Anda di halaman 1dari 17

EKONOMI

DEMOKRASI - Farah Gayatri R. (14)


- Muhammad Alif H (23)
- Muhammad Senna A K (24)

TERPIMPIN
Dalam rangka mengambil alih penguasaan
SISTEM ekonomi oleh negara dari tangan pengusaha asing,
pemerintah menasionalisasi perusahaan – perusahaan
DEMOKRASI asing, terutama milik pengusaha Belanda. Pemerintah
mampu menargetkan mampu menasionalisasi 80% aset
TERPIMPIN perusahaan – perusahaan Belanda. Akan tetapi, dalam
praktiknya pemerintah hanya mampu menasionalisasi
sekira 20%. Ketidakmampuan ini disebabkan para pemilik
perusaaan sudah terlebih dahulu menarik modalnya dari
Indonesia. Dengan demikian, kebijakan nasionalisasi
perusaan Belanda mengalami kegagalan. Bahkan, dalam
perkembangannya perekonomian Indonesia memburuk
akibat adanya pergelokan politik dalam negeri.
Guna mendukung program Pembangunan Nasional
SISTEM Semesta Berencana yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno,
pemerintah berupaya memaksimalkan peran badan usaha milik
DEMOKRASI negara. Pelaksanaan program ini diharapkan akan menjadi
tonggak perekonomian Indonesia. Selain itu, pemerintah
TERPIMPIN meningkatkan peranan koperasi. Salah satu koperasi yang
dikembangkan adalah adalah koperasi tani (koperta) sebagai
landasan pokok pembangunan ekonomi, khususnya
memperbaiki ekonomi rakyat.
Pada masa Ekonomi Terpimpin perusahaan swasta
diorganisasi sesuai bidangnya masing-masing dalam organisasi
yang dikenal dengan nama Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS)
dan Gabungan Perusahaan Sejenis (GPS). OPS dan GPS bertugas
mengaklokasikan bahan baku, perundingan, kontrak-kontrak
perburuhan, dan pengumpulan sumbangan sukarela untuk
kepentingan revolusi.
CIRI-CIRI DEMOKRASI
TERPIMPIN
– Semua alat dan sumber-sumber daya dikuasai pemerintah
– Hak milik perorangan tidak diakui
– Tidak ada individu atau kelompok yang dapat berusaha
dengan bebas dalam kegiatan perekonomian
– Kebijakan perekonomian diatur sepenuhnya oleh pemerintah
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
DEMOKRASI TERPIMPIN
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Pemerintah lebih mudah 1. Mematikan inisiatif individu untuk maju
mengendalikan inflasi, 2. Sering terjadi monopoli yang
pengangguran dan masalah merugikan masyarakat
ekonomi lainnya 3. Masyarakat tidak memiliki kebebasan
2. Pasar barang dalam negeri berjalan dalam memilih sumber daya.
lancar
3. Pemerintah dapat turut campur
dalam hal pembentukan harga
4. Relatif mudah melakukan distribusi
pendapatan
5. Jarang terjadi krisis ekonomi
KEBIJAKAN PEMERTINTAH DALAM
PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN
1. PEMBENTUKAN BADAN PERANCANG PEMBANGUNAN NASIONAL
(BAPPERNAS)

Untuk mempercepat pembangunan nasional, pada tanggal 15 Agustus 1959


Kabinet Kerja membentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas). Depernas
dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 80 tahun 1958. Depernas dipimpin
oleh Muhammad Yamin dan bertugas mempersiapkan rancangan undang-
undang pembangunan nasional serta menilai penyelenggaraan pembangunan.
Pada tahun 1963 Depernas berganti nama menjadi Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) yang langsung dipimpin Presiden
Soekarno.
TUGAS BAPPENAS :
• Menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahuanan, baik
nasional maupun daerah.
• Mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan.
• Menyiapkan serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS.
Pada masa kini tugas Bappenas masih berfungsi sebagai badan yang
bertugas merencanakan program pembangunan, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, baik nasional maupun daerah, serta
mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan, dan menyiapkan dan
menilai Mandataris untuk MPRS.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN
2. DEVALUASI
Devaluasi adalah suatu tindakan penyesuaian nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing lainnya yang
dilakukan oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter yang mengadopsi sistem nilai tukar tetap.

Tujuan devaluasi adalah :


1. Guna membendung inflansi yang tetap tinggi.
2. Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar masyarakat.
3. Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Maka pada tanggal 24 Agustus 1959, Presiden Soekarno melalui menteri keuangan yang dirangkap
oleh Menteri Pertama Djuanda menurunkan nilai mata uang, yaitu :

a. Nilai mata uang RP. 1000 bergambar gajah menjadi Rp. 100
b. Nilai mata uang Rp. 500 bergambar macan menjadi Rp. 50
c. Melakukan pembekuan terhadap semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah Rp.
25.000
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN

4. DEKLARASI EKONOMI (DEKON)


Dalam rangka melakukan perbaikan ekonomi, pemerintah membentuk Panitia Tiga Belas. Panitia ini
menghasilkan konsep yang kemudian disebut Deklarasi Ekonomi (Dekon) sebagai strategi dasar ekonomi
Indonesia dalam rangka pelaksanaan Ekonomi Terpimpin. Deklarasi Ekonomi diresmikan Presiden Soekarno pada
tanggal 28 Maret 1963. Tujuan Deklarasi Ekonomi sebagai berikut :
1) Menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis,dan bebas dari sisa-sisa imperialisme.
2) Mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
Dekon pada dasarnya memperhatikan berbagai prioritas seperti mendorong usaha swasta
memperbesar produksi perolehan devisa, serta memberikan insentif kepada pihak pengusaha swasta yang berhasil
menaikkan nilai ekspor dan impor. Dekon disusul dengan empat belas peraturan pelaksanaan yang dikenal dengan
nama Peraturan 26 Mei karena dikeluarkan pada tanggal 26 Mei 1963. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa
pelaksanaan ekonomi Indonesia adalah Berdikari, yaitu berdiri diatas kaki sendiri. Dalam perkembangannya,
kebijakan ini tidak berhasil mengatasi keadaan ekonomi Indonesia yang semakin merosot. Ketidakberhasilan ini
disebabkan pemerintah gagal memperoleh pinjaman dana dari International Monetary Fund (IMF). Situasi ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan politik Bangsa Indonesia yang sedang berkonfrontasi dengan negara-negara Barat
dan Malaysia. Namun pada penarapannya Dekon tidak bisa mengatasi kesulitan ekonomi.
 AKIBAT ADANYA DEKON

1) Peraturan tersebut tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan


masalah inflasi.

2) Dekon mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia


Kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok, tampak dengan
adanya kenaikan harga barang mencapai 400 % pada tahun 1961
1962.

3) Beban hidup rakyat semakin berat.


KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN
5. Penggunaan Dana Revolusi
Pada tahun 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Instruksi Presiden No. 018 Tahun 1964
dan Keputusan Presiden No. 360 Tahun 1964 yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai perhimpunan
dan penggunaan Dana Revolusi. Selanjutnya, Presiden Soekarno menunjuk Menteri Urusan Bank
Sentral Jusuf Muda Dalam untuk mengelola Dana Revolusi.
Dana Revolusi diperoleh dari devisa kredit panjang (deffered payment). Deffered payment
adalah suatu macam impor yang dibayar dengan kredit. Jusuf Muda kemudian melakukan pungutan
terhadap perusahaan atau perseorangan yang mendapat fasilitas kredit antara 250 juta hingga 1miliar
rupiah. Perusahaan atau perseorangan tersebut diharuskan membayar dengan valuta asing sesuai
jumlah yang telah ditetapkan. Hasil pengumpulan Dana Revolusi digunakan untuk membiayai proyek-
proyek mandataris presiden, yang bersifat prestise politik (salah satu dari manifestasi dasar perjuangan
di atas pentas internasional selain status quo dan imperialisme) dengan mengorbankan kondisi
ekonomi dalam negeri.
Akibat dari kebijakan ini, utang-utang negara semakin meningkat, sebaliknya ekspor semakin
menurun. Ditambah lagi dengan pemberian fasilitas alokasi kredit kepada perseorangan atau kepada
perusahaan yang bukan sektor produksi dengan bunga tertentu, menimbulkan kekacauan di bidang
keuangan negara. Tingkat inflansi menunjukkan kenaikan yang tidak terkendali. Pada tahun 1959 tingkat
inflansi hanya 19,42%, tetapi melonjak berlipat mencapai 635,35% pada tahun 1966.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN

6. MENINGKATKAN PERDAGANGAN DAN PERKREDITAN LUAR NEGERI


Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian, sebab kurang lebih
80% penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian tersebut
diekspor untuk memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan untuk mengimpor
berbagai bahan baku/ barang konsumsi yang belum dihasilkan di Indonesia.
Jika Indonesia tidak mampu memperoleh keuntungan maka akan mencari
bantuan berupa kredit luar negeri guna memenuhi biaya import dan memenuhi
kebutuhan masyarakat di dalam negeri. Sehingga Indonesia mampu memperbesar
komoditi ekspor, dari eksport tersebut maka akan digunakan untuk membayar utang
luar negeri dan untuk kepentingan dalam negeri. Dengan bantuan kredit tersebut
membuka jalan bagi perdagangan dari negara yang memberikan pinjaman kepada
Indonesia.
1. Rencana pembangunan kurang matang
2. Biaya pembangunan baik yang berasal dari dalam maupundari luar negeri
kurang memadai
3. Proyek-proyek yang sudah direncanakan sering diterlantarkan
4. Pembangunan lebih mengarah pada pembangunan yang bersifat Mercusuar
UPAYA ATAU PERATURAN PEMERINTAH DALAM
MENGATASI KRISIS EKONOMI
Pada tanggal 26 Mei 1963, pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan
yang berjumlah 14 kemudian terkenal dengan Peraturan 26 Mei, yang isinya
antara lain:
1. Peraturan Presiden No.1 tahun 1963 tentang pelaksanaan Deklarasi Ekonomi di bidang ekspor
2. Peraturan Presiden No. 6 tahun 1963 tentang pelaksanaan Deklarasi Ekonomi di bidang impor
3. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1963 tentang kebijakan dalam bidang harga
4. Peraturan Presiden No. 7 tahun 1963 tentang aktivitas perusahaan dagang negara dalam rangka
pelaksanaan Deklarasi Ekonomi
5. Peraturan pengganti Undang-Undang No. 3 tahun 1963 tentang perubahanUndang-undang No. 4 Prp
tahun 1959 dan pencabutan Undang-undang no. 32 Prp tahun 1960 dan Undang-undang No. 34 Prp
tahun 1960
6. Intrusi presiden RO No. 2 Tahun 1963 tentang koordinasi garis kebijaksanaan dalam pelaksanaan
Deklarasi Ekonomi dan sebagainya.
Keadaan Ekonomi Indonesia pada
Masa Demokrasi Terpimpin
Pada saat demokrasi terpimpin, keadaan ekonomi Indonesia berantakan dan
tidak terkendali. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga barang naik menjadi 200%
hingga 300%. Kebijakan berdikari dan berbagai usaha dalam memajukan
perekonomian Indonesia namun kebijakan ini memiliki hambatan yang membuat
perekonomian Indonesia makin terpuruk.
Selain itu banyaknya uang beredar di masyarakat membuat perekonomian
pada masa ini semakin kacau. Inflansi terjadi, bahkan sampai membuat Indonesia
mengalami devaluasi guna menyetabilkan kondisi mata uang yang beredar terlalu
banyak.
 Penanganan/penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional
 Ekonomi lebih bersifat politis dan tanpa terkendali
 Defisit yang makin meningkat yang ditutup dengan mencetak mata uang
sehingga menyebabkan inflasi
 Tidak adanya suatu ukuran yang objektif dalam menilai suatu usaha/hasil
orang lain
 Struktur ekonomi cenderung bersifat etatisme (Etatisme adalah suatu paham
dalam pemikiran politik yang menjadikan negara sebagai pusat segala
kekuasaan. Negara adalah sumbu yang menggerakkan seluruh elemen politik
dalam jalinan rasional yang dikontrol secara ketat dengan menggunakan
instrument kekuasaan.)

Anda mungkin juga menyukai