Anda di halaman 1dari 43

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
(2005-2024)
RPJMN I RPJMN II RPJMN III RPJMN IV
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024

Universal
Coverage Masyarakat
Upaya Kuratif
Sehat Yang
Mandiri dan
Berkeadilan

Pendukung/penunjang

Upaya promotif dan preventif, serta peningkatan universal health coverage menuju
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dalam pengendalian PTM
Upaya Promotif dan Preventif PTM dilaksanakan untuk mengubah perilaku
masyarakat dan deteksi dini F R PTM
Program Prioritas Renstra Kemenkes
2015 - 2019

Meningkatnya Penurunan Pengendalian


Sinergitas AKI dan AKB ATM Meningkatnya
Antar K/L Efektivitas
Pusat & Penurunan Pengendalian Litbangkes
Daerah
stunting PTM

Meningkatnya Kesehatan Meningkatnya Pengendalian Meningkatnya Akses &


masyarakat Penyakit Mutu Fasyankes

Meningkatnya Kemandirian, Akses & Mutu


Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas, dan
Sediaan Farmasi (Obat, Vaksin, Biosimilar) &
Pemerataan Tenaga Kesehatan
Alkes

Meningkatnya tata kelola Meningkatnya Kom- Meningkatnya Sistem


Meningkatnya Integrasi Informasi Kes.
kepemerintahan yang baik dan petensi & Kinerja Aparatur
Perencanaan, Bimtek & Monev Terintegrasi
bersih Kemenkes

Pengendalian PTM menjadi salah satu program prioritas Kemenkes


PERSENTASE KEMATIAN AKIBAT PTM
NEGARA

Kardio- Pernafasan
Diabetes Kanker Cedera PTM lain
vaskular Kronik

Indonesia 37 6 13 7 5 10
India 26 2 7 12 13 12
Thailand 29 4 17 11 9 12
Myanmar 25 3 11 11 9 11
Nepal 22 3 8 10 13 14
Sri Lanka 40 7 10 14 8 10
Bangladesh 17 3 10 9 11 18

Sumber: WHO, 2014 4


Kecenderungan Penyebab Kematian 1995-2007

INDONESIA, 1995 - 2007 DUNIA, 1990 - 2010

70.0
1990 2000 2010
59.5
60.0
49.9 Cedera Penyakit
50.0 44.2 Penyakit 8% Penyakit Cedera menular
41.7 Cedera7% menular
40.0
menular 9%
31.2
30.0
28.1 33
43 %
37 %
20.0 56
10.1 % 49% 58%
%
10.0 6.0 6.0 5.9 7.3 6.5
PTM
0.0
Maternal/Pre-natal Penyakit Menular Penyakit Tidak Cedera
PTM
PTM
Menular
SKRT 1995 SKRT 2001 Riskesdas 2007

• Pemerintah & masy menghadapi beban ganda


(peny menular & peny tidak menular)
• PTM membutuhkan biaya tinggi dan teknologi tinggi

5
Sumber: Laporan Riskesdas 2007
2007 2013
FAKTOR RISIKO PTM
(%) (%)

1 Merokok (usia ≥ 15 th) 34,7 36,3

2 Aktifitas fisik kurang (usia ≥ 10 th) 48,2 26,1

3 Kurang konsumsi sayur & buah (usia ≥ 10 th) 93,6 93,5

4 Konsumsi minuman beralkohol 4,6 n.a

Konsumsi minuman beralkohol berbahaya 0,3 n.a

5 Obesitas sentral (usia ≥ 18 th) 18,8 26,6

Sumber: Riskesdas 2007; Riskesdas 2013


No Penyebab Kematian
%
1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 – I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 – E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 – A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 – I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 – K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01– V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 – J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran pencernaan lain (A09) 1.9
0.9

0.7 0.7

0.4
0.35
0.3 0.3 0.3
0.25
0.1 0.1 0.1
MASALAH MEROKOK
DI INDONESIA
Bonus Demografi yang Terancam
Persentase Perokok Laki-laki Dua dari Tiga Laki-laki Indonesia
Usia > 15 Tahun di 9 Negara Usia ≥15 Tahun, adalah Perokok
The Tobacco Atlas, Fifth Edition, 2015

DARI

Persentase Konsumsi Tembakau


100
Penduduk Indonesia Usia ≥15 tahun,
90
Tahun 1995 - 2013
80
70 63.1 65.6 65.8 66
62.2
60 53.4
50
34.4 34.2 34.3 36.3
40 27 31.5
30
20
10 4.5 5.2 4.1 6.7
JUMLAH SELURUH PEROKOK DI 1.7 1.3
0
INDONESIA MENCAPAI 1995 2001 2004 2007 2010 2013
> 90 JUTA ORANG Laki2 Perempuan Lk+Prmpn
Bonus Demografi yang
Terancam
Persentase Perokok Remaja Indonesia
Usia 15-19 tahun, Tahun 1995 - 2013

Sumber: SKRT (1995), SURKESNAS (2001, 2004), RISKESDAS(2007, 2010, 2013)- Balitbangkes

PENINGKATAN JUMLAH
PEROKOK ANAK AKAN
MENJADIKAN BENCANA
DEMOGRAFI
* Persentase Umur Mulai Merokok pada Laki-laki
dan Perempuan di Indonesia

Data Riskesdas 2013

“Remaja hari ini adalah


pelanggan tetap untuk hari
esok……”
Philip Morris 1981
Buku Fakta Tembakau Indonesia, Depkes RI 2004
* Rokok dan Lingkaran Kemiskinan
Dgn jumlah perokok
sebanyak +90 juta, rata-rata
rokok yang dihisap per hari
12,3 batang, dan rata-rata
harga rokok per batang Rp.
1.000,-, maka pengeluaran
masyarakat utk rokok
sebanyak Rp. 1,1 TRILIUN
per hari  bila dibelikan
makanan maka kebutuhan
minimal 2.100 kkal seluruh
penduduk dapat tercukupi

Data Susenas, 2005 - 2013

Perokok miskin – yang proporsinya lebih tinggi -


kecenderungannya akan mengorbankan
kebutuhan sandang pangan untuk memenuhi
kebutuhan rokok
Paparan Terhadap
Asap Rokok Orang Lain (AROL)

78,4 % 56%
di rumah anak (0-4 thn)
terpapar AROL
51,3% di rumah
di tempat kerja
57,4%
anak (5-9 thn)
85,4%
terpapar AROL
di restoran
di luar rumah

39%
anak & dewasa
Orang dewasa terpapar AROL
terpapar AROL di luar rumah

Sumber: GATS 2011


Sumber: RISKESDAS 2013
*

36.2% pelajar laki-laki


4.3% pelajar perempuan
20,3% dari total pelajar mengkonsumsi
produk tembakau, 18.3% merokok

88,2% ingin berhenti merokok


24% di antaranya pernah mendapatkan
pertolongan / nasihat dari tenaga
profesional untuk berhenti merokok

69% pelajar pernah melihat seseorang


merokok di dalam gedung sekolah,
ataupun di luar gedung tetapi masih di
halaman sekolah
Sumber: The Global Youth Tobacco Survey Indonesia tahun
2014 (GYTS 2014)
GENERASI MUDA &
IKLAN ROKOK
Keterpaparan Pengaruh

• 46,3% remaja: iklan memberi


• 89,3 % mel. Billboard pengaruh besar untuk mulai
• 62,7 % mel. Media elektronik merokok
dan cetak • 41.5% remaja : kegiatan
• 9 % mel. barang/benda disponsori industri rokok memiliki
dengan logo rokok yang dimiliki pengaruh untuk mulai merokok
• 7,9 % karena ditawari rokok • 29% remaja perokok:
gratis oleh perwakilan menyalakan rokoknya ketika
perusahaan rokok melihat iklan rokok
• 8% remaja perokok: kembali
merokok karena mengikuti
kegiatan yang disponsori rokok

Sumber: GYTS Indonesia 2009 dan 2014, FKM UHAMKA 2007


Prevalensi perokok laki-laki Prevalensi perokok
≥ 15 tahun perempuan ≥ 15 tahun
Gorontalo
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur Papua Barat
Maluku Utara Maluku Utara
Jawa Barat Papua
DI Aceh Maluku
Sumatra Barat DI Aceh
Banten Sumatra Utara
Lampung Kalimantan Barat
Maluku Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Barat
Bengkulu Sulawesi Utara
Sumatra Selatan Sulawesi Tengah
Sumatra Barat
Sumatra Utara Sumatra Selatan
Jawa Timur Bali
Sulawesi Selatan Jawa Barat
Sulawesi Utara Bangka Belitung
Papua Barat Riau
Jawa Tengah Gorontalo
Kepulauan Riau Bengkulu
Bangka Belitung DKI Jakarta
Riau Banten
Sulawesi Barat DI Yogyakarta
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
DKI Jakarta Sulawesi Barat
Jambi Jawa Tengah
DI Yogyakarta Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat Sulawesi Selatan
Kalimantan Timur Jawa Timur
Kalimantan Tengah Lampung
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Bali Jambi
Papua
0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0%
0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0%

Sumber: Riskesdas 2013


BEBAN BIAYA AKIBAT PENYAKIT TIDAK MENULAR

*) Sampai dengan triwulan III tahun 2015 Sumber: BPJS Kesehatan, 2015
Kebiasaan –
budaya merokok
Gencarnya iklan rokok
dianggap wajar
yang mempengaruhi
perilaku anak dan
remaja
Berpotensi
membuyarkan
Bonus TANTANGAN
Demografi PENGENDALIAN
KONSUMSI
TEMBAKAU Implementasi
KTR masih belum
optimal
Kuatnya lobby
pihak industri

Komitmen
stakeholders
belum optimal
- PENGENDALIAN PTM -
FAKTOR RISIKO PTM
MORBIDITAS
&
DISABILITAS

Sumber: Modifikasi dari from Global Health 2035: a world converging within a generation. USA, The Lancet. 2013.
21
* Lansia

Pelayanan bagi
anak SMP/A & • Pemeriksaan
remaja Tekanan Darah, Gula
Darah, IMT, Riwayat
Penyakit PTM,
Lingkar Perut
Pelayanan
Pelayanan bagi anak SD
• Pemeriksaan
bagi balita Tekanan Darah, Gula
Darah, IMT, Riwayat
Pelayanan Penyakit PTM,
Persalinan, Lingkar Perut
bagi bayi • IMT dan Obesitas sesuai
nifas &
Pemeriksaan neonatal Tumbuh Kembang Anak
SD pada raport Kes siswa
Kehamilan • Obesitas sesuai
Tumbuh Kembang
Pelayanan balita pada KMS
PUS & WUS
• Obesitas sesuai
Tumbuh Kembang
• BBL > 4 kg bayi pada KMS
• Pemeriksaan • Tau BBL
Tekanan Darah, Gula <2,5kg
• Pemeriksaan Tekanan
Darah, Gula Darah, Darah, IMT, Riwayat
IMT, Riwayat Penyakit Penyakit PTM
PTM, Lingkar Perut
RPJMN
PROGRAM PPTM Tahun 2015-2019
TARGET
NO INDIKATOR 2014
Baseline
2015 2016 2017 2018 2019

1 Prevalensi tekanan darah tinggi 25,8% 25,28% 24,77% 24,28% 23,79% 23,38%

Mempertahankan prevalensi
2 15,4% 15,4% 15,4% 15,4% 15,4% 15,4%
obesitas
Prevalensi merokok pada
3 7,2 % 6,9 % 6,4% 5,9% 5,6% 5,4%
penduduk usia ≤ 18 thn

RENSTRA
PROGRAM PPTM Tahun 2015-2019
No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian


1 10% 20% 30% 40% 50%
PTM terpadu
Persentase desa / kelurahan yang melaksanakan kegiatan
2 10% 20% 30 % 40% 50 %
Posbindu PTM
Persentase perempuan usia 30- 50 tahun yang dideteksi dini
3 10% 20% 30% 40% 50%
kanker serviks dan payudara

Persentase Kab/Kota yang melaksanakan Kebijakan


4 10% 20% 30% 40% 50%
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), minimal 50% sekolah

% Kab/kota yang melakukan pemeriksaan kesehatan


5 10% 20% 30% 40% 50%
pengemudi di terminal utama
Kegiatan terintegrasi :
 Deteksi dini faktor risiko PTM
 Monitoring faktor risiko PTM
 Konseling + Rujukan
 Kegiatan lain: Penyuluhan, senam,
bersepeda, dll

Posbindu PTM saat ini:


 Voluntary untuk menjangkau 10 % pddk usia >15 thn di wilayah kerja Puskesmas
 belum optimal dan cakupan masih rendah
 daya ungkit thd pencegahan PTM belum bermakna (baru sekitar 60% melakukan
kegiatan rutin dan melapor)
PELAYANAN TERPADU PTM
DI FKTP (PANDU PTM)

 Masih terbatasnya FKTP yang mampu


menjalankan peran sebagai “gate keeper” PTM
 Masih tingginya “missing opportunity” karena
tidak terdeteksinya faktor risiko PTM di FKTP
 Hampir semua dokter di FKTP merujuk kasus PTM
tidak sesuai standar ke FKRTL (data BPJS)

PEN WHO

 Tatalaksana Terintegrasi Hipertensi dan


Diabetes melalui pendekatan Faktor Risiko
 Prediksi berisiko penyakit jantung dan stroke
dengan Charta WHO PEN
 Pelayanan Upaya Berhenti Merokok
25
- KAWASAN TANPA ROKOK DAN
UPAYA BERHENTI MEROKOK -
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGENDALIAN KONSUMSI PRODUK
TEMBAKAU

1. Monitoring konsumsi produk tembakau

2. Perlindungan Terhadap Paparan Asap Rokok

3. Upaya Pelayanan Berhenti merokok

4. Peningkatan kewaspadaan masyarakat akan bahaya produk tembakau

5. Eliminasi iklan, promosi dan sponsor produk tembakau

6. Menurunkan akses terhadap produk tembakau


Landasan Hukum
Pengendalian Dampak Rokok
Terhadap Kesehatan

UU No.36/ 2009
tentang Kesehatan

PP No. 109 / 2012


tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan

Permenkes No 40/2013 tentang Permenkes No. 28 / 2013


Peta Jalan Pengendalian tentang Pencantuman
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Peringatan Kesehatan dan
Kesehatan Informasi Kesehatan Pada
Kemasan Produk Tembakau
Peraturan MENDIKBUD No 64/2015→
KAWASAN TANPA ROKOK
DI LINGKUNGAN SEKOLAH
PENCANTUMAN PERINGATAN KESEHATAN
DAN INFORMASI KESEHATAN PADA KEMASAN PRODUK
TEMBAKAU

TUJUAN:
 Memberikan hak
masyarakat akan
informasi yg jelas, benar
dan jujur
 Masyarakat memilih
berdasarkan informasi
yg lbh jelas (visual)
yang dipahaminya
(informed decision)
 Mencegah perokok
pemula untuk mulai
merokok.

