Anda di halaman 1dari 41

LAPANGAN TERBANG

PESAWAT TERBANG
1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENERBANGAN DUNIA
2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENERBANGAN DI INDONESIA
3. ORGANISASI PENERBANGAN DUNIA
4. PERKEMBANGAN PESAWAT
5. KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG
6. MACAM-MACAM ISTILAH BERAT PESAWAT
7. PENGARUH KEMAMPUAN PESAWAT TERHADAP PERENCANAAN GEOMETRI
8. LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
PENERBANGAN DUNIA
Abad ke-15
Leonardo Da Vinci memimpikan untuk dapat terbang dengan membuat
beberapa design sebuah alat yang dapat meluncur di udara. Tetapi dia
sendiri tidak pernah melakukan uji coba terbang sendiri.
Tahun 1852
Henry Giffard menemukan wahana udara pertama menggunakan
mesin yang dilengkapi dengan kemudi. Wahana yang dia buat terbang
sejauh 15 miles (24 km) di Perancis menggunakan mesin uap
Tahun 1884
Penerbangan bebas pertama dengan wahana udara yang dapat
dikendalikan secara penuh (fully controllable) dibuat oleh Angkatan
bersenjata Perancis dengan tenaga listrik yang dinamai La France
buatan Charles Renard and Arthur Krebs. Balon udara dengan panjang
170 ft,dan 66.000 ft3, terbang sejauh 8 km (5 miles) selama 23 menit
dengan bantuan motor listrik berdaya 8,5 PK.
17 Desember 1903
Orville Wright, di Kitty Hawk North Caroline, melayang di udara dengan
pesawat buatannya sendiri sejauh 120 kaki = 0,023 mil-penumpang
5 Oktober 1905
Wilbur Wright menerbangkan pesawat Flyer III dalam penerbangan
sejauh 24 miles (39km) selama 39 menit. Rekor dunia ini bertahan
sampai tahun 1908.
18 Maret 1906
Penerbangan pertama wahana udara dengan tenaga penuh dari
propeller (baling-baling), pesawat bersayap tetap (fixed wing)
menggunakan propeler traktor. Pesawat ini terbang sejauh 12 meter
tanpa bantuan alat lain. Hal ini membuktikan bahwa mesin yang lebih
berat dari udara dapat terbang tanpa bantuan alat lain.
23 Oktober 1906, Alberto Santos Dumont, Brazil
Penerbangan resmi pertama dengan pesawat bersayap tetap (fixed
wing) berawak dengan pesawat bermesin "14 Bis" di Bagatelle field,
Paris. Pesawat ini terbang sejauh 60 meter (197 ft) dengan ketinggian
terbang 2-3 meter (6-10 ft) dari permukaan tanah.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
PENERBANGAN DI INDONESIA
19 Februari 1913
J.W.E.R Hilger terbang di Surabaya menggunakan pesawat Fokker,
yang kemudian pesawatnya jatuh di Baluwerti, Surabaya
1 Oktober 1924
Penerbangan pionir komersial dimulai saat sebuah pesawat Fokker F-7 lepas
landas dari Bandara Schiphol, Amsterdam dan mendarat 55 hari kemudian di
Batavia (Jakarta).
Tahun 1928
Berdiri KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij)
di Belanda, perusahaan penerbangan sipil khusus untuk operasi
penerbangan di Hindia-Belanda. KNILM hasil kerjasama Deli Maatschappij,
Nederlandsch Handel Masatschappij, KLM, Pemerintah Hindia-Belanda dan
perusahaan-perusahaan dagang yang punya kepentingan di Indonesia
25 September 1930
Diadakan penerbangan berjadwal tetap Amsterdam-Batavia dengan
pesawat bermesin tiga F-7 registrasi PH-AGR milik KLM (Koninklijke
Luchtvaart Maatschappij) yang mengangkut kantong surat.
1 Oktober 1931
KLM membuka program satu minggu sekali ke Batavia.

Tahun 1932
Pesawat KLM yang beroperasi diganti Fokker F-12,
dilengkapi kursi untuk empat penumpang.

Desember 1933
pesawat yang mendarat di Batavia diganti F-18 dengan lama penerbangan
sekitar 96,5 jam.

Tahun 1935
KLM meningkatkan frekuensinya dan mengganti pesawat dengan DC-2,
dan berganti lagi kemudian dengan DC-3 Dakota pesawat jenis inilah yang
nantinya menjadi legenda bagi bangsa Indonesia
Pesawat KNILM mendarat di Kemayoran, 1935/KLM
26 Januari 1949
Penerbangan “Seulawah” dari Calcuta ke Rangoon dijadikan saat yang
bersejarah dan ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Indonesian Airways.
RI-001 itu pun dioperasikan komersial di Rangoon, karena Birma butuh
angkutan udara dengan inisiatif Wiweko, Soedarjono, Soetardjo Sigit dan
Soemarno. Atas usul Wiweko dan disetujui KSAU Ashadi Tjahjadi, tahun
1972, dijadikan hari jadi Garuda Indonesian Airways dengan dasar hari itu
merupakan penerbangan sipil/komersial pertama R.I.
30 Maret 1950
Garuda Indonesian Airways (GIA) didirikan (masih dioperasikan
orang-orang Belanda).

24 Maret 1954
Pemerintah RI menasionalisasikan GIA, dan 12 Juli 1954 saham
KLM seluruhnya dialihkan kepada Republik Indonesia
23 Agustus 1976
Berdirinya lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) di Bandung

Tahun 1986
Berdirinya PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) pengganti Lipnur,
yang kemudian berubah menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI)
International Civil Aviation Organization
(ICAO)

Badan khusus PBB yang berpusat di Montreal Kanada. Konsep ICAO di bentuk
dalam sebuah konferensi di Chicago tahun 1944, yang diprakarsai oleh Amerika
Serikat.Dokumen paling penting yang dihasilkan ICAO adalah Aerodromes,
Annex 14 dan Perjanjian Penerbangan Sipil Internasional.
Aerodromes Annex 14 berisi standar-standar rancangan internasional dan
pelaksanaan-pelaksanaan yang dianjurkan untuk seluruh bandara di seluruh
dunia.
Tujuan ICAO adalah mengembangkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik
transportasi udara internasional agar dapat:

1. Menjamin pertumbuhan yang wajar dari penerbangan sipil


internasional
2. Mendorong seni rancangan pesawat dan pengoperasiannya untuk
tujuan perdamaian
3. Mendorong pengembangan jalur udara, bandara dan fasilitas navigasi
udara untuk penerbangan internasional
4. Memenuhi kebutuhan manusia akan adanya transportasi udara yang
ekonomis, efisien, teratur dan aman
5. Mencegah pemborosan ekonomi yang disebabkan oleh persaingan
yang tidak wajar
6. Menghindarkan diskriminasi diantara negara-negara anggota
7. Mempromosikan keselamatan penerbangan dalam navigasi udara
internasional
8. Mempromosikan secara umum pengembangan dari seluruh aspek
aeronotika sipil internasional
Federal Aviation Administration (FAA)

FAA diketuai oleh kepala eksekutif yang dikenal sebagai Administrator, yang
diangkat oleh Presiden. FAA mengembangkan, mengatur dan memupuk
koordinasi sistem bandar udara yang memberikan pelayanan transportasi
udara. Produk FAA yang terkenal adalah Federal Aviation Regulation (FAR)
Fungsi FAA:

1. Mendorong pembentukan jalur-jalur udara sipil, daerah-daerah


pendaratan dan fasilitas-fasilitas udara lainnya
2. Menentukan jalur-jalur udara federal, mendapatkan, mendirikan,
mengoperasikan dan melakukan penelitian dan pengembangan dan
memelihara fasilitas-fasilitas navigasi udara di sepanjang jalur-jalur
udara sipil
3. Membuat ketentuan untuk pengaturan dan perlindungan lalulintas
udara yang bergerak dalam perdagangan lewat udara
4. Menjalankan atau mengawasi usaha pengembangan teknik di bidang
aeronotika dan pengembangan fasilitas aeronotika
5. Menetapkan dan menjalankan peraturan-peraturan udara sipil
mengenai standar-standar keselamatan
6. Mengadakan registrasi pesawat terbang
7. Memberikan peringatan-peringatan sehubungan dengan adanya
bahaya pada perdagangan lewat udara
8. Mengeluarkan sertifikat pengoperasian bandara pada bandara-
bandara yang memberikan pelayanan transportasi udara
PERKEMBANGAN PESAWAT

1. Jenis pesawat berdasarkan berat:


a. Pesawat yang lebih ringan dari udara atau aerostat (balon
dan kapal udara

Kapal udara

Balon udara Kapal udara


b. Pesawat yang lebih berat dari udara atau aerodin (adalah
autogiro, helikopter, girokopter dan pesawat bersayap tetap)

Autogiro Helikopter

Girokopter Jet
2. Jenis pesawat berdasarkan propulsi:
a. Pesawat terbang layang (Glider)

b. Pesawat bermesin piston


c. Pesawat bermesin turboprop (baling-baling)

d. Pesawat bermesin turbojet


e. Pesawat bermesin turbofan

f. Pesawat bermesin ramjet


3. Jenis pesawat berdasarkan penggunaan:

a. Pesawat eksperimental

b. Pesawat penumpang sipil


c. Pesawat Angkut

d. Pesawat militer
Boeing 747-400

Kecepatan maksimum : 990 km/jam


Jarak tempuh : 14.180 km
Kapasitas kursi : 82* + 323** = 405
Awak : Cockpit 2, Cabin 17
AIRBUS A380

Wingspan : 79,8 m
Luas sayap : 845 m2
Panjang : 73 m
Tinggi : 24,1 m
Berat Net : 252 ton
Seat : 853
Karakteristik Pesawat
Boeing 737-100

Kecepatan maksimum: 840 km/jam


Jarak tempuh: 3.515 km
Kapasitas kursi: 12* + 84** = 96
Awak: Cockpit 2, Cabin 6
Tampak Samping
Tampak Atas
Tampak Depan
Potongan Melintang Pesawat
MACAM-MACAM ISTILAH BERAT PESAWAT
1. Operating weight empty/OWE (Bobot kosong operasi)
Berat dasar pesawat, termasuk di dalamnya Crew dan peralatan
pesawat yang harus ada di dalam pesawat (no go item), tetapi tidak
termasuk bahan bakar dan penumpang yang membayar. OWE
berubah-ubah tergantung konfigurasi seat.

2. Payload (Muatan)
Produksi muatan (barang/penumpang) yang membayar, diperhitungkan
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, termasuk didalamnya
penumpang, barang, surat-surat, paket dan bagasi.

3. Zero fuel weight (Bobot bahan bakar kosong)


Adalah batasan berat, spesifik pada tiap jenis pesawat, di atas batasan
berat itu tambahan berat harus berupa bahan bakar, sehingga ketika
pesawat terbang tidak terjadi momen lentur yang berlebihan pada
sambungan.
MACAM-MACAM ISTILAH BERAT PESAWAT
4. Maximum ramp weight
Berat maksimum pesawat yang diijinkan untuk melakukan taxi. Pada
saat pesawat taxiing dari apron menuju ujung runway dia berjalan
dengan kekuatannya sendiri, membakar bahan bakar sehingga
kehilangan berat. Selisih dari maximum ramp weight sangat sedikit
hanya beberapa ratus kilogram.

5. Maximum struktural landing weight


Kemampuan struktural pesawat pada waktu mendarat. Roda
pendaratan (main gear) yang strukturnya direncanakan untuk menyerap
gaya yang lebih besar harus didesain dengan menggunakan gear yang
kuat.

6. Maximum struktural take-off weight (MTOW)


Berat maksimum pesawat termasuk crew, berat pesawat kosong, bahan
bakar, payload yang dijinkan oleh pabrik, sehingga momen tekuk yang
terjadi pada badan pesawat, rata-rata masih dalam batas kemampuan
material pembentuk pesawat.
7. Landing Gear
Pada umumnya Landing Gear pada suatu pesawat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu Landing Gear bagian depan (Nose Landing Gear) dan
Landing Gear bagian belakang (Main Landing Gear). Untuk pesawat
penumpang Nose Landing Gear berjumlah satu buah,dan Main Landing
Gear berjumlah dua buah ( pada sayap kiri berjumlah satu buah, dan pada
sayap kanan berjumlah satu buah ).
Pengaruh Kemampuan Pesawat Terhadap Panjang
Landas Pacu Dalam Perencanaan Geometri

Perencanaan geometrik didasarkan kepada dimensi fisik pesawat. Pesawat


yang ada dikelompokkan ke dalam 4 kelas yang didasarkan kepada ukuran
lebar sayap dan jarak roda pendarat utamanya (wheel base)

GRUP Jenis Pesawat

I B 727-100, B 737-100, B737-200, DC-9-10, DC9-30, DC 9-40, BAC 111

II DC-8, B 707, 720, 727-200, DC-10, L-1011

III B 747

IV Lebih besar dari grup III, pesawat masa depan


ICAO (International Civil Aviation Organization) menggunakan suatu kode
acuan dua unsur untuk mengklasifikasi standar desain geometrik untuk
bandar udara. Unsur kode itu terdiri atas penetapan angka dan abjad. Nomor
kode 1 sampai 4 mengklasifikasi panjang landasan pacu yang tersedia dan
huruf kode A sampai E mengklasifikasikan lebar bentang sayap dan bentang
roda pendaratan utama sebelah luar untuk pesawat.

Panjang Landasan Pacu


LINGKUNGAN LAPANGAN TERBANG

Menurut ICAO, standar ARFL (aeroplane reference field lenghth) adalah standar
landas pacu minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada max
certificated take off weight, elevasi muka laut, kondisi standar atmosfir,
keadaan tanpa ada angin bertiup, landas pacu tanpa kemiringan (kemiringan =
0).

Beberapa faktor yang mempengaruhi panjang landasan pacu (runway)


bandar udara:

1. Temperatur
2. Ketinggian
3. Kemiringan landasan
4. Kondisi permukaan landas pacu
5. Angin
1. Temperatur (suhu)

Pada temperatur yang lebih tinggi, kebutuhan panjang landas menjadi lebih
panjang, karena temperatur tinggi density udaranya rendah, menghasilkan
output daya dorong yang rendah. Sebagai standar temperatur dipilih temperatur
di atas muka airlaut sebesar :
59o F = 15oC.

2. Ketinggian (Altitude)

Berdasarkan rekomendasi ICAO, bahwa A.R.F.L bertambah sebesar 7% setiap


kenaikan 300m (1000 ft) dihitung dari ketinggian muka laut.
3. Kemiringan landasan (runway gradient)

Bandara yang memiliki kemiringan ke atas memerlukan landasan yang lebih


panjang dibanding landasan yang datar atau yang menurun (kemiringan
1,5%)

4. Kondisi permukaan landas pacu

Permukaan landasan pacu yang memiliki genangan air tipis (standing water)
sangat dihindari, karena hal tersebut dapat membahayakan operasional
pesawat. Standing water menyebabkan permukan menjadi licin bagi roda
pesawat sehingga membuat daya pengereman menjadi jelek.

Roda pesawat yang berputas di atas lapisan tipis air disebut hydro planning,
koefisien pengereman pada kondisi ini sangat jelek, karena koefisien gesek
menjadi berkurang yang pada akhirnya menyebabkan kemampuan kemudi
menjadi hilang.

Tebal lapisan yang menimbulkan efek hydro planning, dipengaruhi oleh:


1. bentuk kembangan ban
2. kondisi ban
3. texture permukaan landasan

Anda mungkin juga menyukai