Anda di halaman 1dari 54

Hubungan kepemilikan Jamban

terhadap kejadian diare pada


Balita

Oleh
Yuni Indriani
Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO), diare merupakan
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak balita
(bawah lima tahun), dan sudah menyebabkan kematian 760.000 anak
setiap tahunnya.
Berdasarkan riskesdas 2013,Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi :
DKI Jakarta 89,8%, Sulawesi Selatan 75,0%, Jawa barat 73,8% , dan
Kalimantan Timur 56,0%. Dari data Kemenkes di wilayah NTB 2017 mencatat
kasus diare di fasilitas kesehatan Nusa Tenggara Barat sebesar 130,561
kasus dan kasus diare pada balita sebesar 68,4%

Menjadi masalah ditingkat global dan regional

Diare disebabkan oleh kuman pathogen penularannya bersifat oro-fecal.

Faktor risiko penyebaransarana pembuangan tinja yang tidak memenuhi


syarat, proses pencucian tangan yang tidak baik setelah buang air besar,
makanan yang tidak higienik, dan kontak makanan dengan lalat .
Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja (haniff : ferlindo dan supriyono)
Pembuangan tinja manusia yang terinfeksi pencemaran tanah dan sumber
penyediaan air bersih dan memberikan kesempatan lalat untuk
bertelur,bersarang dan menimbulkan bau yang tidak enak pada tinja.
pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi bertujuan untuk
mengisolir atau memisahkan tinja dengan manusia (putranti,2013)

Penelitian yang dilakukan oleh anggita sari mengatakan bahwa “ada hubungan
pada klp. Masyarakat yang tidak memiliki jamban dengan yang memiliki jamban
menyebabkan diare pada balita. Sedangkan penelitian herry “tidak ada hubungan
antara ketersediaan jamban dengan diare pada balita”

Penanganan diare di Provinsi NTB tahun 2016 mengalami sedikit penurunan


jika dibandingkan dengan tahun 2015 hal ini disebabkan karena tingginya
kejadian diare

Dari 6 kecamatan yang berada di kota mataram yaitu ( Ampenan, Sekarbela,


Selaparang, Mataram, Cakranegara, dan Sandubaya) Sandubaya merupakan
salah satu kecamatan yang terdiri dari dari 2 puskesmas yaitu Cakranegara
dan Dasan Cermen. Dan Puskesmas Cakranegara dengan kasus diare
tertinggi
Hal ini disebabkanadanya pengaruh lingkungan yang tidak baik
terutama oleh: kepemilikan jamban keluarga, saluran pembuangan air
limbah, sarana air bersih, rumah sehat (Puskesmas cakranegara,
2016).

Turide  Kepemilikan jamban yaitu 82,31% jiwa dari target


yang diharapkan yaitu 90,42% jiwa
Tujuan Penelitian
RUMUSAN  Untuk mengetahui hubungan antara
MASALAH kepemilikan jamban terhadap kejadian diare
pada Balita di Kelurahan Turide wilayah
“Apakah ada hubungna kerja Puskesmas Cakranegara
kepemilikan jamban  Untuk mengidentifikasi kejadian diare pada
terhadap kejadian diare Balita di kelurahan Turide wilayah kerja
pada Balita di Kelurahan Puskesmas cakranegara.
Turide wilayah kerja  Untuk menganalisis hubungan antara
Puskesmas Cakranegara?”. kepemilikan jamban terhadap kejadian diare
pada Balita di Kelurahan Turide wilayah
kerja Puskesmas cakranegara
Manfaat Penelitian
Manfaat akademis
Manfaat praktisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
Definisi
Diare adalah suatu keadaan buang air Jenis – Jenis Diare
besar (BAB) dengan konsistensi lembek  Akut
hingga cair, dapat disertai dengan darah
dan atau lendir dengan frekuensi lebih dari  Kronis
tiga kali sehari
Balita adalah anak yang telah menginjak Etiologi
usia diatas satu tahun atau lebih populer
dengan pengertian usia anak lima atau di  Infeksi  virus, bakteri, parasit
bawah lima tahun. Anak balita merupakan  Non infeksi makanan
masa kritis, masa emas bagi
kelangsungan tumbuh kembang anak
Faktor resiko
 Kualitas air bersih
 Sarana air bersih
 Kepemilikan dan pemanfaatan jamban keluarga
 Pembuangan sampah
 Kepemilikan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)
 Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar
 Air minum
 Sanitasi makanan
 Pemberian ASI dan makanan tambahan
Patogenesis Diare

 Diare sekretorik  Diare osmotik


Absorpsi Na+ oleh villi Akibat dari fermentasi
gagal sedangkan cl- di makanan yang tidak
sel terus >> dan meningkat diserap(mg,fosfat,laktulosa
 kehilangan air dan dan gg. Penyerapan di
elektrolit dari tubuh usus)menarik air
didlm(sel) ke lumen usus
(osmolaritas) terjadi
diare
Gejala Klinis Diare

Sebelum terjadinya diare, balita menjadi cengeng, gelisah,


suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada dan kemudian timbul diare
 Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% berat badan)
Gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak, pasien belum
jatuh pada presyok.
 Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-8%berat badan)
Turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok,
nadi cepat, napas cepat dan dalam.
 Dehidrasi berat
Tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis
sampai koma), otot-otot kaku, sianosis (Mohammad, 2010).
Diagnosis Diare
 anamnesis : mencari tahu
jenis diare, etiologi diare, derajat diare
 Pemeriksaan fisik
- berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah
- tanda-tanda untama dehidrasi seperti kesadaran, rasa haus dan
turgor kulit abdomen, ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata
cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, keadaan bibir, mukosa
dan lidah
 Pemeriksaan Radiologi
 Laboratorium
- Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit,
hitung jenis leukosit).
- Pemeriksaan Urinalisis
- Pemeriksaan feses
 Pemeriksaan makroskopik
penatalaksaan

Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah lintas diare (lima langkah
tuntaskan diare),menurut IDAI :
 Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
 Zinc diberikan selama sepuluh hari berturut-turut
 Teruskan pemberian ASI dan Makanan
 Antibiotik Selektif
 Nasihat kepada orang tua atau pengasuh
Kebutuhan oralit perkelompok umur (Kemenkes RI, 2011)
Pencegahan Diare
 Menggunakan air bersih yang cukup
 Mencuci tangan
 Menggunakan jamban

Prognosis Diare
Tergantung dari komplikasi diare. Jika segera ditangani kemungkinan bisa
sembuh
Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

Tingkatan Pengetahuan

 Tahu (know) : recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya


setelah mengamati sesuatu
 Memahami (comprehension) :harus dapat menginterprestasikan secara
benar
 Aplikasi (application) : dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
 Analisis (analisys) : kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan
 Sintesis (synthesis): menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis
 Evaluasi (evaluation)
Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia sendiri seperti berbicara,
menangis, bekerja dan lain-lain

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, Menurut


Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo,
(2007) :
 Faktor predisposisi (predisposing factor)
 Faktor pendukung (enabling factor)
 Faktor pendorong (reinforcing factor)
Teori-teori perilaku :
 Teori Naluri (Instinct Theory)
 Teori Dorongan (Drive Theory)
 Teori Insentif (Incentive Theory)
 Teori Atribusi
Peranan perilaku terhadap kesehatan
Ada faktor-faktor  faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor pelayanan
kesehatan dan barulah faktor perilaku
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian
diare pada Balita

 Kemiskinan
 Kepadatan perumahan :
1.Ventilasi
2.Cahaya
3.Luas bangunan rumah
4.Fasilitas didalam rumah
 Faktor perilaku
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat menentukan adanya
penebaran penyakit diare
 Faktor sanitasi lingkungan
 Faktor sanitasi lingkungan :

1. Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan


kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
dan air untuk membersihkannya

Jenis-Jenis jamban:
 Jamban cemplung
 Jamban tangki septik atau leher angsa
 Jamban empang (fish pond latrine)
 Jamban pupuk (the compost privy)
 Septic tank
Kriteria Jamban Sehat

 Tidak mengkontaminasi badan air


 Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja
 Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga vektor
lainnya termasuk binatang
 Menjaga buangan tidak menimbulkan bau
 Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna

Persyaratan Pembuangan Tinja

 Rumah Jamban
 Lantai Jamban
 Tempat Duduk Jamban
 Kecukupan Air Bersih
 Tersedia Alat Pembersih
 Tempat Penampungan Tinja
 Saluran Peresapan
Cara Pemeliharaan Jamban
• Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
• Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
• Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
• Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
• Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
• Bila ada kerusakan segera diperbaiki

Manfaat dan Fungsi Jamban

 Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau


 Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya
 Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga
Cara Memelihara Jamban Sehat:

 Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air


 Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih
 Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
 Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
2. Saluran pembuangan air limbah

Limbah yang tidak diolah akan mengganggu kesehatan dan


lingkungan hidup. Limbah merupakan media penyebaran penyakit
terutama diare, kolera, typus, tempat berkembang biakan mikroorganisme
pathogen, vector, menimbulkan bau, merusak estetika dan mencemari air
permukaan serta mengurangi produktifitas manusia karena bekerja
menjadi tidak nyaman
3. Sumber air bersih
Kriteria sumber air minum antara lain:
 Mengambil air dari sumber air yang bersih
 Menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
 Memelihara dan menjaga sumber air dari pencemaran baik dari binatang
 Jarak antara sumber air minum dan sumber pencemaran
 Menggunakan air yang direbus
 Mencuci semua peralatan masak dan makan menggunakan air
yang bersih dan cukup
Upaya pengadaan jamban

 Upaya oleh pemerintah  Upaya oleh masyarakat


1. STBM (Sanitasi Total 1. Dana Sehat
Berbasis Masyarakat) 2. Arisan Jamban
2. PNPM (Program Nasional
Pemberdayan
Masyarakat) Mandiri
Perdesaan
3. Program Pekan Sanitasi
Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian
Diare Pada Balita

 Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya


penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan risiko terhadap penyakit diare
 Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan semua anggota keluarga harus buang air besar
di jamban
Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan
mekanisme berikut :
 Melalui air yang merupakan media penularan utama diare
 Melalui tinja yang terkontaminasi
Kerangka teori
Kerangka teori
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian

 penelitian analitik menggunakan  Penelitian ini akan di Kelurahan


rancangan penelitian Cross Turide wilayah kerja Puskesmas
sectional yaitu penelitian yang Cakranegara pada bulan Mei-Juni
dilakukan dengan pengamatan Tahun 2018.
sesaat atau dalam satu periode
tertentu dan setiap subyek studi
hanya dilakukan satu kali
pengamatan selama penelitian
(Notoatmodjo, 2012)
POPULASI DAN SAMPEL

Populasi penelitian ini adalah


seluruh balita usia 1-5 tahun yang
 Teknik Pengambilan Sampel
tinggal di Kelurahan Turide wilayah teknik simple random sampling
kerja Puskesmas Cakranegara
Sampel penelitian ini adalah seluruh
balita usia 1-5 tahun yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yang
tinggal di Kelurahan Turide wilayah
kerja Puskesmas Cakranegara.
Maka:
Pemilihan Subjek Penelitian

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


 Ibu yang mempunyai  Balita yang tidak pernah
anak yang berumur 1- berobat di Puskemas
5 tahun. Cakranegara
 Balita dengan status  Balita yang tidak
gizi baik berdomisili atau tidak
 Bersedia menetap di Turide
diwawancarai.  Balita yang tidak pernah
mengalami diare
Variabel Penelitian

 Variabel bebas  Variabel terikat


(independen). (Dependen).

Variabel bebas dalam Variabel terikat dalam


penelitian ini adalah penelitian ini Diare pada
kepemilikan jamban Balita.
Pengumpulan data Etika Penelitian

Teknik pengumpulan data


 Lembar Persetujuan
kuesioner
(Informed consent)
Jenis dataprimer dan
sekunder  Tanpa Nama
(Anonimity)
Analisis Data  Kerahasiaan
(Confidentiality)
 Analisis univariat
 Analisis bivariat
Jadwal kegiatan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Distribusi Responden Menurut Karakteristik
Analisis univariat
Analisis bivariat
Pembahasan
Diare merupakan buang air besar  Menurut profil NTB, angka
dengan konsistensi cair (mencret) kejadian diare mengalami
sebanyak 3 kali atau lebih dalam 1 peningkatan dari tahun
hari (24 jam) sebelumnya, penyakit diare selalu
ada pada 5 penyakit tertinggi yang
Jamban adalah tempat pembuangan ada di wilayah puskesmas
kotoran manusia adalah semua Cakranegara, bahkan menempati
benda atau zat yang tidak dipakai urutan pertama dari penyakit
lagi oleh tubuh dan yang harus infeksi saluran pernapasan atas
dikeluarkan dari dalam tubuh (ISPA)
Penggunaan jamban mempunyai
dampak yang besar dalam
penularan risiko terhadap
penyakit diare. (Notoadmodjo,
2007)
Dalam penelitian putranti dan lilis  Dalam penelitian yang dilakukan
(2013) dalam kutipan Joseph oleh wulandary tahun 2009
(1985), menjelaskan dengan menjelaskan bahwa tempat
jamban maka tinja yang pembuangan tinja yang tidak
dikeluarkan oleh manusia tidak memenuhi syarat sanitasi akan
menimbulkan bau, pandangan meningkatkan risiko terjadinya
tidak sedap, dan mencegah diare pada anak balita sebesar
kemungkinan timbulnya bahaya dua kali lipat dibandingkan
terhadap kesehatan serta bahaya dengan keluarga yang mempunyai
penyebaran dan penularan kebiasaan membuang tinjanya
penyakit yang ditimbulkan oleh yang memenuhi syarat sanitasi
tinja (Wulandary, 2009)
Penelitian Amaliah pada tahun 2010 menyatakan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan dan masyarakat yang berhubungan terhadap kejadian diare yaitu
kepemilikan jamban yang semuanya tanpa tangki septik, sumber air minum
kebanyakan dari air sumur dangkal, kebiasaan defekasi tidak di jamban dan
tidak cuci tangan dengan sabun ketika akan atau mau makan dan setelah
makan (Amaliah, 2010).
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara
kepemilkan jamban dengan kejadian diare pada balita di kelurahan turide,
karena berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh masyarakat turide,
sebagian besar responden belum memiliki jamban dan angka kejadian diare
pada balita lebih tinggi terdapat pada masyarakat yang tidak memiliki
jamban.
Keterbatasan Penelitian

 Desain penelitian crossectional yang bersifat survei analitik sulit untuk


menetukan sebab dan akibat karena pengambilan data resiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan.
 Peneliti mengabaikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
diare pada balita seperti penyediaan air bersih, PHBS, dan kebersihan
perseorangan.
Kesimpulan

Terdapat hubungan antara kepemilikan jamban terhadap kejadian


diare pada balita di kelurahan Turide wilayah kerja Puskesmas Cakranegara
dengan nilai p value = 0,000. Jumlah balita yang mengalami diare di
kelurahan turide yaitu sebanyak 69 orang (77,5%). Diare merupakan
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak balita (bawah
lima tahun) dan sudah mengakibatkan kematian 760.000 anak setiap
tahunnya. Diare disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu tidak
tersedianya akses jamban, sarana pembuangan jamban yang tidak
memenuhi syarat dan kuman pathogen penularannya bersifat oro-fecal.
DAFTAR PUSTAKA

 Ali, Mohammad. 2010. Metodologi dan Aplikasi. Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendekia
Bandung
 Amaliah S. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Faktor Budaya dengan
Kejadian Diare pada Anak Balita di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari
Kabupaten Sukaharjo.E jurnal.FK Universitas Muhammadiyah Malang; 2010
 Anggitasari, Januariska D.Yanottama. 2015. Perbedaan Angka Kejadian Diare Pada Balita pada
Kelompok Masyarakat yang sudah Memiliki Jamban Keluarga dengan kelompok Masyarakat yang
belum memiliki jamban keluarga. http://eprints.ums.ac.id/39376/.
 Anonimous, 2008. Minimnya Akses Air Minum dan Sanitasi Dasar. www.wordPress.com. Diakses
14 Maret 2012
 Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
 Cahyono, I. 2013. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi. Thesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Jakarta
 Depkes, RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
 Departemen dalam Negeri Republik Indinesia, 2008. PTO Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PMPN) Mandiri Perdesaan. Jakarta.
 Departemen Kesehatan Repuplik Indonesia, 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyaraka. Jakarta
 DitjenP2P,KemenkesRI.2017. Data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia.
http://int.search.myway.com/search/GGmain.jhtml?searchfor=PENYAKIT+DIARE+
MENURUT+WHO+2017+pdf&n=78397ac5&p2=%5EBSB%5Exdm011%5ETTAB02
%5Eid&ptb=0314BD02-E727-448A-8B1A-
CBFF0AEEAAFD&qs=&si=COG6kbftICFdeIaAodVhwIMw&ss=sub&st=tab&trs=wt
t&tpr=sbt&ts=1521954627168.dikutip tgl.31.01.2017
 Fatkhiyah, 2016, Gambaran kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas
wedung II, http://repository.unimus.ac.id/31/1/FULL%20TEXT%20fix.pdf
 Ferllando, Herry Tommy, Supriyono Asfawi. 2015. Hubungan antara sanitasi
lingkungan dan personal hygene ibu dengan kejadian diare pada balita
diwilayah kerja puskesmas mangkang.
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/article/view/1198/901
 Firmansyah, Saca. 2009. Partisipasi Masyarakat. Diambil pada 20 Mei 2011 dari
http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat

 Firmansyah, Saca. 2009. Partisipasi Masyarakat. Diambil pada 20 Mei 2011 dari
http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat
 Green. 2009. Guideline for management of acute diarrhea in child journal of
gastrointenterology ang hepatology volume XXI.
 Hannif, Nenny Sri M., dan Susi K., 2011. Faktor Risiko Diare pada Balita.
https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3413/2961
 Juffrie, M., 2015. Gasroenterologi- Hepatologi Jilid 1. Jakarta : IDAI.
 Kementerian Kesehatan R.I. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Litbangkes.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020
13.pdf.
 Kementerian Kesehatan R.I. 2011. PanduanSosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta:
Ditjen PP dan PL
 Kemenkes, RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta: Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
 Kementerian Kesehatan (2014). Pusat Data danInformasi Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.
 Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Berish dan Sehat (PHBS). Jakarta: TIM
 Machfoedz, Mahmud. (2010), “Komunikasi Pemasaran Modern”, Cetakan Pertama, Cakra
Ilmu,Yogyakarta
 Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
 Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu perilaku kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
 Proverawati, Atikah, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat
(PHBS).Yogyakarta: Nuha Medika.
 Puskesmas Cakranegara. 2016. Laporan tahunan.
 Purwidiana, A.W. 2012. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan
Kejadian Diare Pada Balita di Desa Belimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
 Putranti, Dya C., Lilis Sulistyorini. 2013. Hubungan Antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare
di Desa Karangagung.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/keslingb03cb54364full.pdf
 Rahmadhani, Eka Putri, Edison. 2013. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Angka Kejadian
Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
Universitas Andalas.
 Rahmawati. 2012. Faktor-faktor Perilaku Penyebab Diare (skripsi).Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
 Rye, 2010. Sepintas Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
.http://ryedagloeg.wordpress.com/2010/02/28/sepintas-mengenai-sanitasi-total-berbasis-masyarakat-
stbm/. Diakses 4 April 2012.
 Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.Yogyakarta: Nuha Medika
 Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC: Jakarta
 Sitorus, Ronald. 2011. Pedoman & Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas. Bandung: Nuansa
Aulia.
 Soemaji, P. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta: Grasindo; 2005
 Subagyo, B. Santoso NB. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi. Jilid I Edisi I. Jakarta: IDAI
 Sudoyo, Aru. W,. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna Publishing
 Suharyono, 2008. Diare akut: Klinik dan Laboratorik. 2nd ed. Jakarta: Rineka Cipta
 Susilo, R. 2011. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan.Yogyakarta :Nuha
 Medika.
 Suparman, Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Suraatmaja. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Edisi II. Jakarta: Sagung Seto

 Syafei, Candra, 2009. Pekan Sanitasi Versus Diare


http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4
1259:pekan-sanitasi-versus-diare&catid=25:artikel&Itemid=44Diakses 23 april2012.
 Warman,Y. Hubungan. 2008. Faktor Lingkungan Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare
Akut Pada Balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilah Kabupaten Indragiri Hilir. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
 World Health Organization. Diarrhoeal Disease.2013 (diunduh 30 September
2013).Tersediadari:URL:HYPERLINK.http://www.who.int/mediacentrefactsheets/fs330/en/index.htm
 WHO. 2017. Global Health Observatory: Child Health. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.
 Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya.Surabaya: Erlangga.
 Wijoyo,Yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit & Obatannya.Yogyakarta: Citra Aji Parama
 Wulandary, Anjar Purwidiana. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan
dan Faktor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita
DI Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun
2009. Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta(Online) ) http://etd.eprints.ums.ac.i
/5960/1/J410050008.PDF, dikses 14 february 2012
 Yayasan Insan Sembada, 2010. Program Kesehatan Masyarakat
Terpadu.http://www.yis.or.id/?section=menu&id=2&submenu=117.Diakses 9 April 2012.
Kuesioner
11. Bagaimana kondisi jamban yang Ibu miliki ?
 Terbuka
 Tertutup
12. Apakah jamban yang anda miliki menimbulkan bau yang tidak enak ?
 Ya
 Tidak
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai