Anda di halaman 1dari 83

CRS

Presentan :

Achmad Hafiedz Azis K 12100109009


Saptaningtyas Widowati 12100109037

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RS MUHAMMADIYAH BANDUNG
KETERANGAN UMUM
• Nama : Tn. K
• Jenis Kelamin : laki-laki
• TL/Umur : Bandung, 51 tahun
• Alamat : GG. Mesjid Al-Muslih rt 03 rw 04
cikawao lengkong
• Pendidikan : SMA
• Agama : Islam
• Suku : Sunda
• Pekerjaan : pegawai bengkel mobil
• Status Marital : Menikah
• Masuk Rumah Sakit : 19-02-2010
• Tanggal Pemeriksaan : 22-02-2010
Keluhan Utama

 Perut membesar
Anamnesa khusus
 Os mengeluh perutnya membesar sejak 1 bulan
SMRS. Perutnya membesar secara bertahap dan
terus menerus ada. Bengkak hanya terdapat
diperut saja, bengkak di kaki (-) bengkak di
palpebra/ muka (-).
 Os mengatakan perutnya terasa kembung
(penuh) yang terus menerus ada. Tetapi Os
menyangkal adanya sesak napas maupun nyeri
dada.
 Keluhan disertai nyeri perut terutama di ulu
sampai saat ini dan nyerinya terus menerus
ada. Nyeri dirasakan tidak menyebar maupun
menjalar ke tempat lain. Nyrinya seperti dipukul.
 Osjuga mengeluhkan sakit pinggang semenjak keluhan
muncul. Rasa sakitnya tidak menyebar maupun
menjalar ke tempat lain. Sakit di pinggangnya seperti
dipukul.

 Keluhan pasien disertai : Batuk(+) hanya sesekali,


dahak (-), berkeringat dingin (+). Os menyangkal
pernah mengalami demam dan batuk lama, mengalami
pengobatan 6 bulan, jantung berdebar-debar saat
beraktivitas, namun tidak terdapat nyeri dada. Pasien
juga mengeluh cepat capai.

 Pasienmenyangkal adanya keluhan mual, dan muntah.


BAB cair, 2 hari sekali, darah (-) lendir (+), warnanya
seperti kunyit dan terjadi semenjak keluhan muncul.
BAK berdarah (-), sakit saat berkemih (-), mengedan (-),
menunggu sesaat ketika mau BAK (-), riwayat batu (-),
urine berwarna kuning keruh (seperti kunyit) ,
pancarannya seperti biasa.
Os mengaku mengalami penurunan berat badan (16 kg)
selama 1 bulan , nafsu makan menurun.

Os mengaku mengkonsumsi alkohol setelah lulus SMA


(sebulan 2 kali) selama 20 tahun, os juga mengaku merokok
sejak SMA (4 bungkus sehari) tetapi berhenti ketika sudah
muncul gejala. Pasien juga mempunyai tattoo di lengan
kanannya (hanya satu)

Os menyangkal pernah melakukan transfusi atau


menggunakan alat suntik.
 osbaru pertama kali menderita sakit seperti ini.
Tidak terdapat keluhan yang sama yang dirasakan
oleh anggota keluarga Os.

 Keluhan Os (perut membesarnya) belum pernah


diobati sebelumnya. Tetapi Os pernah menjalani
pengobatan hepatitis. Riwayat mengkonsumsi jamu
(-)
› Os mengaku memiliki Maag (+), riwayat
operasi (-). Riwayat sakit kuning/ hepatitis
(+), sakit jantung (-)

› Riwayat keluhan yang sama di keluarga Os


(-). Di keluarga Os tidak ada riwayat sakit
kuning/hepatitis, jantung (-)
Anamnesa tambahan
 Os mengaku bahwa keluarganya (istrinya)
menyadari adanya perubahan warna kulit
menjadi lebih kuning sejak bulan
desember 2009.
 Os pernah memeriksakan diri ke klinik
Harapan Sehat dan diagnosa menderita
hepatitis (B).
 Os mendapatkan pengobatan untuk
hepatitis (B) tetapi tidak mengalami
perbaikan dan os mengeluh perutnya
semakin membesar
PEMERIKSAAN FISIK

 Kesan sakit : Nampak sakit sedang


 Keadaan umum : Compos mentis
 Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 60 x/menit, REIC
Respirasi : 22 x/menit,
Suhu : 36,5⁰C
KEPALA
 Rambut:
 Tidak kusam, hitam sedikit beruban, ikal, tidak mudah dicabut
 Kulit wajah :
 Pigmentasi (-), jar parut (-), slight icteric (+), turgor (N), lembab
 Mata :
 Simetris, edema palpebrae (-), konjunctiva tidak anemis, sclera
icteric +/+, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
 Hidung :
 Simetris, deviasi septum (-), tidak ada massa, tidak ada sekret.
 Telinga :
 Deformitas (-), luka (-), benjolan (-), otorrhea (-)
 Mulut :
 Bibir tidak kering, perdarahan gusi (-), lidah bersih, fetor
hepaticum (+), frenulum lingue tidak ikterik
 Gigi :
 Ada caries gigi
LEHER

 Edema (-)
 JVP tidak meningkat
 Pembesaran KGB tidak teraba
 Trakea tidak deviasi
 Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Retraction otot sternocleidomastoid (-)
 Spider nevi (-)
thorax
 Inspeksi:
Gerak dan bentuk simetris
Warna kulit normal
Jejas/kemerahan/jar.parut/spider naevi (-)
Iktus kordis terlihat di ICS V LMCS
Gynecomastia (-)
COR
Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS 5 kiri
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 kiri, kuat
angkat.
 Perkusi :
Batas kanan: ICS V linea parasternal dextra
Batas kiri : ICS V linea mid clavikularis
sinistra
Batas atas : ICS III linea sternal sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, S3
(-),regular, murmur (-).
Pulmo Depan
 Inspeksi
› Retraksi otot pernafasan -/-,
 Palpasi
› VF ki=ka +/+
 Perkusi
› Batas paru hepar ICS 6 linea midclavicula
dextra, peranjakan 1 sela iga.
› sonor (+) ki=ka
 Auskultasi
› VR ki=ka +/+,VBS ki=ka +/+,
› ronchi (-/-), Wheezing (-/-),
Pulmo Belakang
 Inspeksi
› Bentuk dan gerakan simetris
 Perkusi
› Sonor ki=ka +/+
 Palpasi
› VF ki=ka +/+
 Auskultasi
› VR ki=ka +/+,VBS ki=ka +/+, ronchi (-/-),
Wheezing (-/-),
 Abdomen :
› I : cembung, , caput medusa (-), massa (-), Asites (+)
› P : NT (+) di daerah ulu hati , NL (-), Hepar teraba 3 jari
dibawah arcus costarum, 3 cm di bawah proc xiphoideus
permukaannya tumpul, irreguler. Lien tidak teraba, ruang
troube terisi
› P : Pekak samping (+), pekak pindah (+), CVA +/+
› A : Bising usus (+) normal 17/ menit
 Ekstremitas :
› Petechiae (-)
› Palmar erythem (-)
› Icteric (+)
› Liver nail (-)
› Clubbing Finger (-)
› Edema -/-
› Sianosis -/-
› Flapping tremor (-)
› Capillary refill < 2 detik
› Motorik 5 5
5 5
Diagnosis Banding
 Diagnosis banding :
sirosis hepatis
keganasan

Diagnosis Kerja :
sirosis hepatis
Usulan Pemeriksaan
 Pemeriksaan darah rutin : Hb, Ht, leukosit, trombosit,
eritrosit, Laju Endap Darah.
 Immunologi : HBsAg, anti HCV
 GDS
 Elektrolit : Na, K,
 Foto Toraks AP
 Fungsi liver (prot. Total, albumin, SGOT, SGPT, bilirubin
direct, bilirubin indirect, bilirubin total, ALP, AFP)
 Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
 EKG
 USG abdomen
Hasil Lab
17-02-2010
 Darah rutin
› Hb : 12 g/dl
› leukosit : 5700 sel/ml
› eritrosit : 4 juta / nl
› Ht : 34 %
› trombosit : 286.000 sel/nl
 Kimia klinik
› Fungsi liver :
 SGOT : 124 unit/l
 SGPT : 56 unit /l
 Protein total : 7,61
 Albumin : 2,45
 Globulin : 5,16
 Gamma GT : 1135
 Fosfatase alkali : 2418
• Fungsi ginjal
 Ureum : 21 mg/dl
 Kreatinin : 1.04 mg/dl

 Immunoserologi
 HbsAg : 0,438 (Negatif)
 Anti HBS : 344,6
 Anti HCV : 0,190
• Tumor marker :
- CEA : 9,80
 Gula darah sewaktu : 105 mg/dl
Tanggal 21 febuari 2010
 GDS : 105
 Fungsi ginjal :
- ureum : 23
- kreatinin : belum ada
 Elektrolit:
- Na : 134,7
-K : 3,45
- Cl : 95,8
Hasil USG Abdomen
Tgl 20 febuari 2010
 Hepar :
besar dan bentuk mengecil, permukaan irreguler, sudut tumpul, kapsul tidak
menebal. Parenkim inhomogen kasar. Tidak tampak massa yang
mencurigakan SOL. Vena porta dan vena hepatika kabur, tampak asites
 Gallblader :
membesar, dindig tidak tebal, intraluminal tidak tampak batu/ massa SOL,
CBD tidak melebar, sekitarnya tidak tampak asites.
 Pankreas :
tertutup gas echo sulit dinlai
 Limpa :
tidak membesar, permukaan reguler, parenkim homogen halus. Vena lienalis
tidak melebar. Tidak tampak SOL. Tampak sedikit asites
 Ginjal kiri :
besar dan bentuk normal. Permukaan reguler. Parenkim homogen, sistem
pelvocalises tidak melebar. Tampak batu/ massa intrarenal. Ureter tidak
melebar.
 Ginjal kanan :
bentuk dan besar normal. Permukaan reguler. Parenkim homogen, sistem
pelvocalises tidak membesar, tampak batu/ massa intrarenal. Ureter tidak
melebar
 Vesica urinaria :
bentuk dan besar normal, distensi cukup, dinding tidak menebal.
Intravesical tidak tampak batu/ massa SOL. Parivesical tampak koleksi
cairan.

KESIMPULAN
Asites susp. e. c. sirosis hepatis + hydrops
gallbladder. USG limpa, kedua ginjal dan
vesica urinaria tidak tampak kelainan.
Diagnosis kerja

 sirosis hepatis
CIRRHOSIS HEPATIS
DEFINISI
Sirosis adalah suatu bentuk keadaan
patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung
progresif yang ditandai dengan distorsi
dari arsitektur hepar dan pembentukan
nodulus regeneratif
Etiologi
 Penyakit Infeksi
› Hepatitis Virus ( Hepatitis B, C, D )
 virus Hepatitis B  40 – 50 % ,
 virus Hepatitis C  30 – 40 %
 virus bukan B dan bukan C ( non-B
non-C )  10 – 20 %
› Brusellosis
› Ekinokokkus
› Scistosomiasis
› Toksoplasmosis
 Penyait keturunan dan Metabolik
› Defisiensi alfa-1 antitripsin
› Sindrom Fanconi
› Galaktosemia
› Penyakit Gaucher
› Penyakit simpanan Glikogen
› Hemokromatosis
› Intoleransi Fruktosa Herediter
› Tirosinemia Herediter
› Penyakit Wilson
 Obat dan Toksin
› Alkohol
› Amiodaron
› Arsenik
› Obstruksi Bilier
› Penyakit perlemakan hati non alkoholik
› Sirosis Bilier Primer
› Kolangitis Sklerosis Primer

 Penyebab lain
› Penyakit Usus Inflamasi Kronik
› Fibrosis Kistik
› Pintas Jejunoileal
› Sarkoidosis
Epidemiologi
 > 40 %  asimtomatis.
 Sirosis ditemukan  pemeriksaan rutin
kesehatan atau otopsi.
 Keseluruhan insidensi di Amerika Serikat
 360 per 100.000 penduduk. Peringkat
ke-9 dalam penyebab kematian di
Amerika Serikat.
 Di Barat: sekitar 2,4%.
 Di Indonesia: ♂ > ♀ (2:1).
 72,7% dari pasien penyakit hati. Banyak
pada dekade ke-5.
 Di negara maju  tersering akibat
alkoholik.
 Di Indonesia  akibat infeksi virus
hepatitis B maupun C.
 Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien
sirosis hati  4,1 % dari pasien yang dirawat
di Bagian IPD dalam 1 tahun (2004 ) tidak
dipublikasikan.
 Di Medan dalam waktu 4 tahun 819 ( 4 % )
pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit
Dalam.
 Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan
bahwa virus hepatitis B menyebabkan sirosis
sebesar 40-50 %, dan virus hepatitis C 30-40
%, sedangkan 10-20 % penyebabnya tidak
diketahui.
KLASIFIKASI

 Klasifikasi untuk sirosis hati terdiri


atas :
1. Etiologi
2. Morfologi 3.
Fungsional
KLASIFIKASI

Etiologi
 Etiologi yang diketahui penyebabnya :
› Hepatitis virus tipe B dan C
› Alkohol
› Metabolik
Hemokromatosis idiopatik, penyakit Wilson,
galaktosemia, DM, tirosinemia kongenital,
defisiensi alpha 1 anti tripsin, penyakit
penimbunan glikogen.
› Kolestasis kronik
› Obstruksi aliran vena hepatik.
Penyakit vena oklusif. Sindrom Budd Chiari.
Perikarditis konstiktiva. Payah jantung kanan.
KLASIFIKASI
› Gangguan imunologis.
Hepatitis kronik aktif.
› Toksik dan obat.
› MTX, INH, Metildopa
› Operasi pintas usus halus pada obesitas
› Malnutrisi, infeksi seperti malaria
 Etiologi yang tidak diketahui
penyebabnya  sirosis kriptogenik /
heterogenous.
KLASIFIKASI
Morfologi
 Mikronodular  Terbentuknya septa tebal
teratur, di dalamnya septa parenkim hati
mengandung nodul halus dan kecil merata di
seluruh lobul. Ukuran nodul sampai 3 mm. Dapat
berubah menjadi makronodular.
 Makronodular  Terbentuknya septa dengan
ketebalan bervariasi, mengandung nodul yang
besarnya juga bervariasi, ada nodul besar, ada
daerah luas dengan parenkim yang masih baik
atau terjadi regenerasi parenkim. Ukurannya
>3mm.
 Campuran. Umumnya sirosis hati adalah jenis
campuran.
KLASIFIKASI

Fungsional
 Kompensasi baik ( Laten, sirosis dini )
 Dekompensasi ( Aktif, disertai kegagalan
hati dan hipertensi portal )
FASE KOMPENSASI
SEMPURNA
 Pasien tidak mengeluh sama sekali atau bisa juga
keluhan samr-samar tidak khas seperti:
- tidak bugar/fit
- merasa kurang kemampuan kerja
- selera makan berkurang
- perasaan perut kembung
- mual
- mencret atau konstipasi
- BB menurun
- kelemahan otot dan perasaan cepat lelah akibat
deplesi protein atau penimbunan air di otot
 Kadang kala pasien ditemukan menderita sirosis
sewaktu pemeriksan rutin medis.
FASE DEKOMPENSASI
 Pasien pada fase ini sudah dapat ditegakkan
diagnosisnya dengan pemeriksaan klinis, lab
dan pemeriksaan penunjang lainnya.
 Timbul komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi portal dengan manifestasi seperti:
eritema palmaris
spider nevi
vena kolateral pada dinding perut
ikterus
edema pretibial
asites
PATOGENESIS
Mekanisme terjadinya sirosis hati:
1. Mekanik : Dimulai dari kejadian
hepatitis viral akut  timbul peradangan
luas  nekrosis luas  pembentukan
jaringan ikat disertai pembentukan nodul
regenerasi oleh sel parenkim hati yang
masih baik.
PATOGENESIS CON’T

2. Imunologis: Dimulai kejadian


hepatitis viral akut yang menimbulkan
peradangan sel hati  nekrosis /
nekrosis bridging dengan melalui
hepatitis kronik agresif  sirosis hati.
Perkembangan dgn cara ini
memerlukan waktu sekitar 4 tahun.
3. Mix mekanik dan imunologi.
PATOGENESIS
Etiologi

