Anda di halaman 1dari 49

Flu Burung

• Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal


terjadi di Tangerang, Indonesia, yang
disebabkan oleh flu burung subtipe
H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di
Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan
Vietnam), kasus ini dianggap unik karena
korban tidak banyak berhubungan
dengan unggas.
• Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak
310 kasus dengan 189 kematian pada manusia yang
disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut
(lihat sumber):
• Indonesia — 99 kasus dengan 79 kematian.
• Vietnam — 93 kasus dengan 42 kematian.
• Mesir — 34 kasus dengan 14 kematian.
• Thailand — 25 kasus dengan 17 kematian.
• Republik Rakyat Cina — 25 kasus dengan 16 kematian.
• Turki — 12 kasus dengan 4 kematian.
• Azerbaijan — 8 kasus dengan 5 kematian.
• Kamboja — 7 kasus dengan 7 kematian.
• Irak — 3 kasus dengan 2 kematian.
• Laos — 2 kasus dengan 2 kematian.
• Nigeria — 1 kasus dengan 1 kematian.
• Djibouti — 1 kasus tanpa kematian.
Awal wabah

• Awal wabah pada peternakan di dunia yang


telah dikonfirmasi sejak Desember 2003.
• Wabah flu burung juga melanda benua
Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE
mengumumkan Nigeria sebagai negara
pertama yang memiliki kasus positif flu
burung di benua itu. Dua pekan kemudian,
virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil
di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya
dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke
Mesir dan Kamerun.
Definisi umum
AVIAN FLU Disease

• Penyakit menular yang disebabkan


virus influenza yang ditularkan oleh
unggas.
Virus Avian Influenza

= Virus RNA (genome; 8 segmen)


family: Orthomyxoviridae
Genus: Virus influenza tipe A
Subtipe: berdasarkan antigen permukaan
(Surface Antigens):
• Antigen Haemaglutinin (H): 1-15
• Antigen Neuramidase (N): 1-9
Klasifikasi Strain Virus
Avian
Berdasarkan patogenitas Strain
• Low Pathogenic Avian Influenza
(LPAI)
• High Pathogenic Avian Influenza
(HPAI)
• Virus AI dapat bermutasi dari
virulensi rendah ke tinggi, terutama
subtipe H5 dan H7.
HOST
• Pejamu/Host: Manusia, babi, kuda
dan unggas (Avian)
• Natural Host: burung
Virus Influenza pada
manusia:
• Virus H1N1, H2N2 dan H3N2, Virus
Avian H5N1

• Virus yang menyerang adalah Virus


Influenza tipe A, dimana H5N1 yang
banyak menyerang ke berbagai
negara termasuk Indonesia.
Virus Avian
• Influenza A (H5) adalah penyebab
wabah flu burung pada hewan di
Hong Kong, Vietnam, Thailand,
Indonesia, Korea, Jepang, Laos,
Kamboja kecuali Pakistan (H7).
Sifat Virus:
• Virus dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22 C dan
0

lebih dari 30 hari pada suhu 0 C0

• Virus AI dalam daging ayam akan mati


pada suhu 80 C selama 1 menit atau
0

60 C selama 30 menit
0
Sifat Virus
• Virus AI pada telur ayam akan mati
pada pemanasan suhu 64 C selama 5
0

menit
• Virus AI dapat bertahan untuk waktu
lama dalam kotoran ayam (feses) dan
air selama 32 hari
Sifat virus AVIAN
• Sifat virus sangat labil, mudah berubah
bentuk dari tidak ganas menjadi ganas
dan sebaliknya.

• Virus AI akan mati pada sediaan alkohol


70 %, Ammonium kuatenr, Chlorin,
Formalin 2-5 %, Iodoform kompleks
(Iodine), Senyawa Fenol, dan
Natrium/Kalium Hipoklorit.
Pernyataan Departemen Pertanian
tentang flu burung di Indonesia:

• Tanggal 25 Januari 2004, Menteri


pertanian menyatakan bahwa Avian
Influenza (H5N1) telah menyerang
unggas di Indonesia

• Tanggal 19 Mei 2005, Menteri Pertanian


menyatakan bahwa Avian Influenza
(H5N1) telah ditemukan pada babi
walaupun tidak menimbulkan penyakit
pada babi (Asymptomatik)
Penularan:

• Dari unggas ke - unggas,


- hewan lain dan
- manusia
• Penularan dari manusia ke manusia
belum terbukti
Penularan
• Masa Inkubasi 1-3 hari
• Masa infeksius pada manusia: 1 hari
sebelum sampai 3-5 hari sesudah
timbul gejala., pada anak dapat
sampai 21 hari.
• Saat ini belum ada vaksin flu burung
untuk manusia.
Cara Penularan:

- Bahan infeksius: - tinja


- sekret saluran
nafas

- Penularan melalui udara, kontak


langsung dengan unggas
Cara Penularan
- unggas yang terinfeksi menular pada
2 minggu pertama dari ludah,
sekret hidung dan tinja
- dapat menular dari bahan infeksius
yang terdapat pada alat-alat dan
pakaian
- Sesudah 4 minggu tak dapat
terdeteksi
Gejala pada manusia:
• Batuk, nyeri tenggorokan
• Suhu badan panas diatas 380 C
• Mirip flu berat
• Dapat berlanjut menjadi radang paru-
paru (Pneumonia) dengan kemungkinan
kematian tinggi (1997 di Hongkong:
CFR 33.3 %
Gejala AVIAN Flu lainnya
pada manusia
• konjungtivitis, mialgia, perdarahan
hidung dan gusi, sakit kepala,
ensefalopati, tidak nafsu makan,
muntah, nyeri perut dan diare.

• Gejala dapat bervariasi, tidak harus


semua gejala ada, bisa berbeda dari
orang ke orang.
Uji laboratorium

• Isolasi virus dari bahan:


Darah, organ internal ( Paru,
jantung, ginjal, dll), Apusan
hidung, mulut dan tenggorok
Tes Serologi

• Antibodi detection (ELISA/EIA,


HI, CFT)
• Antigen detection ( HI, IF/FA)

• Indonesia: laboratorium rujukan:


Badan Litbang Kesehatan
Manajemen Kasus
Definisi Kasus:
1. Suspect Case (Kasus
tersangka)(1):
= mereka dengan gejala saluran
nafas akut, ditandai:
• demam lebih dari 38 0 C
• Batuk
• Nyeri tenggorok
Suspect Case (2)
Dan salah satu gejala dibawah
ini:
- kontak dengan penderita influenza Avian
(H5N1) yang sudah pasti selama masa
penularan ATAU
- Kurang dari 1 minggu terakhir mengunjungi
peternakan di daerah KLB Avian Influenza
ATAU
- Bekerja di laboratorium yang memproses
sampel dari orang atau binatang yang
disangka terinfeksi virus tersebut
2. Probable Case
= Kriteria Suspect Case DAN salah
satu dibawah ini:

• Hasil laboratorium tertentu untuk


virus influenza Avian (H5N1)- IFA
dengan H5 monoclonal Antibody
ATAU
• Tidak terbukti adanya penyebab lain
3. Confirmed Case- Kasus
Pasti
- Hasil biakan virus positif Influenza
Avian (H5N1)
ATAU
- Hasil positif dengan pemeriksaan
PCR untuk influenza H5
ATAU
- Peningkatan titer antibodi spesifik
H5 sebesar 4x (pair sera)
Kelompok risiko tinggi

• Pekerja peternakan/pemrosesan
unggas (termasuk dokter
hewan/peternakan)
• Pekerja laboratorium yang
memproses sampel pasien.unggas
terjangkit
Kelompok risiko tinggi

• Pengunjung peternakan/pemrosesan
unggas (dalam 1 minggu terakhir)
• Kontak dengan penderita flu burung
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (1)
• Cuci tangan sesering mungkin dengan
desinfektan (alkohol 70 %)
• APP ( Alat Perlindungan Perorangan) :
sarung tangan, kacamata, masker, dll)
• Mereka yang rentan anak-anak, lansia,
penyakit jantung, paru kronis) agar
menghindari tempat jangkitan
(peternakan unggas, dll)
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (2)
• Pengamatan kesehatan secara pasif
pada yang berisiko/terpapar dan
keluarganya: Gejala gangguan
saluran pernafasan, demam, dll.
• Serosurvai bagi yang terpapar
• Penyuluhan kepada masyarakat
terutama yang berisiko tinggi
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (3)
• Menjaga kebersihan diri
• Melarang masuknya orang di
peternakan yang terjadi Avian
Influenza
• Pekerja peternakan/masyarakat
sekitar peternakan bila mengalami
influenza agar segera berobat ke
puskesmas/rumah sakit.
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (4)
• Menyiagakan RS yang sebelumnya
disiagakan untuk SARS
• Penyiapan pengobatan:Oseltamivir
• Berisiko menghirup udara tercemar:
antiviral (oseltamivir 1x75mg selama
1 minggu)
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (5)
• Perlindungan bagi pemotong
hewan/peternak unggas: Menggunakan
tehnik dan APP
• Bahan yang berasal dari saluran cerna
unggas seperti tinja harus ditatalaksana
dengan baik; ditanam/dibakar agar tidak
menjadi sumber penularan bagi orang
sekitar.
• Alat-alat peternakan setelah digunakan
harus dicuci dengan desinfektan
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (6)
• Kandang dan tinja tidak boleh
dikeluarkan dari lokasi peternakan
• Menggunakan biosecurity pada pekerja
peternakan
• Mengkonsumsi daging unggas telah
dimasak pada suhu 80 C selama 1 menit,
0

telur unggas perlu dipanaskan pada suhu


64 C selama 5 menit
0
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (7)
Pada saat mengolah / memasak unggas
memakai sarung tangan, setelah itu mencuci
tangan dengan sabun
- Membersihkan daging ayam dengan air
mengalir
- Mencuci telur sebelum disimpan
- Mencuci tangan setelah memegang telur.
Pencegahan bagi kelompok
risiko tinggi (8)
• Melaksanakan kebersihan diri dan
lingkungan
• Meningkatkan daya tahan tubuh
misal: pemberian Vitamin C suplemen
• Secara rutin mengadakan pertemuan
antara Ditjen PP & PL dan Ditjen
Peternakan
• Virus ini dapat menular melalui udara
ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Namun demikian,
virus ini akan mati dalam suhu yang
tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan
hewan harus dimasak dengan matang
untuk menghindari penularan. Kebersihan
diri perlu dijaga pula dengan mencuci
tangan dengan antiseptik. Kebersihan
tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
• Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin.
Bahan makanan yang didinginkan atau
dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan
harus dicuci sebelum dan setelah memasak
atau menyentuh bahan makanan mentah.
• Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam
rumah atau ruangan tempat tinggal.
Peternakan harus dijauhkan dari perumahan
untuk mengurangi resiko penularan.
• Tidak selamanya jika tertular virus akan
menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat
membahayakan di kemudian hari karena virus
selalu bermutasi sehingga memiliki potensi
patogen pada suatu saat.

• Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau


burung yang mati mendadak pihak otoritas akan
membuat dugaan adanya flu burung. Untuk
mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah
yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan
APP (Alat Perlindungan
Perorangan)
= Kewaspadaan universal dengan kewaspadaan
tambahan: kewaspadaan terhadap penularan
Airborne:

• Cuci tangan
• Masker N95, minimum masker bedah
• Pelindung wjah/kacamata google
• Apron/gaun pelindung
• Sarung tangan
• Pelindung kaki (Sepatu)
Langkah Utama Penanggulangan
Flu Burung pada unggas :
 Peningkatan keamanan dari penularan
(biosekuriti)
 Vaksinasi unggas
 Pemusnahan terbatas (depopulasi) di daerah
tertular
 Pengisian kandang kembali (restocking)
 Pemusnahan menyeluruh (stamping-out) di
daerah tertular
Tindakan yang dapat dilakukan
:
 Membatasi secara ketat ‘lalu lintas’
hewan/unggas, kotoran hewan, dan bulu
 Membatasi ‘lalu lintas’ orang/kendaraan
yang ke luar masuk lokasi peternakan
 Mencegah kontak antara unggas dengan
burung liar.
 Pemberian desinfektan (sucihama)
terhadap :
a. Semua sarana peralatan dan kandang
yang kontak langsung dengan unggas
sakit
b. Pakaian pekerja kandang dan alas kaki
yang tercemar
c. Lokasi jalan menuju kandang dan areal
sekitar kandang
Pemusnahan unggas di peternakan
tertular
Dilakukan dengan cara :
 Unggas yang sakit maupun unggas yang
sekandang dibunuh
 membakar dan menguburkan bangkai unggas,
telur, kotoran, bulu, alas kandang (sekam),
pupuk dan pakan ternak yang tercemar.
 Lubang tempat
penguburan/pembakaran harus
berlokasi di dalam areal peternakan
tertular, berjarak minimal 20 meter
dari kandang tertular dan dengan
kedalaman 1,5 meter
 Apabila lubang tempat penguburan/
pembakaran terletak di luar areal,
maka harus jauh dari tempat
pemukiman penduduk dan mendapat
ijin dari Dinas Peternakan setempat
Pekerja peternakan dan keluarganya
perlu melaporkan ke petugas
kesehatan (Puskesmas atau dokter)
bila mengidap gejala-gejala
pernapasan seperti batuk, pilek,
sakit tenggorokan, susah napas,
infeksi mata, dan gejala flu
lainnya.
Tindakan pada saat
KLB
• Pendidikan kesehatan pada masyarakat
• Surveilans dan pelaporan hasilnya
kepada masyarakat
• Rumah Sakit harus mengantisipasi
terhadap peningkatan pasien selama
periode wabah
• Persediaan obat-obatan antiviral
apabila mungkin harus ditambah

Anda mungkin juga menyukai