Anda di halaman 1dari 32

BPH ( benigna prostat hiperplasia)

suatu penyakit yang disebabkan oleh


faktor penuaan, dimana prostat
mengalami pembesaran memanjang
keatas kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan cara
menutupi orifisium uretra.
Etiologi

• masih belum diketahui secara pasti


• Teori Dehidrotestosteron (DHT)
• Teori hormon (ketidakseimbangan antara
estrogen dan testosteron)
• Faktor interaksi stroma dan epitel-epitel
• Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)
• Teori sel stem.
Manifestasi Klinis

• Keluhan pada saluran kemih bagian bawah


Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin
hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi
lemah. Intermiten (kencing terputus-putus),
dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
• Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia,
urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
Manifestasi Klinis
• Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat hiperplasia prostat pada
saluran kemih bagian atas berupa adanya
gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
benjolan dipinggang (merupakan tanda dari
hidronefrosis), atau demam yang merupakan
tanda infeksi atau urosepsis.
Manifestasi Klinis
• Gejala diluar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan
penyakit hernia inguinalis atau hemoroid.
keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa
tidak nyaman pada epigastrik
Klasifikasi

• Derajat Rektal
• Derajat Klinik
• Derajat Intra Vesikal
• Derajat Intra Uretral
Pathways
Pemeriksaan Diagnostic

• Laboratorium
 Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik
urin
 Pemeriksaan faal ginjal
 Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA)
• Radiologis/pencitraan
 Foto polos abdomen
 Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP )
 Pemeriksaan USG transektal
Penatalaksanaan medis

• Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam


penatalaksanaan pasien dengan BPH
tergantung pada stadium-stadium
• Terapi medikamentosa
Penatalaksanaan keperawatan

• Massase prostat
• Anjurkan tidak minum banyak pada waktu
yang pendek
• Anjurkan pengawasan berkala pada klien
setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien
Pengkajian Keperawatan

• Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan
oleh klien.
 rasa nyeri.
 Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
 Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama
dan seringkali disertai dengan mengejan
Riwayat kesehatan sekarang

• mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,


Intensitas, lamanya atau frekuensi
• faktor yang memperberat atau memperingan
serangan
• serta keluhan- keluhan lain yang menyertai
dan upaya- upaya yang telah dilakukan
• Riwayat kesehatan sebelumnya
• Riwayat kesehatan keluaga
• Riwayat psikososialspiritual
Pemfis persistem

• TTV biasanya meningkat saat nyeri


• Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik
bimanual
• Pada daerah supra simfiser pada keadaan
retensi akan menonjol.
• Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan
klien akan terasa ingin miksi.
• Perkusi dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya residual urin.
Pemfis persistem
• Penis dan uretra
• Pemeriksaan skrotum
• Rectal touch / pemeriksaan colok dubur
Analisa Data
no data etiologi masalah
1 Ds: Estrogen dan tertoteron tidak Retensi urin
mengeluh sulit memulai seimbang
miksi ↓
mengeluh pancaran miksi Prostat membesar
lemah ↓
kencing terputus-putus, Penyempitan lumen posterior
miksi tidak puas. ↓
DO : frekuensi miksi Obstruksi
sering Retensi urine
Jumlah urin sedikit yang
keluar
no data etiologi masala
h
2 Ds: mengeluh nyeri pinggang Estrogen dan tertoteron tidak Nyeri akut (pre
Nyeri saat miksi seimbang op)
Do: nyeri tekan saat palpasi ↓
Skala nyeri (0-10) Prostat membesar

Penyempitan lumen posterior

Obstruksi

Nyeri akut
no data etiologi masalah

3 Ds: mengeluh cemas Prostat membesar cemas


tentang penyakitnya ↓
dan menghadapi Kurangnya informasi
tindakan operasi terhadap pembedahan
Do: sering menanyakan ↓
tentang penyakitnya cemas
dan prosedur operasi
4 Ds: os mengeluh nyeri Prostat membesar Nyeri akut (post
pada luka operasi ↓ op)
Do: skala nyeri 6 (0-10) Prosedur operasi
Tampak meringis (TURP)
kesakitan ↓
Iritasi mukosa kandung
kencing atau
terputusnya jaringan

Rangsangan syaraf
diameter kecil

Gate control terbuka

Syaraf aferen

Contex cerebri

Nyeri akut
no data etiologi masalah

Ds:- Prostat Resiko infeksi


5 membesar
Do : terdapat luka operasi

TURP

Pemasangan
DC

Luka

Tempat
masuknya
mikroorganis
me

Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan
• Pre Operasi :
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra
sekunder dari pembesaran prostat, dekompensasi otot
destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder
dari pembesaran prostat
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi prosedur bedah

• Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasmus kandung kemih
dan insisi sekunder pada post operasi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari pembesaran
prostat, dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.

INTERVENSI RASIONAL

1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 1. Meminimalkan retensi urin distensi
jam dan bila tiba-tiba dirasakan. berlebihan pada kandung kemih.
2. Untuk mengevaluasi ibstruksi dan
2. Observasi aliran urin perhatian ukuran
pilihan intervensi.
dan kekuatan pancaran urin.
3. Retensi urine meningkatkan tekanan
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah
dalam saluran perkemihan yang dapat
setiap kali berkemih.
mempengaruhi fungsi ginjal.
4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari 4. Peningkatkan aliran cairan
dalam toleransi jantung.(dc terpasang) meningkatkan perfusi ginjal serta
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat membersihkan ginjal ,kandung kemih
sesuai indikasi (antispamodik) dari pertumbuhan bakteri.
5. Mengurangi spasme kandung kemih
dan mempercepat penyembuhan
2. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari pembesaran prostat

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri, catat lokasi, karakteristik 1. Berguna dalam pengawasan keefektifan
dan beratnya (0 – 10) obat, kemajuan penyembuhan pada
2. Observasi TTV, perhatikan petunjuk non karakteristik nyeri menunjukkan terjadi
verbal. abses, memerlukan upaya evaluasi medik
3. Berikan lingkungan yang tenang dan dan intervensi.
kurangi rangsangan stress 2. Dapat membantu mengevaluasi pernyataan
4. Ajarkan teknik nafas dalam bila rasa nyeri verbal dan keefektifan intervensi
datang 3. Meningkatkan istirahat
5. Kolaborasi dengan pemberian analgetik 4. Teknik nafas dalam menurunkan konsumsi
sesuai indikasi abdomen akan O2, menurunkan frekuensi
pernafasan, frekuensi jantung dan
ketegangan otot yang menghentikan siklus
nyeri
5. Menghilangkan nyeri, mempermudah
kerjasama dengan intervensi lain, contoh
ambulasi, batuk.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi prosedur bedah
INTERVENSI RASIONAL

1. Dampingi klien dan bina hubungan 1. Menunjukkan perhatian, hubungan


saling percaya. saling percaya dapat membantu
2. Memberikan informasi tentang klien kooperatif terhadap tindakan
prosedur tindakan yang akan medis.
dilakukan. 2. Membantu pasien dalam
3. Dorong pasien atau orang terdekat memahami tujuan dari suatu
untuk menyatakan masalah atau tindakan.
perasaan. 3. Memberikan kesempatan pada
4. Beri lingkungan yang tenang dan pasien dan konsep solusi
suasana istirahat. pemecahan masalah.
4. Mengurangi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan
insisi sekunder pada post operasi.
INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji nyeri dengan pendekatan 1. Menjadi parameter dasar untuk


PQRST. mengetahui sejauh mana intervensi
2. Jelaskan dan bantu klien dengan yang diperlukan dan sebagai
tindakan pereda nyeri non evaluasi keberhasilan dari
farmakologi dan non-infasif. intervensi manajemen nyeri
keperawatan
3. Lakukan manajemen nyeri 2. Pendekatan dengan menggunakan
keperawatan relaksasi dan nonfarmalogi lainnya
4. Kolaborasi Pemberian obat telah menunjukkan Keefektifan
analgesic dalam mengurangi nyeri.
3. Dengan manajemen nyeri dapat
mengurangi nyeri.
4. Analgesik memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif

INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi tanda-tanda vital. 1. Dugaan adanya infeksi/terjadinya


2. Lakukan pencucian tangan yang sepsis, abses.
baik dan perawatan luka yang 2. Menurunkan risiko penurunan
aseptic bakteri
3. Observasi keadaan luka dan insisi.
3. Memberikan deteksi dini terjadinya
4. Kolaborasi dengan pemberian proses infeksi dan pengawasan
antibiotik sesuai indikasi penyembuhan
4. Mungkin diberikan secara
profilaktik atau menurunkan
jumlah organisme dan untuk
menurunkan penyebaran dan
penyembuhan pada luka operasi
kasus
• Tn Z, 56 tahun datang berobat kepoli bedah dengan
keluhan tidak bisa BAK sejak 1 hari, meskipun rasa ingin
BAK ada. Sebelumnya riwayat LUTS (Lower Urinary Tractus
Syndrom) seperti hesistency, nocturia, urgency, frekuensi,
terminal dribbling sering dirasakan sebelumnya.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil Keadaan umum
baik, kesadaran CM, TD 130/80 mmHg, nadi 96x/m, RR 20
x/m, suhu 37 oC, regio suprapubic: inspeksi terlihat
cembung, palpasi ada nyeri tekan, perkusi redup. Dipasang
kateter urin dan keluar urin dengan volume 1000 ml.
• kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur dengan hasil:
tonus spingter ani baik, prostat teraba membesar dengan
pool atas tak teraba, kenyal, permukaan rata, sulkus
ditengah, nyeri tekan tidak ada, darah tidak ditemukan
pada sarung tangan dokter menyarankan untuk diperiksa
PSA, USG abdomen dan BNO-IVP
pengkajian
• Identitas pasien
Nama : Tn. Z Jenis kelamin : Laki-laki
• Keluhan utama
tidak bisa BAK
• Riwayat kesehatan
tidak bisa BAK sejak 1 hari, meskipun rasa ingin BAK ada.
• Riwayat kesehatan sebelumnya
Sebelumnya riwayat LUTS (Lower Urinary Tractus Syndrom) seperti
hesistency, nocturia, urgency, frekuensi, terminal dribbling sering
dirasakan sebelumnya.
• Riwayat kesehatan keluarga Tidak terkaji
• Riwayat psikososialspiritual Tidak terkaji
• Keadaan umum baik, kesadaran CM
• TD 130/80 mmHg
• nadi 96x/m
• RR 20 x/m
• suhu 37 oC
• regio suprapubic: inspeksi terlihat cembung, palpasi
ada nyeri tekan, perkusi redup. Dipasang kateter urin
dan keluar urin dengan volume 1000 ml.
• kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur dengan
hasil: tonus spingter ani baik, prostat teraba membesar
dengan pool atas tak teraba, kenyal, permukaan rata,
sulkus ditengah, nyeri tekan tidak ada, darah tidak
ditemukan pada sarung tangan dokter
Diagnosa keperawatan
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi
uretra sekunder dari pembesaran
prostat, dekompensasi otot destrusor dan
ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi
uretra sekunder dari pembesaran prostat
pembahasan
• Pembahasan pada kasus diatas pada pasien Tn . Z dengan
diagnosa BPH dilihat dari keluhan dan riwayat sesuai dengan
teori tetapi masih banyak data yang belum terkaji di kasus.
• pada kasus diatas timbul gejala seperti tidak bisa BAK sejak 1
hari, meskipun rasa ingin BAK ada. Sebelumnya riwayat LUTS
(Lower Urinary Tractus Syndrom) seperti hesistency, nocturia,
urgency, frekuensi, terminal dribbling sering dirasakan
sebelumnya. Keluhan tersebut ada pada teori.
• Tetapi ada juga gejala yang muncul di teori tetapi tidak ada di
kasus seperti nyeri pinggang keletihan, anoreksia, mual dan
muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai