Anda di halaman 1dari 29

Pemeriksaan

diagnostik pada
gastrointestinal

By. Ida Rahmawati,


S.Kep. Ners
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Tes diagnostik radiografik


(Sinar – X)
 Prosedur endoscopik
(fiberoscopi G.I atas,
anoscopi, proktoscopi,
sigmoidoscopi)
 Pencitraan
nonradiografik &
radiografi (USG, CT)
 Pencitraan resonansi
magnetik (MRI)
INTERVENSI KEPERAWATAN

 M’berikan informasi tentang nutrien khusus


yang hrs diberikan.
 M’berikan info tentang tes & aktivitas yang
dilakukan; instruksi perwtn pascaprosedur,
pembatasan diet.
 M’hilangkan ensietas.
 M’bantu psn m’hdpi ketdknyamanan.
 M’dorong agt kelg, orang terdekat untuk
m’berikan dukungan emosi.
Tes Diagnostik Sinar X

 Serangkaian px. abdm or


gmbrn abdm dalam 3
cara :
1. Film abdm datar
2. Film abdm atas &
dada bgn atas dg
posisi berdiri tegak,
dan
3. Film dg posisi miring
pd salah satu sisi.
 Dapat m’gbrkan adanya
udara bebas dalam
abdm.
Pemeriksaan Barium Kontras

 Penting untuk menemukan abnormalitas dalam


sal.intestinal
 Barium dapat m’perlihatkan kel.struktur spt
tumor, ulkus, peradangan atau penyempitan

Persiapan pasien :
 M’pertahankan diet rendah residu.
 Puasa stlh tengah mlm, sblm px.dilakukan.
 Pemberian laksatif untuk m’bersihkan usus.
 Psn dilarang merokok.
 Semua obat-2an ditunda t’lebih dahulu.
Prosedur :

 Psn diminta menelan


barium sulfat (cairan
radiopaque) dibwh
px.fluoroscopi lgs.
* bubuk krg berasa, krg
berbau, nongranular, tidak
diabsorpsi, dapat berupa
suspensi kental atau encer.
 Stlh barium turun ke
dalam lambung, posisi,
patensi & diameter
esofagus akan t’lihat.
Continue ….

 Px. diteruskan ke lambung, stlh lumen terisi


barium. Pada px. Akan terlihat motilitas,
ketebalan ddg gaster, pola mukosa, patensi
katup pilorus dan anatomi doudenum.
 px. ini dapat dilakukan pada usus halus.
Pemeriksaan Enema Barium

 Tujuan u/ m’deteksi adanya polip, tumor, dan lesi


lain dari kolon serta untuk m’demostrasikan
anatomi abnormal atau malfungsi usus.
Persiapan pasien :
 Pengosongan & pembersihan usus bwh
 Diet rendah serat 1 smp 2 hr sblm tes, diet cair
jernih & laksatif sore sblmnya, disertai puasa stlh
tengah malam
 Pembersihan enema smp aliran jernih pd pgi hari.
Prosedur :

 Zat radiopaque
dimskkan melalui
rectal.
 Lihat dibwh fluoroskop
 Bila kolon sd
dievakuasi, kontur
seluruh kolon, sekum
apendik serta motilitas
stp bgn dapat dilihat.
 Prosedur ini m’bthkan
wkt 15-30 mnt.
Kontraindikasi :

 Psn dg inflamasi kronik aktif.


 Psn dg tanda-2 perforasi atau obstruksi, sebagai
gantinya dapat dilakukan studi kontras larut dalan
air.
Pemeriksaan Endoscopi

 Untuk melakukan
p’amatan lgs tentang
bgn-2 traktus intestinal.
 Use endoscope serat
optik yang lentur, dg
ujung yang dapat
digerakkan, m’punyai
instrumen untuk biopsi
lesi, spt tumor, ulcer
atau perdgn.
Continue ….

 Indikasi px.endoscopi :
perdarahan G.I
 M’bantu m’diagnosa
adanya neoplasma
sal.intestinal
 Pemberian terapi
spesifik jg dapat
dilakukan dg bantuan
endoscopi, pd p’obatan
sklerosis varises
esofagus.
Persiapan pasien :

 Psn diinstruksikan puasa slm 6-12 jm sblm px


 Penyemprotan & kumur dg anestetik lokal,
disertai pemberian diazepam (I.V) segera sblm
skop dimsukkan. Atropin dapat diberika untuk
me(-) sekresi. Glukagon diberikan untuk
merileks kan otot halus.
 Psn diposisikan miring kiri untuk memdhkan
aliran saliva & m’berikan akses mudah untuk
endoscope.
Prosedur :

 Gastroscope dilumasi dg
pelumas, secara perlhn
mskkan sepnjg mulut turun
ke esofagus
 Endoscope diteruskan ke
duodenum
 Forcep biopsi u/ m’dptkan
spesimen jar.dpt dimskkan
via skop.
 Prosedur m’bthkan wkt ± 30
mnt
 Slm tindkn pantau &
perthnkan jln nps paten
Perawatan pascaprosedur :

 Stlh tindkn psn diinstruksikan tidak makan or


minum smp refleks gastrointestinal kmbli (1-2 jam)
 Pengkajian meliputi : observasi tanda perforasi, spt :
nyeri, perdarahan, disfagia, peningkatan suhu.
 Ktdknyamanan faring dapat dihilangkan dg : kumur
salin, analgesik oral.
 Psn yang disedasi, perthnkan tirah baring smp bnr-2
sadar.
Anoskopi, Proktoskopi & sigmoidoskopi

 Prosedur utk px.kolon bgn bwh dg alat yang use


sinar kecil shg memgknkan lumen usus bgn bwh
t’lihat lgs. Alat tersebut berupa skop kaku at skop
serat optik fleksibel.
 Anoskop adalah skop kaku yang use memeriksa
kanal anal.
 Proktoskop & sigmoidoskop adalah skop kaku
yang use u/ meliht rectum & kolon sigmoid
berturut-2, adanya ulcerasi, tumor, polip, atau
proses patologis lain.
Persiapan pasien :

 Memerlukan
pembtsan p’siapan
usus.
 Berikan enema air
kran hangat smp
aliran balik jernih.
 Pembtsn diet & sedasi
tidak selalu
diperlukan.
Prosedur skop kaku :

 Posisi psn lutut dada pd tepi


tmp tidur, punggung naik dg
sudut 45°.
 Slm px.proktosigmoidoskopik,
psn diberi info tentang
kemajuan pemeriksaan.
 Psn di infokan bhw tek. yang
ditimbulkan oleh alat dapat
menimbulkan defekasi.

Prosedur skop fleksibel :


• Posisi psn miring kiri dg kaki
dilipat, dan ditempatkan
anterior.
Perawatan Pascaprosedur

 Stlh prosedur dilakukan, pantau adanya


perdrhan fecal dan tanda-2 perforasi usus
(mis, drainase rectal, distensi abdm, nyeri)
 Stlh pemeriksaan, psn dapat melakukan
kembali aktivitas reguler dan praktik dietnya.
Pemeriksaan Kolonoscopi

 Use sebagai alat


diagnostik & alat
skrining untuk psn dg
resti kanker.
 Prosedur dapat use
untuk biopsi jar.
m’angkat polip, m’obati
area perdarahan atau
striktur dan terapi laser
pd neoplasma kolonik.
Persiapan pasien :

 Keberhasilan prosedur ditentukan o/ seberapa baik


kolon disiapkan.
 P’btsan cairan 1-3 hr sblm pemeriksaan
 Pemberian laksatif u/ 2 mlm & enema fleet
 Pemberian diet cair jernih sblm prosedur
 Larutan lavase peroral, dg interval 3-4 jm
*Slm p’berian lavase psn tdk dibolehkan use obat rutin.
*kontraindikasi :obstruksi usus & inflamasi usus.
 Pemberian analgesik narkotik, diazepam untuk
m’hilangkan ansietas, glukagon untuk relaksasi otot
kolonik
Prosedur :

 Posisi psn b’baring miring


kiri dg kaki dilipat ke depan
dada.
 Prosedur m’bthkan wkt ± 1
jam.
 Ketdknyamanan dapat
disebabkan krn masuknya
udara ke kolon atau dri
pemasangan & pelepasan
skop.
 Komplikasi : disritmia jtg,
depresi p’npsan, reaksi
vasovagal, hipotensi.
Perawatan pascaprosedur :

 Psn yang disedasi, perthnkan tirah baring smp bnr-2


sadar.
 Observasi tanda perforasi usus, spt : nyeri,
perdarahan, disfagia, peningkatan suhu.
Ultrasonografi

 USG adalah tehnik


diagnostik noninvasif
dmn gel.bunyi
dimsukkan mll struktur
tbh internal &
dipantulkan kembali,
yang m’hslkan citra
organ dan struktur abdm
pd osiloskop.
 Untuk m’tahui ukuran &
konfigurasi struktur
abdm.
Continue …..

 B’manfaat pd pendeteksian kolelitiasis, kolesistitis


dan appendisitis.
 Keuntungan : tidak memerlukan radiasi
p’ionisasian, tidak ada efek smping & relatif murah.
 Kerugian : tidak dapat memeriksa struktur yang
ada di balik jar.tulang
Tomografi komputer (CT)
 Adalah metode diagnostik
yang m’berikan p’citraan
potongan-silang untuk
memgkkan organ &
struktur abdominal
t’observasi lgs.
 Indikasi : penyakit hepar,
limpa, ginjal, pankreas,
organ pelvis.
 Tidak b’manfaat pd orang
yang kurus.
 Bila px.barium dilakukan,
mk CT dilakukan sblmnya.
Magnetik Resonan Imaging (MRI)
 MRI u/ gastroenterologi
digunakan u/ suplemen,
bukan p’ganti.
 Artifak fisiologis denyut
jtg, pernapasan &
peristaltik dapat m’ggu gbr
yang dihslkan
 Sblm pemeriksaan, psn
dipuasakan slm 6 jm
 Pakaian ketat pemindai
dapat menimbulkan
perasaan klaustrofobia,
ansietas slm prosedur.
Kontraindikasi :

 Psn dg pacu jantung permanen, katub buatan dan


defibrilator, pompa insulin yang diimplantasikan,
alat stimulasi saraf elektrik trankutan (TENS).
 Psn dg alat metal internal (klip aneurisma).
Wassalamua’laikum, WR. WB

SAMPAI JUMPA !!!

Anda mungkin juga menyukai