Anda di halaman 1dari 48

PENYAKIT CAMPAK

&
RUBELLA
(SINDROMA RUBELLA KONGENITAL)
Campak / measles / morbilli

DEFINISI
Campak adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular,
ditandai dengan demam,
peradangan selaput lendir, dan
ruam kulit.
Epidemiologi
 Timbul terutama pada masa
anak2 dan kekebalan seumur
hidup
 Bayi dari ibu yang pernah
menderita campak akan
mendapat kekebalan pasif antara
3-9 bulan, bila ibu tidak pernah
menderita campak, maka bayi
akan dapat terinfeksi
Perjalanan Klinis Campak
Masa Inkubasi Prodromal Ruam
(7–18 hr sebelum ruam) (± 4 hr) (± 4–8 hr)

- - - - - - - -
- + + + + + + + +
1 1 1 1 1 1 1 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
11 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 12 0

Periode sangat
menular

- 18 -4 0 +4
18 hr sebelum 4 hr sebelum Tgl mulai 4 hr setelah ruam
ruam adalah ruam adalah timbul ruam adalah
kemungkinan kemungkinan kemungkinan
tgl paling awal menularkan akhir menularkan
tertular
1. Prodromal
• Panas, batuk, fotofobia,
konjungtivitis, bercak
koplik, secara klinis mirip
Influenza (1- 3 hr)
2. Stadium Erupsi

• Koriza & batuk bertambah, suhu


meningkat, timbul kemerahan di
belakang telinga, tengkuk,
• Pada hari ketiga kemerahan
mencapai anggota bawah.
• Rasa gatal & muka bengkak,
perdarahan di kulit, mulut, hidung &
sal. cerna (black measles)
3. Stadium Konvalesensi
• Erupsi berkurang
meninggalkan bercak
hiperpigmentasi
• Patognomonik untuk
campak
• Suhu turun normal
Disease.zomazi.com
Konyungtivitis
Komplikasi terjadi pada
anak risiko tinggi, yaitu :

• Usia muda, terutama < 1 tahun


• Malnutrisi (marasmus atau kwashiorkor)
• Pemukiman padat penduduk yg
lingkungannya kotor
• Anak dg gangguan imunitas, contohnya
pada anak terinfeksi HIV, malnutrisi, atau
keganasan
• Anak dg defisiensi vitamin
Komplikasi pada berbagai organ tubuh,
antara lain:

• Saluran pernapasan: bronkopneumonia,


laringotrakeobronkitis (croup)
• Saluran pencernaan: diare yg dapat diikuti
dg dehidrasi
• Telinga: otitis media
• Mata: Keratitis
• Sistemik: Septikemia karena infeksi
bakteri sekunder
• Malnutrisi
Susunan saraf pusat:
•Ensefalitis akut:
– timbul pada 0,01 –0,1% kasus campak.
– Gejala berupa demam, nyeri kepala,
letargi, & perubahan status mental yg
biasanya muncul antara hari ke-2 sampai
hari ke-6 setelah munculnya ruam.
– Umumnya self-limited (dapat sembuh
sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus
terjadi perburukan yang cepat dalam 24
jam.
– Gejala sisa dapat berupa kehilangan
pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, & kejang berulang.
Subacute Sclerosing
Panencephalitis (SSPE)

• Suatu proses degenerative susunan saraf


pusat yg disebabkan infeksi persisten virus
campak,
• timbul beberapa tahun setelah infeksi
(umumnya 7 tahun).
• Penderita mengalami perubahan tingkah laku,
retardasi mental, kejang mioklonik &
gangguan motorik.
Komplikasi Berat
Campak

Jaringan parut
pada
korneabuta

Ensefalitis

Pneumonia &
diare
Riskesdas Jateng 2015
RUBELLA
(SINDROMA RUBELLA
KONGENITAL)
Klinis:

• Masa inkubasi 14 – 23 hari


• Bercak merah makula mulai belakang
telinga, faringitis, limfadenofati
suboksipital
• Ginggivitis kadang-kadang disertai
adanya bercak Forchheimmer (mirip
Koplik) dekat palatum mole.

Transmisi : inhalasi droplet,


intra uterine
Gejala & Ciri-ciri Rubella

Gejala yg muncul secara berurutan:


•Demam ringan sekitar 37,5 – 38,5 C atau lebih
rendah
•Sakit kepala
•Terkadang disertai Hidung tersumbat atau
pilek)
•Mata merah meradang
•Pembesaran kelenjar getah bening di bagian
belakang leher & di belakang telinga.
•2-3 hari kemudian timbul ruam merah muda
•Nyeri sendi
Health and Medical Information -
Wordpress.com
Perjalanan Penyakit & Status Imunologi Rubella Kongenital

Rubella
Virus+ + + + + + + - - - -
infection
Maternal IgM IgG
IgG

IgM

1st 2nd 3rd 1 2 3 6 1 2 3

Trimester Bulan Umur (thn)


21
• Angka kejadian Congenital Rubella Syndrome (CRS)
pd negara berkembang 10 - 90 per 100.000
kelahiran).
• Ibu yg tak mendapat vaksinasi Rubella & tak pernah
sakit berisiko mendapat infeksi demikian juga
bayinya
• Rata2 yg mendapat infeksi bervariasi dari usia 2-3
thn sampai 8 thn
• Epidemi terjadi tiap 4 -7 thn
• Jumlah neonatus dg kongenital Rubella menurun
dramatis sejak diberikan vaksinasi rubella
• Tidak semua janin akan tertular
• Ibu hamil terinfeksi saat usia
kehamilannya < 12 minggu  risiko janin
tertular 80 – 90 %
• Usia kehamilan 15-30 minggu  risiko
janin tertular 10 - 20 %
• Menyebabkan kematian fetus
• Menyebabkan banyak defek lahir.
• Tuli (tersering), defek pada mata, jantung
dan otak.
• WHO  236.000 kasus Sindrom Rubella
Kongenital terjadi setiap tahun di negara
berkembang (meningkat 10 x lipat saat
terjadi epidemi)
Sindroma Rubella Kongenital (CRS)
Common clinical manifestations of congenital rubella syndrome

L Boshoff, L Tooke. Department of Paediatrics. Groote Schuur Hospital and University of


Cape Town. South African Journal of Child Helath. 2012
KELAINAN MATA PADA CRS

• Katarak
• Mikroptalmus
• Kornea keruh
• Iris hipoplasia, respon midriasis
pupil melambat
• Glaukoma
• Retinopati (13.3% - 61%)
• Nistagmus, strabismus
Pengaruh Infeksi Rubella terhadap
Sistem Auditorik
Infeksi Rubella pada saat
organogenesis :
Kerusakan kohlea
Vaskulitis: kematian sel
Langsung merusak sel sel kohlea
Gangguan proses mielinisasi saraf
pendengaran

Histopatologis tulang temporal


Aplasia kohlea
Atrofi stria vaskularis *
Definisi kasus (1)
Suspect CRS :

•Bayi berusia < 1 tahun terdapat salah satu


gejala :
• Penyakit jantung kongenital &/atau gangguan
pendengaran &/atau
• Satu atau lebih kelainan mata: katarak
kongenital, penurunan visus, nistagmus, juling,
mikroptalmus, glaukoma kongenital;

• atau

•Ibu mempunyai riwayat suspek rubella atau


pasti rubella selama hamil, baik bayi
mempunyai gejala atau tidak.
Definisi kasus (2)
CRS klinis :
•Bayi berusia < 1 tahun
•Punya dua gejala klinis dari kelompok A; atau
•Satu gejala dari kelompok A dan satu gejala dari
kelompok B

Kelompok A Kelompok B
Tuli Purpura
Kelainan jantung kongenital Pembesaran limpa
(Splenomegali)
Katarak kongenital Microcephaly
Glaukoma kongenital Retardasi mental
Pigmentary retinopathy Meningoensefalitis
Penyakit “Radiolucent bone”
Ikterik yang muncul dalam
waktu 24 jam setelah lahir
Definisi Kasus (3)

CRS Pasti :
Bayi dg CRS klinis & pemeriksaan lab serologi
menunjukkan hasil positif rubella.

Congenital Rubela Infection (CRI /


Infeksi rubella kongenital) :
Bayi berusia < 1 tahun dg hasil pemeriksaan
serologis laboratorium rubela positif namun
tidak memenuhi kriteria CRS klinis.
CRS Retrospektif di RSDK

• 24 kasus CRS (anak yang lahir 2011-2014)

7- 12 bulan
42%
0 - 6 bulan
58%
Diagnosis Mayor

CHD (+) SNHL (+)


42% 37%
CHD (-)
58% SNHL (-)
63%

Katarak (+)
37%
Katarak (-)
63%
KIPI
REAKSI RINGAN
Vaksin Reaksi lokal Demam Gelisah, lesu gejala
> 38 °C sistemik

BCG 90-95% -

HiB 5-15 % 2-10 % -

Hepatitis B Dewasa ~ 15 % 1-6 % -


Anak ~ 5%

Campak / MMR ~ 10 % 5-15 % 5 % (ruam)

Polio oral - <1% <1%

Tetanus/DT/Td ~ 10 % ~ 10 % ~ 25 %

Pertusis (DPwT) 10-50 % 10-50 % 25-55%


KIPI
Reaksi vaksin yg jarang
Vaksin Reaksi vaksin Interval onset Rate KIPI / 1juta
BCG Limfadenitis supuratif 2 – 6 bulan 100 – 1000
Osteitis BCG 1 – 12 bulan 1 – 700
Infeksi BCG disiminata 1 – 12 bulan 2

HiB Belum pernah ada laporan - -


Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1–2

Kejang demam 5 – 12 hari 333


Trombositopenia 15 – 35 hari 33
Campak / MMR Reaksi anafilaktoid ~10
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 50
Ensefalopati - <1

OPV Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP) 4 – 30 hari 1,4 – 3,4

Tetanus Neuritis Brakhial 2 – 28 hari 5 – 10


Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 0.4 – 10
Abses steril 1 – 6 minggu 6 - 10

Tetanus-difteria Sama dengan tetanus

Pertusis Menangis terus menerus > 3 jam 0 – 24 jam 1.000- 60.000


Kejang demam 0 – 3 hari 570
Keadaan hipotonik-hiporesponsif 0 – 24 jam 570
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 20
Ensefalopati 0 – 3 hari 0-1
Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan
bukti kausalitas
DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hepatitis B HiB
Kategori 1 : Tidak terdapat bukti hubungan kausal/ UNRELATED

Mielitis (IPV)
Trombosito-penia
(IPV) Anafilaksis Autis
(IPV)
Sindr. GB

Kategori 2 : Bukti tidak cukup / menolak hubungan kausal/ UNLIKELY

Kejang selain Ensefalopati Mielitis OPV Meningitis aseptik. Sindrom GB Sindrom GB


spas-me infantil SSPE Sin GB-IPV Eritema multiform Peny demi- Mielitis
Peny demi- Kejang Sind kema - Sindrom G B elinisasi SSP Trombosi-
elinisasi SSP Tuli sensoris tian bayi Anemia hemolitik Artritis topenia
Mononeuro-pati mendadak Anflaksis
Neuritis optik Diabetes juvenil Peny Sind kemati-an
Artritis (SIDS) gangguan perhatian & bayi mendadak Sind
Mielitis
Eritema mul- transversal be-lajar (SIDS) kematian
tiforme Mononeuropati bayi men-
Sindr G B dadak
Trombositopeni
(SIDS)
Hubungan vaksin dengan KIPI
berdasarkan bukti kausalitas

DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hepatitis B HiB

Kategori 3 : Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal/ POSSIBLE

Ensefalopati Spasme Spasme infan-til Onset


infantil (hanya DT) Hipsaritmia dini
Sind kematian bayi Sindrom Reye penyakt
mendadak (SIDS) HiB
Sind kematian bayi
(hanya DT) mendadak (SIDS)

Kategori 4 : Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal/PROBABLE

Ensefalopati akut
Renjatan & keadaan
Sindrom GB Neuritis mirip renjatan yg tak
Anafilaksis biasa (unusual shock
Brakial
like state)
Hubungan vaksin dengan KIPI berdasarkan
bukti kausalitas

DT/Td/TT Campak OPV/IPV DPT Hepatitis B HiB

KategorI 5 : Bukti memastikan hubungan kausal/ VERY LIKE / CERTAIN

Trombositopenia Lumpuh layu pd Anafilaksis


(MMR) penerima vaksin atau Menangis/ teriak Anafilaksis
Anafilaksis (MMR) kontak terus menerus
Anafilaksis Kematian akibat
Kematian akibat
infeksi virus strain infeksi virus strain
vaksin Campak vaksin polio
Reaksi anafilaksis vs pingsan
(vaso vagal syncope), WHO 1999
Pingsan / Syncope Anafilaksis
Segera setelah suntikan Beberapa saat ( 5-30 menit pasca suntikan) Berat

Pucat, berkeringat, dingin Kemerahan/ ruam, gatal, bengkak mata muka Ringan
Sedang

Normal /nafas dalam Batuk kering, serak, sulit bersuara/ menelan, Sedang-
mengi/ stridor/ nafas bersuara/ sianosis berat

Bradikardia/ transient hypotension. Takikardia/ hipotensi, Berat


Pulsasi nadi sentral kuat Pulsasi nadi sentral kecil

Mual, muntah Abdominal cramps Sedang

Hilang sadar sesaat,membaik 1-2 menit Kehilangan kesadaran, tak segera membaik Berat
kmd.atau lebih.
Istirahat
Adrenalin 1:1000, 0,01ml / kgBB
max 0,5 ml., bila BB tak tahu :
< 2 th: 1/16 cc, 6 -11th: ¼ cc
2-5 th: 1/8 cc >11th : ½ cc
Imunisasi pada anak dengan
reaksi efek samping

Anak dengan ES imunisasi serius


 imunisasi berikutnya
di rumah sakit di bawah
pengawasan dokter

Pedoman Imunisasi di Indonesia. IDAI 2008


Imunisasi pada anak dengan
riwayat alergi

• Jangan diberikan saat dalam fase aktif


• Hati-hati dengan vaksin yang
mengandung antibiotika
• Vaksin yang dibuat dgn memakai
embrio telur sebaiknya diberikan secara
hati-hati kepada mereka yang alergi
telur
• Kalau perlu dapat dilakukan tes
sensitifitas
Satgas Imunisasi. IDAI 2006
Imunisasi pada anak dengan
riwayat alergi
Alergen Vaksin Reaksi Catatan
Telur Campak, gondong, Alergi ringan Bila ada riw.
rubella, MMR, Yellow sampai anafilaksis setelah
fever, influenza anafilaksis makan telur, perlu
uji kulit
pravaksinasi
Merkuri DTaP+Hib, DT, dT, Alergi ringan Tidak satupun
influenza, meningokok, virus hidup yang
pneumokok, rabies mengandung
thimerasol
Antibiotik Campak, gondong, Papula Hati2 pada anak2
(streptomisin, rubella, MMR, eritematosus dgn riwayat
neomisin) IPV,varisela yang gatal anafilaksis
neomisin
Lainnya: Gelantin (MMR, Alergi ringan Jika memp, riw.
gelatin, Varisela), toxoid (tetanus sampai anafilaksis
toksoid dan difteri anafilaksis terhadap gelantin,
patogen hati2 ya.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. IDAI 2008
Posisi anak pada waktu vaksinasi


Teknik Pemberian Vaksin

Intramuscular
Subcutaneous e.g. hepatitis A and B,
e.g. measles, mumps, DTP
rubella, varicella

Intradermal
Oral BCG
e.g. polio
Maturasi Perjalanan Program Imunisasi

1 2 3 4 5
Pravaksinasi Cakupan Kepercayaan Kepercayaan Eradikasi
meningkat hilang pulih

Vaksinasi
Penyakit
berhenti
INCIDENCE

Cakupan Letupan penyakit


vaksinasi

KIPI
Eradikasi

MATURITY

Anda mungkin juga menyukai