Anda di halaman 1dari 41

KEBIJAKAN

PROGRAM PENCEGAHAN &


PENGENDALIAN HEPATITIS DAN PISP
DI INDONESIA

PK SDM DALAM P2 HPISP


TEBING TINGGI, 02 APRIL 201 1
SUBDIT HEPATITIS & ISP
 Seksi HEPATITIS untuk Hepatitis virus yang ditularkan secara
parenteral (tidak melalui saluran cerna) meliputi Hepatitis B
dan C
 Seksi Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (PISP)
untuk kelompok penyakit saluran cerna yang ditularkan
secara orofecal (mulut/makanan-minuman yang tercemar
tinja) antara lain Hepatitis A, E, Diare, Tifoid, dll sesuai
perkembangan situasi penyakit menimbulkan dampak
kesmas secara luas
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Hepatitis dan PISP
TUJUAN UMUM
Melaksanakan Kegiatan Pengendalian Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan secara berhasil-
guna dan berdaya-guna dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
TUJUAN KHUSUS
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hepatitis dan penyakit infeksi saluran
pencernaan
Mencegah terjadinya penularan hepatitis dan penyakit infeksi saluran pencernaan secara meluas di
masyarakat khususnya kelompok masyarakat yang rentan (bayi, balita dan orang usia lanjut)
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat hepatiis dan dan penyakit infeksi saluran pencernaan
Meningkatkan kualitas hidup orang dengan Hepatitis
A. INDIKATOR KEGIATAN HEPATITIS
2015 - 2019

NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019


ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN 2020, ELIMINASI
HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang melakukan sosialisasi 3 10 20 40 80 80
dan atau advokasi ttg hepatitis.
2 Jumlah Propinsi yang melakukan kegiatan 7 14 21 28 34 34
surveilans Sentinel Hepatitis pada
populasi berisiko
3 % Kab/kota yang melakukan deteksi 3 10 20 30 60 80
dini hep B pada bumil
4 % Kab/kota yang melakukan deteksi dini NA 10 20 30 60 80
hep B dan C pada populasi beresiko
5 % orang yang terdeteksi dg HBsAg positif NA 2,5 5 10 20 30
yang mendapatkan akses
perawatan/upaya lanjutan
6 % Orang Dengan Hep C mendapatkan NA 5 10 20 40 60
akses perawatan/layanan lanjutan
INDIKATOR KEGIATAN ISP 2015-2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
a. Menurunnya angka kematian balita akibat diare sebesar 50% dari kondisi saat
ini
b. Menurunnya angka kesakitan demam tifoid pada anak sekolah sebesar 30%
dari kondisi saat ini
1 % Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi NA 10 20 40 80 90
dan atau advokasi tentang diare, Tifoid dan
Hep A & E
2 % Kab/kota yg melakukan Layanan NA 10 20 40 80 90
Rehidrasi Oral aktif
3 % Kab/kota yang melaksanakan SKD KLB NA 10 20 40 80 90

4 % Kab/kota yang melakukan kegiatan NA 2,5 5 10 20 30


surveilans Tifoid pada kelompok masyarakat
paling berisiko

5. % kelompok anak sekolah yang melakukan NA 2,5 5 10 20 30


upaya pencegahan demam tifoid
KEBIJAKAN PROGRAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT HEPATITIS DI INDONESIA

2019
2030
80% Kab/Kota =
Eliminasi
411 Kab/Kota
Hepatitis
melakukan DDHBC
B dan C

2017
2022
30%Kab/kota =
154 Kab/Kota Eliminasi Hep B (PPIA)
melakukan DDHBC
2018
60% Kab/Kota Kab/kota yang melaksanakan
= 308 Kab/kota DDHB pada > 90% Bumil
melakukan
Target Sasaran PPIA
DDHBC
5,3 Jt Bumil Dideteksi
ROADMAP ELIMINASI HEPATITIS
(2015-2030)
2005- 2010- 2015-
2015- 2020-
2009 2014 2020 2030
2019
Universal
Coverage
Upaya Kuratif
Eliminasi
Hepatitis C
(2030)

Pendukung/penunjang

S Populasi Risti 5. LGBT 1. 90% kelompok Risti melakukan Deteksi Dini


A 2. 90% bayi baru lahir mendapatkan Imun Hep B <24
S 1.Bumil 6. ODHA
jam, dan HBIG dari ibu reaktif hep B
A 2.Nakes 7. Pasien IMS 3. 80% orang yang ditemukan mendapat layanan
R 3.Penasun 8.Hemodialisis lanjutan
A 4.Pekerja seks 9.Warga Binaan
N

EMTCT  95% bayi baru lahir HBO<24 jam; 90% bumil lakukan DDHB; 90% bayi yg lahir dari
bumil HBsAg pos diberikan HBO dan HBIG
Target Global
 Eliminasi Penularan Hep B dari
Ibu ke anak (PPIA/EMTCT
Hepatitis) tahun 2020

 Eliminasi Hep B dan C tahun


2030

 Pencapaian SDGs : indikator


menurunkan Insidens Hep B per
100.000 penduduk
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 43 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN 
PP NO.2 TAHUN 2018 TENTANG SPM
1. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar; (PMK 97 th 2014
& PMK 52 tahun 2017 ttg Eliminasi PPIA HIV, Sifilis dan Hepatitis B.)
2. Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar;
3. Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; √
4. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar; √
5. Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;
6. Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar;
7. Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar;
8. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
9. Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
10.Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar;
11.Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar; dan
12.Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, waria/transgender,
pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai standar.
REGULATIONS HEPATITIS CONTROL IN
INDONESIA
• Permenkes No. 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis Virus
• Permenkes No. 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
dari Ibu ke Anak
• Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum hamil,
masa hamil, persalinan dan sesudah melahirkan.
• Permenkes No.12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi (HB0 <24 jam)
• Permenkes No.66 Tahun 2016 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah
Sakit
• Permenkes No.91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
• Permenkes No. 83 Tahun 2014 tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit,
dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah
• Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah
• Perturan pemerintah RI No.2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
(Pemeriksaan Hepatitis B pada ibu hamil wajib dilakukan)
Riskesdas 2013:
Prevalensi
Hepatitis B 7,1% atau
sekitar 18 juta
penduduk terinfeksi

Hepatitis B
Worldwide HCV infection
• 2007: 150 million people
• 2016: 115 million people
Highest: Asia Pacific and Africa

WHO. Guidelines for the screening care and treatment of persons


with chronic hepatitis C infection. Updated version, April 2016
BEBAN BARU BAGI NEGARA AKIBAT HEPATITIS B /TAHUN

• Setiap tahun terdapat 5,3 juta bumil, HBsAg reaktif pada


bumil rata – rata 3% maka setiap tahun terdapat sebanyak
150.000 orang yang 95% potensial mengalami Hepatitis B
kronis
• Biaya pengobaan sirosis 1 M transplantasi hati 4-5 M.
• 30% bayi yang tertular pada 30 tahun kedepan akan
menjadi sirosis  biaya yg dibutuhkan 45.000 x 1 M = 45
T
URGENT  PEMUTUSAN PENULARAN DARI IBU KE BAYI

• DETEKSI DINI HEPATITIS B PADA IBU HAMIL


1. 5,3 juta Bumil diperiksa status Hepatitis B
(RDT @ Rp. 10 rb + biaya pemeriksaan
@Rp.20 rb)  106 M
2. Perlindungan spesifik pada bayi dari ibu
reaktif (HBIG) sekitar 3% = 150 rb x @ Rp.
1,3 jt = Rp.195 M
3. Vaksinasi HB0, HB1, HB2, HB3 sudah
dianggarkan melalui Imunisasi
• Efisiensi jangka panjang :
Rp.38,2T – (Rp.106M + Rp.195M)
=Rp.37,9 T/tahun
60%

51.36%

33.66%

30%

17.12%

5.80%
10%
5%
2015 2016 2017 2018

Target (%) Capaian (%)


MENINGKATKAN PENEMUAN KASUS
(Hepatitis B)

• Strategi menuju Eliminasi


Penularan Hepatitis B dari ibu ke
anak 2020 melalui
1. Peningkatan cakupan imunisasi pada
bayi baru lahir < dari 24 jam dari saat
kelahirannya
2. Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu
hamil dan kelompok berisiko tinggi
lainnya, masing-masing dengan
cakupan paling tidak 90%.
TRIPLE ELIMINASI
( ELIMINASI PENULARAN HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS B)
DARI IBU KE ANAK
LATAR BELAKANG

Penyakit HIV, Sifilis dan Hepatitis B adalah penyakit yang dapat menular seksual
1 yang dapat berakibat kecacatan serta pembiayaan tinggi.

Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak di Indonesia cukup tinggi yaitu
2 0,33%, 1,7% dan 2,5%, oleh karena itu jumlah kasus HIV, Sifilis dan Hepatitis B
pada anak cenderung meningkat.

Test HIV pada Bumil dan pemberian ARV pada Bumil dg HIV sejak trimester pertama

3
kehamilan akan menurunkan jumlah bayi lahir dengan HIV.
Jika bumil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat maka 67% kehamilan akan
berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital pada neonatus.

Infeksi Hepatitis B pada bayi meningkatkan risiko kematian


4 pada dewasa muda ( Sirosis dan kanker hati)

Eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak akan menurunkan angka kematian
5 dan kecacatan, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dan menekan pembiayaan
pelayanan kesehatan.
PENULARAN VERTIKAL HIV-SiFILIS dan HEPATITIS
B
Penularan HIV Penularan Sifilis PENULARAN
45% 67- 90% HEPATITIS B 95%

Risiko Risiko abortus, lahir Risiko : 95% Bayi


45% bayi HIV mati atau sifilis Hepatitis B
kongenital
Dari ibu ke anak yang dikandung, dilahirkan atau disusui
TUJUAN
 Tujuan global mengakhiri epidemi HIV , PIMS (Sifilis)
dan virus hepatitis sebagai ancaman kesehatan
masyarakat pada tahun 2030. ( SDG’s)
 ‘triple’ Eliminasi Penularan dari ibu ke anaknya (WHO)
 HIV :HIV baru pada anak ≤50 per 100.000 kelahiran
hidup per tahun INTERVENSI
 populasi menyusui <5% atau
 populasi non menyusui <2%.
 sifilis bawaan (kongenital) ≤50 per 100.000 1. intervensi EMTCT
kelahiran hidup per tahun. saat hamil (antenatal),
persalinan, dan
 Hepatitis B baru ~ HBsAg ≤0,1% pada tahun 2030 setelah dilahirkan
2. pengobatan atau
 Syarat : profilaksis
 cakupan ANC lengkap berkualitas setinggi-tingginya
(≥95%) untuk tes HIV dan sifilis, 3. vaksinasi hepatitis B.
 cakupan pengobatan setinggi-tingginya juga (≥ 95%). 4. Nilai tunggal
 cakupan HB0 birthdose >95% (< 24 jam kelahiran), ≤50/100.000 kelahiran
dilanjutkan HB1, HB2 & HB3100% tahun 2022. hidup
DUKUNGAN
(Global guidance on criteria and processes for validation: Elimination of mother-to-child transmission (EMTCT) of HIV and syphilis, WHO 2014)
STRATEGI

Pendekatan PIS-PK

1. meningkatkan akses dan kualitas layanan bagi ibu hamil, ibu


menyusui, dan bayi / anak sesuai standar program;
2. meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam
sistem kesehatan, deteksi dan penatalaksanaan yang
diperlukan untuk Eliminasi Penularan;
3. meningkatkan penyediaan sumber daya di bidang kesehatan;
4. meningkatkan jaringan kerja, jejaring kerja, dan kemitraan serta
kerja sama lintas program dan lintas sektor;
5. meningkatkan manajemen program yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna.
6. meningkatkan peran serta masyarakat
TARGET
a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dari ibu ke anaknya
b. Menurunkan hingga meniadakan masalah kesehatan terkait HIV, Sifilis
dan Hepatitis B;
c. Mendorong perilaku hidup bersih dan sehat bebas risiko kesehatan
d. Meningkatkan kualitas pengetahuan, kebiasaan dan praktik petugas
pelaksana, institusi, dan manajemen pelayanan kesehatan berorientasi
pada standar prosedur
e. Menghilangkan dampak sosial ekonomi pada individu, keluarga dan
masyarakat.
ROADMAP
2018 - •Akses Terbuka ELIMINASI PENULARAN
HIV, SIFILIS & HEPATITIS B
2019 DARI IBU KE ANAK
Di INDONESIA

2020- •Pra Eliminasi


2021 Eliminasi : <50/100.000 KH
: <5/10.000 KH
: <0,05%

Eliminasi : upaya 2022 • Eliminasi


pengurangan penyakit
berkesinambungan di
wilayah kesakitan
serendah mungkin :
tidak menjadi masalah 2023- •Pemeliharaan
kesehatan di wilayah 2025
INTEGRASI DALAM LAYANAN KIA
Tentu sTatus
kan Imunisa
si Tablet
Tes Kehamilan,

ANAMNESIS TFU DJJ


Fe
Gol. Darah
Hemoglobin
GlukoProteinurin
sTatu
s gizi Test Sifilis,
HIV,
Hep B,
Tata Malaria (pada

Tensi laksan daerah endemis),,


Sputum BTA (bila
a ada indikasi

TB ANC Temu
& wicara
BB TERINTEGRASI konseling
TINDAK
LANJUT
LANGKAH KERJA ( IBU HAMIL)
Indikator HIV Sifilis Hepatitis B
Ibu hamil diperiksa, Cakupan 2018 : 60% dari ibu hamil K1
dites, dideteksi dini ANC Cakupan 2019 : 70% dari ibu hamil K1
10T lengkap berkualitas Cakupan 2020 : 80% dari ibu hamil K1
Cakupan 2021 : 90% dari ibu hamil K1
Cakupan 2022 : 100% dari ibu hamil K1

Penanganan bagi ibu 100% ibu hamil diobati ARV, 100% ibu hamil diobati 100% kasus hepatitis B
hamil dengan hasil berupa Kombinasi Dosis dengan Benzatin Penicilin G pada ibu hamil dalam
positif Tetap (KDT) (Tenofovir 300mg 2,4 juta IU IM sebagai pengawasan, dirujuk ke
+ Lamivudin 300mg + program dosis tunggal pada rumah sakit yang
Efavirens 600mg) setiap hari fase dini, diulang 2 kali dgn mampu tatalaksana
sekali (tiap 24jam) seumur selang waktu 1 minggu atau hepatitis B
hidup dirujuk

100% bersalin di fasyankes 100% bersalin di fasyankes 100% bersalin di


oleh nakes oleh nakes fasyankes oleh nakes
LANGKAH KERJA ( BAYI )
Indikator HIV Sifilis Hepatitis B
Penanganan anak dari 100% mendapat pelayanan 100% mendapat pelayanan 100% mendapat
ibu positif standar standar pengobatan pelayanan standar
profilaksis ARV dalam 24 jam, Benzatin Penicilin G 50.000 imunisasi HB0 <24 jam
pemeriksaan EID (virologis IU/kgBB IM dosis tunggal, dan
kualitatif dgn DBS) saat mulai pemeriksaan titer RPR usia HBIg <24 jam;
6 minggu, dilanjutkan dengan 3 bulan dibandingkan titer pemeriksaan serologis
kotrimoksazol profilaksis ibunya, atau pemeriksaan HBsAg dan atau
atau pemeriksaan serologis lain atau pemantauan klinis virologis Hepatitis B
pada usia 18 bulan sampai 2 tahun saat bayi usia 9-12
bulan.

Anak negatif 100% hasil DBS EID negatif, 100% titer RPR negatif atau 100% pemeriksaan
(keberhasilan program anak sehat tanpa ARV sama dengan titer ibu anak serologis HBsAg
3E) sehat, tanpa cacat atau negatif.
kematian
Indikator Umum
No Uraian 10T HIV Siflis Hepatitis B
1 Cakupan ibu hamil dilakukan
100% 100% 100% 100%
ANC terpadu
2 Ibu hamil terinfeksi maks 0,30% 1,70% 2,50%
3 Ibu hamil terinfeksi
100% 100% 100%
mendapatkan pelayanan
4 Bayi dari ibu hamil terinfeksi
mendapatkan penanganan 100% 100% 100%

5 Bayi terinfeksi per 100.000


<0,05% <0,05% <0,05%
kelahiran hidup per tahun
INDIKATOR KASKADE
(HEPATITIS B)
ELIMINASI PENULARAN TINGKAT
KABUPATEN/KOTA
DAN PELAYANAN
Indikator pelayanan Cara menghitung dan manfaat indikator Sumber data
1. Cakupan ibu hamil yang Jumlah ibu hamil yang dites dibagi jumlah ibu hamil Kartu/kohort ibu
dideteksi dini Hepatitis B yang datang ANC (sasaran bumil), dikali 100% dan Register ANC
(Proporsi ibu hamil dites Angka ini menggambarkan kualitas pelayanan (KIA/Kesga);
KIA/Kesga dan kontribusi terhadap penemuan kasus Register DDHB
HBsAg saat ANC)
HBV SIHEPI 3E

2. Proporsi ibu hamil hep B Jumlah ibu hamil yang dites dan hasil positif di bagi Register ANC;
positif jumlah ibu hamil yang diperiksa hepatitis B saat ANC, Register DDHB
dikali 100% SIHEPI 3E
Angka ini dapat digunakan untuk menghitung
kebutuhan reagen/logistik

3. Proporsi ibu hamil yang Jumlah ibu hamil yang terinfeksi Hepatitis B Register ANC ;
terinfeksi hepatitis B mendapat tatalaksana dibagi ibu hamil yang Register DDHB
mendapat tatalaksana terinfeksi dikali 100%
Angka ini dapat digunakan untuk menghitung
banyaknya ibu hamil dengan Hepatitis B manifes
atau viral load lebih dari 10 8
Indikator pelayanan Cara menghitung dan manfaat indikator Sumber data
4. Proporsi bayi baru lahir Jumlah bayi baru lahir dari ibu hep B yang Register ANC/
dari ibu hepatitis B yang mendapat HB0 dan HBIg <24 jam dibagi jumlah PNC/KF;
mendapat HB0 dan HBIg bayi lahir dari ibu hep B pada periode waktu yang Kartu/kohort
sama, dikali 100% bayi (KN);
kurang dari 24 jam
Register DDHB
SIHEPI 3E
5. Proporsi bayi usia 9-12 Jumlah bayi usia 9-12 bulan dari ibu hepatitis B Kartu/kohort
bulan dari ibu hepatitis B yang diperiksa hepatitis B (virologis dan/atau Balita;
yang diperiksa hep B serologis) dibagi dengan jumlah bayi yang lahir dari Register DDHB
ibu hepatitis B, dikali 100%
virologis atau serologis

6. Proporsi bayi terinfeksi Jumlah bayi usia 9-12 bulan terinfeksi Hepatitis B Kartu/kohort
Hepatitis B dibagi bayi usia 9-12 bulan lahir dari ibu terinfeksi Balita;
Hepatitis B, dikali 100% Register DDHB

7. Proporsi bayi terinfeksi Jumlah bayi terinfeksi Hepatitis B mendapat Kartu/kohort


Hepatitis B mendapat tatalaksana dibagi bayi terinfeksi Hepatitis B, dikali Balita;
tatalaksana 100% Register DDHB
INDIKATOR KEGIATAN ISP 2015-2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
a. Menurunnya angka kematian balita akibat diare sebesar 50% dari kondisi saat
ini
b. Menurunnya angka kesakitan demam tifoid pada anak sekolah sebesar 30%
dari kondisi saat ini
1 % Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi NA 10 20 40 80 90
dan atau advokasi tentang diare, Tifoid dan
Hep A & E
2 % Kab/kota yg melakukan Layanan NA 10 20 40 80 90
Rehidrasi Oral aktif
3 % Kab/kota yang melaksanakan SKD KLB NA 10 20 40 80 90

4 % Kab/kota yang melakukan kegiatan NA 2,5 5 10 20 30


surveilans Tifoid pada kelompok masyarakat
paling berisiko

5. % kelompok anak sekolah yang melakukan NA 2,5 5 10 20 30


upaya pencegahan demam tifoid
PENYEBAB KEMATIAN Penyebab Kematian Pada
PADA BAYI POST NEO
Anak Balita 1 – 4 tahun
NATAL

DB
D

DBD

Diare

Sumber data kajian Masalah Kesehatan Berdasarkan Siklus Kehidupan 2011, di 15


Kab/Kota oleh Litbangkes
PENANGANAN DIARE DI INDONESIA

MENCEGAH DAN MENGATASI DEHIDRASI

PEMBERIAN ZINC HINGGA 10 HARI PADA


ANAK DIBAWAH 5 TH

PENANGANAN DIARE SESUAI TATA LAKSANA


HASIL KEGIATAN P2 DIARE TAHUN 2017

Cakupan Pelayanan Diare pada Semua Umur – Nasional:


60,40%

Cakupan Pelayanan Diare pada Balita – Nasional:


40,01%

Cakupan Pemberian Oralit pada Semua Umur: 88,72%.


Rata-rata Pemberian: 5

Cakupan Pemberian Oralit pada Balita: 91,08%

Cakupan Pemberian Zinc pada Balita: 86,33%. Rata-rata


Pemberian: 9
STRATEGI P2 DIARE
 Menggerakkan dan memberdayakan
PARTISIPASI masyarakat untuk PHBS
DAN
PEMBERDAYA
 Mendorong dan menfasilitasi
AN pengembangan potensi dan peran serta
MASYARAKAT
asyarakat dalam penyebarluasan
PEMANTAPAN PENGEMBAN informasi
SISTEM DAN GAN
PROSEDUR, KEMITRAAN  Mengembangkan jejaring kemitraan
BIMBINGAN DAN JEJARING
DAN EVALUASI KERJA secara multi disiplin lintas program dan
lintas sektor di semua jenjang
P2 (pemerintah dan swasta)
 Meningkatkan akses masyarakat
DIARE terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
PENINGKATAN
PENGUATAN UPAYA  Meningkatkan pengetahuan petugas
SISTEM
SURVEILANS
PREVENTIF
DAN
dan menerapkan pelaksanaan tata
PROMOTIF laksana diare secara standar
 Mengembangkan sistem kewaspadaan
PENGUATAN
SELURUH
dini (SKD) yang efektif dan efisien
SUMBER  Meningkatkan surveilans epidemiologi
DAYA
penyakit diare di seluruh fasilitas
layanan kesehatan
TATA LAKSANA DIARE PADA BALITA

1. PEMBERIAN ORALIT
2. PEMBERIAN ZINC
3. PEMBERIAN ASI/MAKANAN
4. PEMBERIAN ANTIBIOTIK SELEKTIF
5. PEMBERIAN NASEHAT
REVITALISASI
KEGIATAN LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF

L
PASIEN O
K
E
T

Keterangan :
Ibu/Pasien Diare
Petugas LROA
KEBIJAKAN LROA
1.Layanan Rehidrasi Oral Aktif merupakan salah satu
indikator kinerja pengendalian diare di kabupaten /
kota.

2.Layanan Rehidrasi Oral Aktif dilaksanakan di


puskesmas sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
dalam pencegahan dan penanggulangan diare.

3.Layanan Rehidrasi Oral Aktif dilakukan dengan


cara observasi penderita diare.
DEFINISI OPERASIONAL LROA

Salah satu ruangan (tempat) di puskesmas yang melakukan


paling tidak dua dari beberapa puskesmas yang melakukan
paling tidak dua dari beberapa kegiatan Layanan Rehidrasi Oral
(LRO) secara terus menerus 3 bulan terakhir dalam periode
pelaporan tahun berjalan, yang dibuktikan dengan adanya
data/laporan hasil pelaksanaan kegiatan .
KEGIATAN LROA

1) Penyuluhan/Desiminasi informasi/sosialisasi tentang


diare, cara pencegahan, pengenalan dini, dan
tatalaksananya
2) Konseling rehidrasi oral
3) Konseling pemberian oralit dan zinc
4) Penyediaan layanan oralit dan zinc
5) Melakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas
masyarakat dalam hal diare upaya pencegahan dan
tatalaksananya
6) Pencatatan dan pelaporan
SELAMATKAN GENERASI
PENERUS BANGSA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai