Anda di halaman 1dari 14

Penelitian Tindakan Kelas

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL


NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-D SMP NEGERI 2 KARE
KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Disusun Oleh :

YAYUK SUSILOWATI, S.Pd


NIP. 19640102 198702 2 001

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMP NEGERI 2 KARE
2017
Sudah seharusnya kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi
dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru
menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang lainnya. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa
pengajaran oleh rekan sebaya (pear teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. System pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai system “
pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam system ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
Ada beberapa alas an penting mengapa system pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan
proses globalisasi, juga terjadi transformasi social, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak
didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering
menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering
menugarkan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.
Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan
dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika
berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja
mereka. Akibatnya metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan
bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai
penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu
kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang
Berbagai dampak negative dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau
meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam
metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok melainkan pada penstrukturannya, jadi system pengajaran
cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsure pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerjasama dan proses kelompok. Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam
dalam menggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan,
siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran
gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab
pribadinya karena ada system akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap
siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya
Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas dapat
dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif model Numbered
Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar PKn
siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2 Kare Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2017/2018?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi
pelajaran PKn dengan diterapkannya metode
pembelajaran kooperatif model Numbered Head
Together pada siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2 Kare
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan
dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model Numbered
Head Together terhadap hasil belajar PKn siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2
Kare Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Ingin mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penguasaan mata
pelajaran PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together pada siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2 Kare
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2017/2018?
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar PKN Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together Pada
Siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2 Kare Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2017/2018” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Ada peningkatan prestasi belajar
PKn melalui metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head
Together pada siswa Kelas IX-D SMP Negeri 2 Kare Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2017/2018.
Model Numbered Head Together
Model ini dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa
dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau
memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan
struktur 4 langkah sebagai berikut:
1.Langkah 1 penomoran (Numbering). Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor
sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
2 Langkah 2- Pengajaran pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan suatu
pertanyaan langusng kepada seluruh kelas, guru mengajukan suatu pertanyaan
kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga
yang bersifat umum. Contoh pertanyaan yang bersifat spesifik adalah “ di mana letak
kerajaan tarumanegara?” sedangkan contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah “
Mengapa Diponegoro memberontak kepada pemerintah Belanda?”
3.Langkah 3- Berpikir Bersama (Head Together) Para siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
4.Langkah 4- Pemberian Jawaban (Answering) Guru menyebut satu nomor dan para
siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan
bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral.
Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi
perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai degnan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan
dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang
diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 Kare
Kabupaten Madiun.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu yang berlangsungnya
penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
Nopember 2017.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX-D tahun
pelajaran 2017/2018 pada kompetensi dasar menjelaskan
pentingnya usaha pembelaan negara.
Putara
n1
Rencana awal/rancangan
Refleksi

Putara
Tindakan/

n2
Observasi
Rencana yang direvisi

Refleksi

Tindakan/

Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK


Penjelasan alur diatas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya
instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsepo siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head
Together.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi
oleh pengamat.
Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka
digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data
kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut:
1.Merekapitulasi hasil tes
2.Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-
masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang
terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara
individual jika mendapatkan nilai minimal 75, sedangkan secara individual mencapai
85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 75%.
3.Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas
guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Pembahasan

1. Prestasi Belajar Siswa


Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kontekstual model Numbered Head Together memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(prestasi belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 81.36
(ketuntasan belajar 63,64%) untuk siklus I dan siklus II sebesar 89.55
(ketuntasan belajar 100%). Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
Diagram Batang Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II

90
88
86
84
Siklus I
82
Siklus II
80
78
76
Siklus I Siklus II

Siklus I Siklus II

Rata-rata 81.36 89.55


KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
2. Metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
prestasi dan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I sebesar
81.36 (ketuntasan belajar 63,64%) dan siklus II sebesar 89.55 (ketuntasan belajar
100%).
3. Metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together dapat menjadi
siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
5. Penerapan pembelajaran kontekstual model Numbered Head Together mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar
siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK
Depdikbud Dirjen Dikti
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta Rineka Cipta
Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata
Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional
Combs, Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teacher. Alin and Bacon, Inc. Boston
Dareos, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang; Aneka Ilmu
Dayan, Anto . 1972. Pengantar Metode Statistik Deskripsi. Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta : PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai