Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN DAN FUNGSI SPT

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh wajib


pajak untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar suatu saat, dalam
masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

F U N G S I S U R AT P E M B E R I TA H U A N ( S P T )

A.Bagi wajib pajak PPh

1. melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah


dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian
tahun pajak;
2. melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek
pajak;

3. melaporkan harta dan kewajiban;

4. melaporkan pembayaran dari pemotongan atau pemungut terhadap wajib pajak


pribadi atau badan dari suatu masa pajak.

b. Bagi Pengusaha Kena Pajak

1. Melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

2. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri


oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa
Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Bagi Pemotong/ Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pajak yang


dipotong atau dipungut dan disetorkan.
Bentuk dan isi Dokumen Pendukung SPT
A. Bentuk SPT
Menurut bentuk SPT dibagi 2 (dua) yaitu :
1. SPT dalam bentuk formulir kertas
2. SPT dalam bentuk dokumen elektronik
B. Isi SPT
Isi SPT Masa PPh menurut Peraturan Menteri Keuangan
nomor 243/PMK.03/2014 harus memuat data:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;
5. Jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau jumlah pajak dibayar;
6. tanggal pembayaran atau penyetoran; dan
7. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
Isi SPT Masa PPN menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 243/PMK.03/2014 harus
memuat data:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;
5. Jumlah penyerahan;
6. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
7. jumlah Pajak Keluaran;
8. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;
9. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
10. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
11. tanggal penyetoran; dan data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

Isi SPT Masa PPN Pemungut menurut Peraturan Menteri Keuangan


nomor 243/PMK.03/2014 harus memuat data:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;
5. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
6. jumlah pajak yang dipungut;
7. jumlah pajak yang disetor;
8. tanggal pemungutan;
9. tanggal penyetoran; dan
10. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak

Isi SPT Tahunan PPh menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 243/PMK.03/2014 harus memuat data:
1. jenis pajak;
2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;
5. jumlah peredaran usaha;
6. jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
7. jumlah Penghasilan Kena Pajak;
8. jumlah pajak yang terutang;
9. jumlah kredit pajak;
10. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
11. jumlah harta dan kewajiban;
12. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29; dan
13. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
Jangka Waktu Pelaporan SPT
Untuk SPT Masa

1) Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak
sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah Masa Pajak berakhir.

(1a) Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang
telah disetorkan, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.

(1b) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah disetor, paling lama akhir
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

(1c) Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah disetor, paling lama akhir
bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak
2) Pemungut Pajak, wajib melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan
paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya.

3) Pemungut Pajak wajib melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 (empat


belas) hari setelah Masa Pajak berakhir.

(3a) Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
disetor r paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

4) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
satu Surat Pemberitahuan Masa, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.
Untuk SPT Tahunan
1. PPh - Orang Pribadi jangka waktu pelaporan akhir bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak

2. PPh – Badan jangka waktu pelaporan akhir bulan keempat setelah berakhirnya
tahun atau bagian tahun Pajak
SARANA BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK
Untuk Masa
No Jenis Pajak Batas Waktu Pembayaran

1. PPh Pasal 4 ayat 2 dipotong Tgl 10 bulan berikutnya


pemotong

2. PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus Tgl 15 bulan berikutnya


dibayar sendiri

3. PPH Pasal 15 yang dipotong oleh Tgl 10 bulan berikutnya


pemotong

4 PPh Pasal 15 yang harus dibayar Tgl 15 bln berikutnya


sendiri
5 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Tgl 10 Bulan berikutnya
pemotong
6 PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 Tgl 10 bulan berikutnya
yang dipotong oleh pemotong

7 PPh Pasal 25 harus dibayar Tgl 15 bulan berikutnya

8 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan Saat pembayaran bea masuk dan dalam hal bea
PPnBM atas impor masuk ditunda atau dibebaskan, harus dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean
impor
Untuk tahunan
No Jenis Pajak Batas Waktu Pembayaran

1. PPh - Orang Pribadi Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan


2. PPh - Badan Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan
SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN
DAN PELAPORAN PAJAK
Ada 2 macam Sanksi perpajakan, yaitu:
1. Sanksi Administasi
Terdiri dari :
a. Sanksi Administrasi Berupa Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.
Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah
tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang
pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu
jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima
dibayarkan.
c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang
paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang
harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung
dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana
Pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan
sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali
melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi
dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU KUP adalah tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

Anda mungkin juga menyukai