30
KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN
TEMBAKAU
100%bebas
UU asap rokok:No. 36 tahun 2009
Kesehatan
1. Tdk Peraturanorang
ditemukan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
merokok
Dalamdi dlm gedung;
Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 -
2. Tdk ditemukan ruang
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
merokok di dlm gedung;
KTR
3. Tdk tercium bau rokok;
4. Tdk ditemukan
 Peraturanpuntung
Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang
rokok;
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
5. Tdk ditemukan penjualan
Berupa Produk Tembakau
rokok;
6. Tdk ditemukan asbak atau
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013
korek api;
tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan
7. Tdk ditemukan iklan atau
Informasi
promosi rokok; Kesehatan Pada Kemasan Produk
Tembakau
8. Ada tanda dilarang
merokok;
Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 Tahun 2013
tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak merokok
Bagi Kesehatan (2009-2024)
Peraturan tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia
• Saat ini sudah terdapat
221 Kabupaten/Kota yang
telah memiliki peraturan
tentang Kawasan Tanpa
Rokok (KTR)
• Di tingkat provinsi baru
ada 9 Peraturan Daerah , 7
Peraturan Gubernur dan 1
Instruksi Gubernur.
LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
 Posbindu/Sekolah:
• Mendeteksi faktor risiko merokok
• Mengajak untuk berhenti merokok
• Merujuk ke FKTP untuk layanan UBM

 Fokus pada Fasyankes Tingkat Pertama:


• membantu perokok untuk berhenti merokok
(konseling)
• membangun motivasi
• Menciptakan lingkungan yang mendukung

 Fokus pada Fasyankes Rawat Tingkat Lanjut:


• Konseling lanjutan
• Pengobatan spesialistik
SARANA UBM DI PUSKESMAS
1. PEAKFLOW METER
2. CO ANALIZER
3. JUKNIS UPAYA
BERHENTI
MEROKOK DI
FASYANKES PRIMER
4. KURIKULUM DAN
MODUL UPAYA
BERHENTI
MEROKOK DI
FASYANKES PRIMER
5. REGISTER UPAYA
BERHENTI
MEROKOK
6. LEMBAR BALIK
HIDUP SEHAT
TANPA ROKOK
7. BUKU SAKU HIDUP
SEHAT TANPA
ROKOK
TEORI :

Mengapa sulit? Multidimentional

Physiology
- Adiksi Nicotine
- Efek Withdrawal

Psychological
- Perilaku
- Lingkungan
1. Caggiula AR et al. Psychol Behavior. 2002;77:683–687
2. http://www.tobaccodependence.org/rationale
3. http://www.thestopsmokingguide.com/chapters/cigaretteAddiction.php
Siklus Adiksi Nikotin

Perokok regular memicu


peningkatan jumlah reseptor α4β2
sebanyak 300%
Akibat merokok pada
kesehatan manusia

PENYAKIT
AKIBAT
ROKOK

United States Department of Health and Human


Services. How tobacco smoke cause disease :
The biology and behavioral basis for smoking-
attributable disease rockville: Department of
Health and Human Services, Centers for
Disease Control and Prevention, National Center
for Chronic Disease Prevention and Health
Promotion Office on Smoking and Health; 2010.
SINERGI DAN HARMONISASI
DALAM PENGENDALIAN TEMBAKAU

Pemerintah
Prov – Kab/Kota

Nilai Sosial
Bersama
komunitas

Sektor Akademisi &


Swasta Masy. Madani
*

Aliansi Bupati Walikota dalam Pengendalian


Tembakau dan Penyakit Tidak Menular
*

Indonesian Conference on Tobacco or Health


I & II
*

* Sebagai panutan perilaku hidup bersih dan sehat


dalam keluarga, lingkungan, dan masyarakat
* Mendorong pelaksanaan kebijakan dan peraturan
terkait pengendalian dampak buruk tembakau pada
kesehatan .
* Melakukan advokasidalam melindungi masyarakat
dari dampak buruk kesehatan akibat konsumsi
tembakau.
* Mensukseskan upaya promotif-preventif dalam
Pembangunan Kesehatan – termasuk promotif-
preventif terkait pengendalian tembakau.
* Membudayakan sungkan merokok
*KESIMPULAN

*MOTIVASI JALAN HIDUP


*NIAT
(WAY OF LIFE)
*KOMITMEN

BANTUAN MEDIS - MULTIDISIPLIN


BERHENTI
MEROKOK

DUKUNGAN KELUARGA & LINGKUNGAN

FOLLOW UP

Anda mungkin juga menyukai