Inflammatory injury  nyeri, demam, mual, muntah, fatigue

Nekrosis hepatoselular*)  pengeluaran enzim  AST,
ALT 

Septa fibrosis difus



Jaringan parut

Bridging necrosis

Sel tumbuh kembali  nodul

Distorsi percabangan pembuluh hepatik & gangguan aliran
darah porta

Hipertensi portal
PATOFISIOLOGI
Sirosis Hati Pasca Nekrosis
 Gambaran patologi: mengkerut,berbentuk
tidak teratur,dan terdiri dari nodulus sel hati
yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat
dan lebar.
 Patogenesis  peranan sel stelata.
sel stelata  keseimbangan pembentukan
matriks ekstrasellular dan proses
keseimbangan.
Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung
secara terus (hepatitis virus,bahan
hepatotoksik)  sel stelata akan membentuk
kolagen  fibrosis
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Sirosis
› Keluhan utama  Perut membesar
kemungkinan disusul dengan kaki
membengkak.
› Gejala awal sirosis kompensata  Perasaan
mudah lelah dan lemas, selera makan
berkurang, perasaan perut kembung, mual,
berat badan menurun, pada laki-laki dapat
timbul impotensi, testis mengecil, buah
dada membesar, hilangnya dorongan
seksualitas.
› Sirosis dekompensata  Gejalanya lebih
menonjol terutama apabila terjadi
komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
porta
MANIFESTASI KLINIS
› Pada umumnya penderita dengan sirosis 
Asites lebih dahulu daripada terjadinya edema
di kaki.
› Gejala lain  Hilangnya rambut badan,
gangguan tidur, dan demam tidak begitu
tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan
pembekuan darah, perdarahan gusi,
epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus
dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,
muntah darah dan/atau melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa,
sukar konsentrasi, bingung, agitasi sampai
koma.
MANIFESTASI KLINIS
 Temuan klinis pada sirosis antara lain :
a. Efek kerusakan hati :
1. Insufisiensi hati :
- Asites
- Edema pergelangan kaki
- Ikterus
- Kerusakan hati
- Anemia
- Mudah berdarah
- Koma
MANIFESTASI KLINIS

2. Hiperestrinisme :
- Spider nevi
- Alopesia pektoralis
- Ginekomasti
- Eritema palmaris
- Atrofi testis
MANIFESTASI KLINIS

B. Efek Hipertensi portal :


1. Hipertensi portal :
- Asites
- Edema pergelangan kaki
- Splenomegali
- Varises esofagus
- Caput Medusa
MANIFESTASI KLINIS

2. Hipersplenisme :
- Perubahan sumsum tulang
- Anemia, leukopenia,
trombositopenia
PEMERIKSAAN FISIK
Gejala-gejala sirosis dan temuan klinis
 Spider angioma-spiderangiomata/ spider
telangietasi lesi vaskular dikelilingi beberapa vena
kecil pada bahu,muka dan lengan atas. Tanda ini
ditemukan selama hamil,malnutrisi berat,orang sehat
(kecil)

 Eritema palmaris warna merah saga pada thenar


dan hipothenar telapak tangan. Tidak
spesifik.Ditemukan pada kehamilan,arthritis
reumatoid,hipertiroidisme, dan keganasan
hematologi.

 Perubahan kuku muchrche pita putih horisontal


dipisahkan dengan warna normal kuku. Mekanisme
belum diketahui (mungkin hipoalbuminemia)
PEMERIKSAAN FISIK CON’T
 Kontraktur Dupuytren fibrosis fasia
palmaris menimbulkan kontraktur fleksi jari-
jari berkaitan dengan alkoholisme tetapi
tidak secara spesifik. Bisa juga ditemukan
pada pt DM,distrofi refleks simpatetik,
perokok dan alkoholik.

 Ginekomastia  benign jaringan glandula


mamae laki-laki. Mungkin akibat
peningkatan androstenedion. Hilangnya
rambut dada dan aksila pada laki-laki
sehingga mengalami perubahan ke arah
feminisme.Sebaliknya pada wanita
menstruasi cepat berhenti sehingga dikira
fase menopause.
PEMERIKSAAN FISIK CON’T

 Atrofi testis hipogonadisme


impotensi dan infertil.
 Hepatomegali  pada sirosis, bisa
besar,normal,kecil. Jika hati teraba, hati
sirotik teraba keras dan nodular.
 Splenomegali sering ditemukan
pada sirosis nonalkoholic. Pembesaran
ini akibat hipertensi porta.
PEMERIKSAAN FISIK CON’T

 Fetor hepatikum bau napas yang


khas akibat peningkatan konsentrasi
dimetil sulfid akibat pintasan porto
sistemik yang berat.
 Ikterus kulit dan membran mukosa
akibat hiperbilirubinemia. Warna urin
terlihat seperti air teh.
 Asterixis bilateral tetapi tidak
sinkrom berupa gerakan mengepak-
ngepak dari tangan, dorsofleksi
tangan.
PEMERIKSAAN FISIK CON’T

Tanda-tanda yang menyertai di


antaranya:
› Demam yang tak tinggi akibat nekrosis
hepar
› Batu pada vesika felea akibat hemolisis
› Pembesaran kelenjar parotis terutama
pada sirosis alkoholik akibat sekunder
infiltrasi lemak,fibrosis dan edema.
Gambaran Laboratoris
› SGOT/SGPT . SGOT >> SGPT.
› Alkali Phosphate  kurang dari 2-3 x
batas normal atas.
› Gamma-glutamil transpeptidase
(GGT)  pada penyakit hati
alkoholik.
› Blirubin dapat (N) pada sirosis hati
kompensata,  pada sirosis lanjut.
› Albumin ↓ sesuai dengan
perburukan sirosis.
Gambaran Laboratoris
Con’t
› Globulin 
› Protrombin Timememanjang.
› Na serum ↓ terutama pada sirosis dengan
asites.
› Hematologi anemia
normokrom,normositer,hipokrom mikrositer
atau hipokrom makrositer.
› Urine  Urobilinogen dan bilirubin (+) bila
penderita ada ikterus
› Tinja   sterkobilinogen
› Marker serologis-HbsAg, anti HCV, Anti HBc
Pemeriksaan Radiologis
 Foto Thorax
Peninggian diafragma karena asites yang
banyak dan kadang efusi pleura kanan 
cairan asites yang banyak disertai defek pada
diafragma kanan yang menyebabkan infiltrasi
cairan asites ke dalam rongga pleura kanan.

 Splenoportografi
Dengan menyuntikkan contras media ke
dalam limpa  Terlihat aliran vena lienalis,
vena porta dan cisterna colateral lain 
Terlihat jelas pada penderita sirosis hepatis
dengan hipertensi porta.
Pemeriksaan Radiologis

 Percutaneus Transhepatic Portography


(PTP)
Gambar vena porta dan cisterna
colateral yang lebih jelas.
Pemeriksaan Radiologis
 Ultrasonografi sering digunakan karena
non invasif dan mudah digunakan
Dapat Menilai :
a. Hepar : sudut hepar, permukaan
hepar , ukuran, homogenitas, dan
adanya massa.
b. Asites, spleenomegali, trombosis vena
porta dan pelebaran vena porta
 Pada sirosis lanjut  hati mengecil dan
nodular, permukaan irreguler, dan ada
peningkatan eksogenitas parenkim hati.
DIAGNOSIS KLINIS
Menurut Soehardjono & Soebandiri,
5 dari 7 gejala :
1. Palmar eritem
2. Spider naevi
3. Asites dengan atau tanpa edema
4. Splenomegali
5. Hematemesis & melena
6. Varises esofagus
7. Ratio albumin/globulin terbalik
DIAGNOSIS

I. Pemeriksaan Fisik
II. Pemeriksaan Laboratorium :
- Tes fungsi hati meliputi
aminotransferase (SGOT, SGPT),
alkali
fosfatase, gamma glutamil
transpeptidase, bilirubin, albumin,
dan
waktu protrombin.
DIAGNOSIS CON’T

III. USG :
› Meliputi sudut hati, permukaan hati,
ukuran, homogenitas, dan adanya
massa.
› Pada sirosis lanjut hati mengecil dan
nodular, permukaan irregular, dan
peningkatan ekogenitas parenkim paru.
Selain itu USG juga bisa melihat asites,
splenomegali, trombosis vena porta dan
pelebaran vena porta, serta skrining
adanya karsinoma hati pada pasien
sirosis.
KOMPLIKASI
1. Peritonitis bakterial spontan
Infeksi cairan asites oleh satu jenis
bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder
intraabdominal.

2. Sindrom hepatorenal
Terjadi gangguan fungsi ginjal akut 
oligouri, peningkatan ureum, kreatinin
tanpa adanya kelainan organik ginjal.
KOMPLIKASI CON’T

3. Perdarahan gastrointestinal :
Pada penderita sirosis hati dekompensata
terjadi hipertensi portal dan timbul varises
esofagus. Varises esofagus mudah
pecah  Timbul perdarahan yang masif.

4. Ensefalopati hepatik :
Kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi
hati
KOMPLIKASI CON’T
5. Koma hepatikum :
Akibat faal hati yang sudah sangat
rusak hati tidak dapat melakukan
fungsinya sama sekali koma
hepatikum primer. Dapat juga timbul
akibat perdarahan, parasentese,
gangguan elektrolit, obat-obatan dan
lain-lain  koma hepatikum sekunder.
KOMPLIKASI CON’T

6. Ulkus peptikum :
Disebabkan timbulnya hiperemi pada
mukosa gaster dan duodenum,
resistensi yang menurun pada mukosa,
dan timbulnya defisiensi makanan.
KOMPLIKASI CON’T

7. Karsinoma hepatoselular :
Terutama pada bentuk postnekrotik
karena adanya hiperplasia noduler
yang akan berubah menjadi adenoma
multipel kemudian berubah menjadi
karsinoma multipel.
PENGOBATAN
Terapi pada penderita sirosis hati
ditujukan
untuk :
1. Mengurangi progresi penyakit
2. Menghindarkan bahan-bahan yang
bisa
menambah kerusakan hati
3. Pencegahan dan penanganan
komplikasi.
Pengobatan
 Diet hepar :
- 2000-3000 kkal/hari
- protein 75-100 gr/hari
- lemak 30-40% kalori
 Stop alkohol & bahan lain yg toksik dan
dapat mencederai hati
 Hepatitis autoimun  steroid atau
imunosupresan
 Hemokromatosis flebotomi
 penyakit hati nonalkoholik  BB↓
 HBV interferon alfa dan lamivudin
(analog nukleosida)
› Lamivudin 100 mg PO setiap hari selama
satu tahun
› Interferon alfa 3 MIU,SC, 3x/minggu
selama 4-6 bulan, kekambuhan.
Pengobatan fibrosis hati

 Pengobatan antifibrotik pada saat ini


lebih mengarah kepada peradangan
 sel stelata sebagai target pengobatan
dan mediator fibrogenik akan
merupakan terapi utama
 Interferon mengurangi aktifitas sel
stelata
 Kolkisin memiliki efek antiperadangan
dan mencegah pembentukan kolagen
PENGOBATAN CON’T
l. Pada sirosis kompensata :
Terapi untuk mengurangi progresi kerusakan
hati dan menghilangkan etiologi

II. Pada sirosis dekompensata


- Asites : tirah baring + diet rendah garam
(5,2 gram atau 90 mmol/hari) +
diuretik ( spironolakton 100-200
mg/ hari, bila tidak adekuat bisa
ditambahkan dengan furosemid
20-40 mg/hari)
PENGOBATAN CON’T

 Bila asites sangat besar, bisa dilakukan


parasentesis (4-6 L) dilindungi dengan
pemberian albumin (untuk
mencegah terjadinya peningkatan
aktivitas
plasma renin, gangguan faal ginjal, atau
hiponatremi yang berat).
PENGOBATAN CON’T

 Ensefalopati hepatik :
1. laktulosa - membantu pasien
mengeluarkan amonia
2. Neomisin - mengurangi bakteri usus
penghasil amonia
PENGOBATAN CON’T

 Varises esofagus
sebelum berdarah dan sesudah
berdarah  diberikan obat penyekat
beta (propanolol).
waktu perdarahan akut preparat
somatostatin atau okreotid + ligasi
atau skleroterapi
PENGOBATAN CON’T

- Peritonitis bakterial spontan 


Antibiotika
- Sindrom hepatorenal  Mengatasi
perubahan sirkulasi darah di hati dan
mengatur keseimbangan garam dan air
- Transplantasi hati
Prognosis
 Prognosis sirosis dipengaruhi :etiologi,
beratnya kerusakan hati, komplikasi
dan penyakit lain yang menyertai.
 Klasifikasi Child-Pughmenilai
prognosis pasien sirosis yang akan
menjalani operasi.
PROGNOSIS

 Chirosis hepatis dengan tanda


hipertensi portal dibagi menjadi 3
kelompok:
1. Child A (5-6) Prognosis baik
(100%)
2. Child B (7-9 ) Prognosis sedang
(80%)
3. Child C (10-15 ) Prognosis buruk
(45%)
Child A Child B Child C
Gizi Baik Sedang Buruk
Ensefalopati - Minimal Lanjut
Asites - Mudah Sulit diatasi
diatasi
Bilirubin (ug ≤2 2-3 ≥3
%)
Albumin (g ≥ 2,5 3-3,5 ≤3
%)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai