Anda di halaman 1dari 21

Stabilitas Tanah dengan Kapur

(Lime Stabilization) Geoteknik Jalan


SJ-5212
Kelompok 1:
Thopan Andika Putra (26918501)
Dine N. Badriansyah (26918002)

Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya


Institut Teknologi Bandung
LATAR BELAKANG
• Pembangunan jalan tidak selalu berada diatas tanah dasar dengan kapasitas daya dukung tanah baik,sehingga tidakdapat
langsung dipakai sebagai lapisan dasar (subgrade) pada suatu konstruksi jalan.
• Perlu dilakukan perbaikan tanah berupa stabilisasi tanah

PENGERTIAN UMUM
• Stabilitas tanah adalah usaha untuk meningkatkan stabilitas dan kapasitas daya dukung tanah.
• Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara meliputi.
1. pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang diinginkan;
2. pencampuran tanah dengan suatu bahan lainnya
sehingga sifat-sifat teknis tanah sehingga memenuhi
syarat teknis tertentu dan tidak mengalami penurunan
(settlement)
Sifat-sifat teknis tanah meliputi kapasitas daya
dukung, kompresibilitas, permeabilitas, workability,
swelling, dan sensitifitas terhadap perubahan kadar
air.
Stabilisasi tanah dapat digunakan dalam sejumlah kegiatan,
meliputi:
1. Lapisan permukaan sementara,
2. Lantai kerja untuk kegiatan konstruksi,
3. Meningkatkan kondisi tanah dasar yang buruk,
4. Meningkatkan kualitas material tanah dasar, dan
5. Mendaur ulang jalan lama yang mengandung bahan dengan
kualitas tidak sesuai standar yang diinginkan.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan tipe bahan
yang digunakan untuk menstabilkan tanah meliputi:
1. Gradasi;
2. Plasticity index (PI);
3. Ketersediaan dan biaya untuk melakukan
stabilisasi dan peralatan konstruksi yang sesuai
4. Iklim.
Menurut Bowles (1984) apabila tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, atau
apabila mempunyai indeks konsistensi yang tidak sesuai, permeabilitas yang terlalu tinggi, atau sifat lain yang tidak
diinginkan sehingga tidak sesuai untuk suatu proyek pembangunan maka tanah tersebut harus distabilisasikan.
Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk mendapatkan tanah dasar yang stabil pada semua kondisi. Usaha stabilisasi
dilakukan hanya seperlunya saja, tidak menguntungkan secara ekonomis untuk membuat sesuatu bagian konstruksi yang
lebih kuat dari yang diperlukan.

Proses stabilisasi meliputi,


1. Penggantian tanah asli : mengganti tanah dengan tanah yang baik atau sesuai spesifikasi
2. Perbaikan gradasi butiran
3. Stabilisasi dengan bahan kimia
4. Stabilisasi dengan pemadatan
Metode stabilisasi yang umum digunakan adalah:
1. Stabilisasi Mekanik, yaitu usaha penambahan
kekuatan atau daya dukung tanah dengan mengganti
jenis tanah eksisting, mengatur gradasi tanah atau
melakukan pemadatan;
2. Stabilisasi Kimiawi, yaitu usaha penambahan bahan
stabilisasi (stabilizing agents) antara lain kapur,
semen, bitumen, dan lain-lain yang dapat mengubah
sifat-sifat kurang menguntungkan dari tanah.
Stabilitas Tanah dengan Kapur
• Stabilisasi tanah menggunakan kapur adalah termasuk stabilisasi tanah secara kimiawi.
• Stabilisasi tanah dengan kapur cocok dilakukan pada tanah berbutir halus dan bersifat kohesif serta membutuhkan
komponen tanah liat (clay) yang akan bereaksi dengan kapur, misalnya, tanah liat yang mengandung senyawa silika
atau silika alumina (pozzolan) alami.
• Stabilitas tanah dengan kapur dilakukan dengan mencampur tanah menggunakan kapur dan air di lokasi pekerjaan
untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi material yang lebih baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan
konstruksi yang diijinkan dalam perencanaan.
• Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah. Sifat
ekspansif yang menyusut dan mengembang karena kondisi airnya akan berkurang secara drastis yang disebabkan sifat
dari butir kapur.

*Stabilisasi dengan Semen lebih cocok dilakukan pada tanah granular


Proses pemberian Kapur ke tanah Proses pemadatan pada campuran
kapur dan tanah


Proses pengadukkan / pencampuran Proses pemberian air pada campuran
kapur dengan tanah kapur dan tanah


Persyaratan Bahan dan Campuran untuk Stabilitas dengan Kapur
1. Kapur
Kapur yang digunakan untuk bahan stabilisasi adalah.
• Kapur kembang : CaO
• Kapur padam : Ca(OH)2

Unsur Kapur
Kapur kembang (CaO) Kapur padam (Ca(OH)2)
Magnesium dan Karbon Oksida > 92 % > 95 %
Karbon Dioksida CO2 (oven) < 3 % ; CO2 (oven) < 5 % ;
CO2 (lap) < 10 % CO2 (lap) < 7 %
Kehalusan Butir - < 12%
(2 mikron)
Aplikasi Kapur sebagai stabilizer agent sesuai keseragaman ukuran butiran dan Plastisity Index

Ukuran Lebih dari 25% lolos 75 µm Kurang dari 25% lolos 75 µm


Butiran
Plasticity Index PI ≤ 10 10 ≤ PI ≤ 20 PI ≥ 20 PI ≤ 6 PI ≤ 10 PI ≥ 10
Penggunan Tidak selalu dapat Dapat Dapat Tidak Dapat Tidak selalu dapat Dapat
kapur sebagai digunakan digunakan digunakan Digunakan digunakan digunakan
stabilizer agent (sebaiknya semen) (sebaiknya (sebaiknya
bitumen atau bitumen atau
semen) semen)
Tujuan menggunakan kapur sebagai bahan campuran dengan tanah yang dimana kapur terdiri dari ion-ion Ca, Mg dan
sebagian kecil Na yang dapat digunakan untuk:
1. Mengurangi sifat mengembang dari tanah
2. Mengurangi plastisitas dari tanah
3. Meningkatkan daya dukung dari tanah

Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur:


1. Karena adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na menyebabkan bertambahnya ikatan antara partikel tanah.
2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung tanah menjadi naik)
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung dan tidak efektif untuk tanah
pasir
2. Tanah
Stabilisasi tanah dengan kapur dapat digunakan untuk tanah lempung terutama tanah ekspansif. Perencanaan
campuran harus disesuaikan dengan variabilitas material di lokasi pelaksanaan.
Tanah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Sebelum penghalusan, tanah yang cocok untuk digunakan sebagai lapis pondasi tanah kapur harus sesuai
dengan ukuran partikel yang ditentukan di bawah ini dengan cara pengayakan basah:
1) Ukuran paling besar dari partikel batu harus lebih kecil dari 75 mm.
2) Kurang dari 50 % melewati saringan No.200 dengan pengayakan secara basah.
3) Setelah penghalusan tanah, batas ukuran partikel harus diperiksa, sehingga gumpalan tanah bila diayak
secara kering memenuhi ketentuan di bawah ini:
Lolos Ayakan 25 mm : 100%
Lolos Ayakan No. 4 : 75%
b. Tanah yang digunakan harus sedemikian hingga
menunjang hasil lapis pondasi tanah kapur yang
disyaratkan. Tanah yang sifat-sifatnya tidak memenuhi
persyaratan belum tentu akan ditolak jika tanah tersebut
memenuhi persyaratan lapis pondasi tanah kapur.
c. Semua lokasi sumber bahan yang diusulkan harus
diperiksa dan disetujui dan untuk memastikan bahwa
sifat-sifat tanah tersebut dapat digunakan terlebih dahulu
harus diuji dan hasilnya memenuhi persyaratan
3. Air
• Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung asam, alkali, bahan organik, minyak mineral, sulfat, dan
khlorida diatas nilai yang diijinkan, sesuai dengan tabel dibawah.
Macam Pengujian Nilai Ijin
pH 4,5 – 8,5
Bahan Organik Maks. 2000 ppm
Minyak Mineral < 2% berat kapur
Kadar Sulfat (Na2SO4) < 10.000 ppm
Kadar Klorida (NaCl) < 20.000 ppm

• Jika kadar air tanah lebih besar dari 50% harus digunakan kapur kembang (CaO).
4. Persyaratan Campuran
• Perencanaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan kadar kapur yang menghasilkan kekuatan
campuran maksimum. Kriteria kekuatan stabilisasi tanah dengan kapur harus sesuai dengan Tabel berikut.
Pengujian Batas-batas Sifat
(setelah dirawat 7 hari)
Kuat Tekan Bebas (kPa), SNI 03-6887-2002
• Lapis pondasi atas Min. 2200
• Lapis pondasi Bawah Min. 600
CBR (%), SNI 03-1 7 44-1989
• Lapis pondasi atas Min. 80
• Lapis pondasi bawah Min. 20

• Persyaratan hasil pelaksanaan stabilitas dengan kapur adalah.


a) Formasi tanah dasar yang sudah disiapkan untuk dihampar pondasi tanah kapur harus memenuhi
persyaratan, termasuk persyaratan dimensinya;
b) Pada setiap pengukuran penampang melintang, tebal rata-rata lapis pondasi tanah kapur yang sudah selesai
dengan kekuatan dan kehomogenan yang diterima, berdasarkan pengujian dari benda uji inti (core), harus
sama atau lebih tebal dari pada tebal rancangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana.
c) Permukaan akhir dari lapisan teratas lapis pondasi tanah kapur harus mendekati ketinggian rancangan dan
tidak boleh kurang dari 1 cdi bawah elevasi rancangan di titik manapun.
d) Permukaan akhir lapis pondasi tanah kapur tidak boleh menyimpang lebih dari 2 cm dari mistar lurus
sepanjang 3 m yang diletakkan di permukaan jalan sejajar dengan sumbu jalan atau dari mal bersudut yang
diletakkan melintang
Efek Kandungan Kapur Terhadap Kuat Tekan Bebas
Dari Beberapa Jenis Tanah

Sumber:
Pengaruh Tundaan Pemadatan
Terhadap Bahan Campuran Semen Dan Kapur

Sumber:
Perbandingan Kuat Geser Tanah Terhadap Lama
Waktu Campuran Antara Kapur Dan Semen

Sumber:
Mekanisme Stabilisasi Kapur pada Tanah Lempung

Sumber:
Penggunaan Kapur untuk memperbaiki tanah dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut.
Proses Tujuan Persyaratan

Modifikasi dengan Kapur Meningkatkan akses pada wilayah Peningkatan yang signifikan pada batas
basah plastis
Peningkatan secara cepat pada
kapasitas daya dukung

Meningkatkan kemudahan pengerjaan Penurunan secara cepat dan signifikan


dan penumbukan nilai plastisitas
Menambah material yang lolos saringan
3/16 “
Stabilisasi dengan Kapur Memperbaiki material tanah dasar Peningkatan pada kapasitas daya
dukung
Penurunan kemampuan mengembang

Memperbaiki material lapisan pondasi Penurunan nilai plastisitas


Penurunan kemampuan mengembang
Peningkatan pada kapasitas daya
dukung (min. CBR 80)
Persentase Kapur terhadap berat kering tanah yg disarankan untuk modifikasi dan stabilisasi
Tipe Tanah Modifikasi Stabilisasi

Batu pecah halus 2-4% Tidak disarankan

Kerikil lempung bergradasi baik 1-3% 3%

Pasir Tidak disarankan Tidak disarankan

Lempung berpasir Tidak disarankan 5%

Lempung berlanau 1-3% 2-4%

Lempung padat 1-3% 3-8%

Lempung sangat padat 1-3% 3-8%

Tanah organik Tidak disarankan Tidak disarankan


Kesimpulan
1. Penambahan kapur pada tanah yg tidak memiliki stabilitas mekanik akan meningkatkan
kekuatannya, daya dukungnya dan ketahanan terhadap air.
2. Mengubah secara cepat plastisitas suatu tanah dan menyebabkan tanah tersebut menjadi kering.
3. Efektif digunakan pada konstruksi yang mengalami penundaan dan cocok digunakan untuk tanah
lempung.
Daftar Pustaka
1. Soil Stabilization: Principles and Practice; Owen Graeme Ingles, J. B. Metcalf, Wiley, 1973
2. Alaska Soil Stabilization Design Guide; Alaska Department of Transportation and Public Facilities,
2003;
3. Soil Stabilization for Pavements; Department of The Army, The Navy, and The Air Force, October
1994;
4. Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan - Buku 7 Lapis Pondasi Tanah Kapur No: 002-07/BM/2006
5. SNI 03-4147-1996 - Spesifikasi Kapur untuk Stabilisasi Tanah
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai