Anda di halaman 1dari 36

KAJIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN PADANG LAMUN

DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN BINTAN


PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Ir. Supriharyono, M.Sc

Disusun Oleh
Andi Prasetiawan NIM : 26010117510005
Aunurrahman NIM : 26010117510004

PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN SUMBERDAYA PANTAI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PENDAHULUAN

Kabupaten Bintan
• 98,51% perairan
• 240 pulau-pulau
• Garis pantai 728 km
• Only 45 Km
South-west of
Singapore
PENDAHULUAN

• Berdasarkan kesepakatan Pemerintah Indonesia


dan Singapura pada 25 Juni 2006, Batam, Bintan,
dan Karimun (BBK) ditetapkan sebagai KEK yang
pengembangannya mendapat prioritas utama.

• PP Nomor 47 Tahun 2007 Kabupaten Bintan


ditetapkan menjadi salah satu bagian dari
Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas.
PENDAHULUAN

• Tanggal 28 Agustus 1990, penandatanganan MoU


Pemerintah Indonesia dengan Singapura dalam
perjanjian Framework Agreement on Regional
Economic Cooperation

• Kawasan MOU ini terdiri dari:


a. Kawasan Pariwisata terpadu (KPT) seluas
23.000 ha (18,6%),
b. Kawasan Industri Terpadu (KIT) seluas 4.000
ha (3,2%) ;
1990 1991 1992 1994
Signing Ground RDCO/Riau Opening of
Agreement on Breaking of Development Bandar Bentan
Economic Bintan Resorts Coordinating Telani Ferry
Cooperation Office Terminal in
Establishment Bintan Resorts

Milestone
1995 1996 2007 2007
Opening of Grand Opening Launch of Lagoi Ground
Tanah Merah of Bintan Bay Breaking of
Ferry Terminal Resorts Development Treasure Bay
in Singapore Bintan

2011 2011 2014 2014 2015 2016

Ground Ground Ground Opening : Opening Opening


Breaking Breaking Breaking The of Plaza of The
of Lagoi of Alilas of Doulos Sanchaya Lagoi Haven
Bay Villas Phos Bintan
Condotel Bintan
Plaza Lagoi at Lagoi Bay Centre
Resorts
Resorts
Resorts
Resorts
Resorts
GolfResorts
Course
GolfResorts
Course
GolfResorts
Course
PENGUNJUNG WISATA 2004 – 2014
Inclusive all modes of arrival

487,475 478,457
470,470
470,000 457,578
433,674
420,000 410,454
397,833

370,000
333,775
323,610
320,000 300,827
288,083
270,000

220,000

170,000

120,000

70,000

20,000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
LATAR BELAKANG

• Meningkatnya kegiatan pembangunan di


Kabupaten Bintan baik di daratan maupun pesisir
meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya
perairan pesisir

• Sebagai upaya menjaga kelestarian ekosistem


pesisir Pemkab Bintan menetapkan pesisir Timur
wilayah KKLD melalui SK Bupati Bintan No.
261/VIII/2007 seluas 479.905 Ha.
LOKASI KKLD KABUPATEN BINTAN
KONDISI EKOSISTEM KARANG DAN LAMUN
Titik I Kedalaman 3 m
No Kategori Total Jarak Tutupan %
Kedalaman 3 m
1 Acropora Branching 1561 31.22
2 Acropora Tabulate 170 3.4
3 Anemon 28 0.56
4 Coral Branching 14 0.28
5 Coral Encrusting 44 0.88
6 Coral Foliose 75 1.5
7 Coral Massive 516 10.32
8 Coral Mushroom 24 0.48
9 Coral Submassive 75 1.5
10 Dead Coral Alga 1865 37.3
11 Makro Alga 179 3.58
12 sands 40 0.8
13 Soft Coral 409 8.18
Luas Tutupan 57.76
Kedalaman 10 m
1 Acropora Branching 1159 23.18
2 Anemon 41 0.82
3 Coral Encrusting 37 0.74
4 Coral Foliose 246 4.92
5 Coral Massive 447 8.94
6 Coral Mushroom 63 1.26
7 Coral Submassive 113 2.26
8 Dead Coral With Alga 2084 41.68
9 Makro Alga 286 5.72
10 Sands 197 3.94
11 Soft Coral 254 5.08
12 Sponges 73 1.46
13 Tunicata 4 0.08
Luas Tutupan 52.1
Titik II Kedalaman 3 m
No Kategori Total Jarak Tutupan %
Kedalaman 3 m
1 Acropora Branching 1224 24.48
2 Acropora Digitate 13 0.26
3 Acropora Tabulate 167 3.34
4 Coral Branching 203 4.06
5 Coral Encrusting 70 1.4
6 Coral Foliose 248 4.96
7 Coral Heliopora 19 0.38
8 Coral Massive 341 6.82
9 Coral Submassive 112 2.24
10 Dead Coral Alga 1935 38.7
11 Makro Alga 162 3.24
12 sands 378 7.56
13 soft coral 128 2.56
Luas Tutupan 50.5
Kedalaman 10 m
1 Acropora Branching 1020 20.4
2 Acropora Digitate 13 0.26
3 Acropora Tabulate 127 2.54
4 Coral Branching 203 4.06
5 Coral Encrusting 70 1.4
6 Coral Foliose 148 2.96
7 Coral Heliopora 19 0.38
8 Coral Massive 241 4.82
9 Coral Submassive 112 2.24
10 Dead Coral Alga 2435 48.7
11 Makro Alga 162 3.24
12 sands 322 6.44
13 soft coral 128 2.56
Luas Tutupan 41.62
Titik III Kedalaman 3 m
No Kategori Total Jarak Tutupan %
Kedalaman 3 m
1 Acropora Branching 492 9.84
2 Anemon 42 0.84
3 Coral Branching 463 9.26
4 Coral Encrusting 208 4.16
5 coral Foliose 23 0.46
6 Coral Heliopora 21 0.42
7 Coral Massive 627 12.54
8 Coral Submassive 120 2.4
9 Dead Coral Algae 601 12.02
10 Makro Alga 745 14.9
11 Rubble 964 19.28
12 Sands 318 6.36
13 Soft Coral 376 7.52
Luas Tutupan 65.88
Kedalaman 10 m
1 Acropora Branching 1074 21.48
2 Acropora Tabulate 79 1.58
3 Coral Branching 956 19.12
4 Coral Encrusting 5 0.1
5 Coral Foliose 206 4.12
6 Coral Heliopora 23 0.46
7 Coral Massive 226 4.52
8 Coral Mushroom 16 0.32
9 Coral Submassive 473 9.46
10 Dead Coral Alga 1884 37.68
11 Sands 58 1.16
Luas Tutupan 61.16
KONDISI EKOSISTEM KARANG

