,

Bahan Kimia atau biokimia yang dapat memacu pembusukan bahan


organik, seperti pupuk Nitrogen, kotoran hewan, bahan organik
(tepung darah, kompos matang), larutan enzim.

Bioaktivator

Bahan bioaktif yang mampu merombak bahan-bahan organik pada


umumnya. Merupakan isolat mikroba yang telah dimurnikan dan
mempunyai kemampuan khusus mencerna bahan organik yang
mengandung selulosa, seperti : Tricoderma sp., Pseudomonas sp.,
dan streptomyces.
AKTIVATOR

Bioaktivator mudah didapatkan di pasar :

 EM-4 (Effective Microorganism 4), ditemukan oleh Dr. Teruo


Higa (Jepang) dan penerapan di Indonesia banyak dibantu
oleh Ir. Gede Ngurah Wididana, MSc.
 Orgadec (Organic Decomposer), ditemukan dan diproduksi
oleh Balai Penelitian Biotehnologi Perkebunan Indonesia.
 Stardec, Ir. Suharto, MS (pengusaha Ternak Sapi).
 Propuri dikembangkan dan diproduksi oleh Sukamto Hadi
suwito
 Promi, mikroba unggul asli Indonesia diseleksi dan diuji oleh
Dr. Darmono Taniwiryono dan Dr. Agus Purwantara.
AKTIVATOR

Mikroorganisme Lokal (MOL) :

Cairan yang terbuat dari bahan organik alami, yang mengandung


unsur hara mikro atau makro serta mikroba. Dengan adanya mikroba
dalam larutan MOL berpotensi sebagai perombak bahan organik.

Cara Membuat MOL :

Semua bahan-bahan dihancurkan/ dihaluskan kemudian dicampur


dalam ember, diaduk sampai rata lalu ditutup dengan kain. Lakukan
pengadukan setiap hari selama 7 s/d 15 hari (Proses Fermentasi).
Bahan siap diaplikasikan/digunakan.

1 Menggunakan air bekas rebusan kedelai :


Bahan : a. Air bekas rebusan kedelai : ± 10 Liter
b. Gula Merah : ¼ Kg
AKTIVATOR

2. Menggunakan air Kelapa :

Bahan : a. Air kelapa : ± 10 Liter


b. Gula Merah : ¼ Kg
c. Buah-buahan busuk (papaya, semangka, pisang; dll
yang rasanya manis) : Banyak mengandung Kalium.

3 Menggunakan Batang Pisang :

Bahan : a. Air Kelapa ± 10 Liter


b. Gula Merah ¼ Kg
c. Batang pisang (Ati) : 0,5 cm (Banyak mengandung
unsur N dan K
AKTIVATOR

4. Menggunakan Keong Emas dan Limbah Ikan:

Bahan : a. Air Kelapa : ± 10 Liter


b. Gula Merah : ¼ Kg
c. Keong Emas 2 Kg; Limbah Ikan (laut) secukupnya
d. Empon-empon { Kunyit ± ¼ Kg; Lengkuas ± ¼ Kg}
banyak mengandung K

5. Menggunakan Kotoran Hewan

Bahan : a. Kotoran hewan baru keluar (sapi; kerbau) ± 10 Kg


b. Gula Merah ± ½ Kg
c. Dedak / Bekatul : 5 Kg
d. Air Kelapa Secukupnya.
PROSES PENGOMPOSAN
(Aerob dan Anaerob)

Faktor Pembeda Aerob Anaerob

Proses Pengomposan Memerlukan Udara Tidak memerlukan Udara

MENGGUNAKAN KOMPOSTER (UNTUK SAMPAH RUMAH TANGGA)

Bahan Organik yang dapat Hanya sampah organik Sampah Organik basah dan
dikomposkan Basah (daun tanaman, sampah organik Olahan (nasi
rumput-rumputan, potongan basi, bekas sayur, sisa roti,
sayur dsb.) tulang ayam, duri ikan dsb.).
SISTEM OPEN WINDROW DENGAN DIPENDAM
ATAU DITUTUP
Bahan Organik yang dapat Sampah rumah tangga Sampah rumah tangga
dikomposkan maupun di luar RT maupun di luar RT
(blothong, limbah (blothong, limbah
perkebunan dsb.) perkebunan dsb.)
CARA PEMBUATAN BOKASHI (SISTEM PENGOMPOSAN DENGAN ANAEROB)

BAHAN :
1. Jerami 200 kg termasuk berbagai jenis rumput / pupuk hijau, daun-daunan dirajang.
2. Dedak 10 kg
3. Sekam 200 kg.
4. Gula pasir 10 sendok makan atau 0,5 Liter Tetes Tebu.
5. EM4 200 ml (20 sendok makan) : Berlaku untuk berbagai macam bahan organik,
6 Air secukupnya.

CARA PEMBUATAN :
Larutkan EM 4 dan gula ke dalam air
Jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata
Siramkan larutan EM4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai
kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak
keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas adonan akan terurai.
Adonan digundukan di atsi tempat yang kering dengan ketinggian adonan antara 15
s/d 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 5 s/d 6 minggu.
Pertahankan suhu gundukan adonan 40 s/d 50 ºC. Jika suhu lebih dari 50ºC, bukalah
karung penutup dan gundukan adonan dibolak-balik kemudian ditutup lagi dengan
karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena
terjadi proses pembusukan.
PARAMETER YANG HARUS DIPANTAU ADALAH :

1. Suhu, proses komposting ditandai dengan adanya peningkatan suhu yang mampu
mencapai 70oC. Pengukuran dilakukan sejak minggu pertama, dilakukan minimal
seminggu 2x hingga minggu ke-6. Jika suhu tidak lebih dari 30oC, dapat dikatakan
proses komposting tidak terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena kelembababan yang
berlebihan atau jumlah sampah organik yang terlalu sedikit, karena populasi
mikroorganismenya semakin sedikit.

2. pH, Cara memantau derajat keasaman adalah dengan memakai alat pH meter,
range pH antara 6,8 – 7,8. Pengukuran dilakukan sejak minggu pertama, dilakukan
minimal seminggu 2x hingga minggu ke-6.

3. Kelembaban, Cara memantau kelembaban kompos adalah dengan mengambil


segenggam kompos lalu diremas. Jika keluar air dari sela-sela jari maka dapat
dipastikan kadar airnya berlebih. Jika kompos yang diremas menjadi hancur, berarti
terlalu kering, dan harus diberi tambahan air untuk menambah kelembabannya.

4. Adanya Larva dan bau, Adanya larva dan bau yang tidak sedap disebabkan karena
kondisi sampah yang terlalu lembab dan sudah dihinggapi lalat. Hal ini disebabkan
karena kurangnya aerasi akibat proses pembalikan sampah yang kurang merata.
Untuk Kepentingan bisnis, maka :

- Kompos yang sudah jadi, perlu dilakukan pengayakan.


- Uji Laboratorium (analisa kandungan pupuk)
- Packing (pengemasan)
- Pelabelan.
- Sebelum terjual dilakukkan penyimpanan di gudang kering.
Demikian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai