Anda di halaman 1dari 41

Tata Laksana

Aura Discyacitta F.P


1710211036
Tata Laksana Diet
• Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet,
pemantauan dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
• Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1.Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan
periode rehabilitasi.
2.Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.
3.Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.
4.Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut:
Bahan makanan sumber mineral khusus
•Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam.
•Sumber Cuprum : tiram, daging, hati
•Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai
•Sumber Magnesium : daun seldri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam,
•Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam, daging tanpa
lemak.
5. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema dikurangi
6. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik
7. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
8. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah laktosa dan rendah serat, (lihat
tabel 1 formula WHO dan modifikasi).
9. Terus memberikan ASI
10. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:
•BB <7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat langsung diberikan makanan anak
secara bertahap, (lihat tabel 2).
11. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi
EVALUASI DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET
Evaluasi dengan menggunakan formulir pemantauan kasus gizi buruk
(lampiran)
1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya
(asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).
2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan
bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula
rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa,
formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
Penyuluhan Gizi di RS
1. menggunakan leaflet khusus yang berisi : jumlah, jenis dan frekuensi
pemberian bahan makanan
2. selalu memberikan contoh menu (lihat lampiran 6)
3. mempromosikan ASI, bila usia anak <2 tahun
4. memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4)
5. mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga
6. memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita
untuk ibu.
Tindak lanjut
1. Merujuk ke Puskesmas.
2. Merencanakan pemberdayaan keluarga
Tata laksana rawat inap
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1.Atasi/cegah hipoglikemia
2.Atasi/cegah hipotermia
3.Atasi/cegah dehidrasi
4.Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5.Obati/cegah infeksi
6.Mulai pemberian makanan
7.Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
8.Koreksi defisiensi nutrien mikro
9.Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10.Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Pemantauan :

Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah dari ujung jari atau
tumit setelah 2 jam.
Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus) larutan glukosa 10%
atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit sampai stabil.
Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36C dan/atau kesadaran menurun.

Pencegahan :

Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang ada dikoreksi.
Selalu memberikan makanan sepanjang malam.
Pencegahan hipotermia:
• Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
• Sepanjang malam selalu beri makan
• Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas
tempat tidur)
• Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan
medis terlalu lama).
Pemantauan
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam
selama 2 jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam
selanjutnya.dengan memantau:
• denyut nadi
• pernafasan
• frekwensi kencing
• frekwensi diare/muntah.
Koreksi keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi
kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.

Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati edema dengan pemberian
diuretikum)
Berikan :
• Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)
• Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)
• Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
• Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.

Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan langsung pada makanan.
Penambahan 20 ml larutan tersebut pada 1 liter formula, dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg. (Lihat
lampiran 6 untuk cara pembuatan larutan).
Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya
infeksi seperti demam seringkali tidak tampak.
Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin :
• Antibiotik spektrum luas
• Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah
diimunisasi (tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah
keadaan gizi anak menjadi baik.
Pemberian makanan
• Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-nati karena keadaan faali anak
sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
• Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal.

Prinsip pemberian nutrisi pada fase ini adalah :


Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.
Berikan secara oral/nasogastrik
• Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari
• Protein : 1 – 1.5 g/kgBB/hari
• Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)
• Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.

• Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun
sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas: (lihat tabel 2 halaman 24). Berikan
formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok / pipet.
Cara membuat
1. Larutan Formula WHO75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit,
diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung
diminum
• Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak.
Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7
menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender,
dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air
secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit.
Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75, Formula
WHO 100, atau Formula WHO 135.
Bila bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam
20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-
buahan antara lain sari buah tomat (400cc)/jeruk (500cc)/pisang (250 gr) /alpukat
(175 gr)/melon (400 gr).
Pantau dan catat :

• Jumlah yang diberikan dan sisanya


• Muntah
• Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
• BB (harian).
• Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik,
tetapi pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu
bersamaan dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
• Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah
berhati-hati, lihat bab diare persisten.
Fasilitasi tumbuh kejar
• Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara
gencar agar tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan
berat badan  50 g/minggu. Awal fase rehabilitasi ditandai dengan
timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu setelah dirawat.
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal
jantung dan intoleransi saluran cerna yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Pemantauan pada masa transisi:
• frekuensi nafas
• frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.

Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:


• Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
• Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari
• Protein 4-6 gram/kgBB/hari
• Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
Pemantauan setelah periode transisi:
• Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan :
• Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
• Evaluasi kenaikan BB setiap minggu

Bila kenaikan BB:


• kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh :
cek apakah asupan makanan mencapai target atau apakah infeksi telah
dapat diatasi.
• Baik ( 50 g/minggu), lanjutkan pemberian makanan

Anda mungkin juga menyukai