TAHUN 2015
Analisis status kesehatan mempergunakan acuan
Kepmen 04/2001 ttg Kriteria Baku Kerusakan Terumbu
Karang masuk kategori baik 49,9% –75,0%.

TAHUN 2017
Adapun status kesehatan mempergunakan acuan
Kepmen 04/2001 ttg Kriteria Baku Kerusakan Terumbu
Karang masuk kategori sedang (24,9 – 50,0 %% )
KONDISI EKOSISTEM LAMUN

TAHUN 2015
Nilai persentase penutupan lamun dalam rentang
kondisi > 60% dikategorikan kaya.

TAHUN 2017
Nilai persentase penutupan lamun dalam rentang
kondisi jarang (>5% C<25 %) hingga sedang (>25%
C<60 %) berdasarkan Kepmen Negara LH No. 200
Tahun 2004.
PEMBAHASAN

Mengapa Memilih Kabupaten Bintan

Pesatnya pengembangan pariwisata di Pulau Bintan


menyebaban degradasi ekosistem di wilayah KKLD
Bintan, untuk itulah dipilih wilayah ini sebagai lokasi
studi.
PEMBAHASAN

Pengelolaan Yang Lebih Didahulukan

Pengelolaan yang lebih didahulukan adalah masyarakat


sosialnya.

Pengelolaan hakekatnya proses pengontrolan tindakan


manusia, agar pemanfaatan SDA dilakukan bijaksana
dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan.
PEMBAHASAN

Mengapa Perlu Di Kelola

Wilayah pesisir berfungsi penyedia jasa ekologis


(feeding, spawning dan nursery) dan jasa fisik
(rekreasi, perlindungan bahaya alam)

Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi begitu


tinggi namun dihadapkan ancaman yang tinggi pula,
hendaknya dikelola secara terpadu dan berkelanjutan
PEMBAHASAN

Hal Utama Pengelolaan

Pengelolaan diutamakan terhadap ekosistem yang masih


baik. Arah dan tujuan sbb:

• Mencegah/mengurangi/mengendalikan kerusakan
yang ditimbulkan kegiatan berbasis darat/ laut;

• Melindungi lingkungan pesisir dan laut yang secara


ekonomi dan ekologis merupakan habitat kritis;

• Memperkuat kelembagaan dan peran masyarakat


dalam proses pelestarian lingkungan pesisr dan laut.
PEMBAHASAN

Kegagalan Pengelolaan Pesisir

• Kegagalan kebijakan yang tidak dapat


menginternalisasi permasalahan lingkungan yang ada;

• Kegagalan masyarakat sebagai bagian pelaku


pengelolaan lokal akibat beberapa persoalan
mendasar yang menjadi keterbatasan masyarakat;

• Kegagalan pemerintah sebagai bagian kegagalan


pelaku pengelolaan regional yang diakibatkan oleh
kurangnya perhatian pemerintah dalam menanggapi
persoalan sumberdaya hayati.
PEMBAHASAN

Kondisi tahun 2015


SEKIAN DAN TERIMAKASIH

PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN SUMBERDAYA PANTAI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai