Anda di halaman 1dari 56

HUKUM

KEDOKTERAN
(Blok 7.3)

Dr. Arrie Budhiartie,SH.,M.Hum


E-mail : budhiartie@unja.ac.id
arriebuhiartie@gmail.com
Materi:
1. Prinsip sengketa medik, professional misconduct,
dan pembiaran /negligence (malpraktik)
2. Prinsi malefisence, benefisence, euthanasia
3. Kode etik kedokteran Indonesia
MALPRAKTIK DAN SENGKETA
MEDIK
Ketentuan Yuridis:
Ps 29 UU Kesehatan “ dalam hal tenaga kesehatan diduga
melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
mediasi”
Penjelasan :
Mediasi dilakukan bila timbul sengketa antara tenaga
kesehatan pemberi pelayanan kesehatand engan pasien
sebagai penerima pelayanan kesehatan
Mediasi dilakukan bertujuan untuk menyelesaikan sengketa di
luar pengadilan oleh mediaor yang disepakai oleh para pihak
Ps. 46 UU Rumah Sakit
“ RS bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yg ditimbulkan atas kelalaian yg dilakukan oleh tenaga
kesehatan di RS”
Ps. 65 UU Praktik Kedokteran
(1) Setiap orang yg mengetahui atau kepentingannya dirugikan
atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran dapat mengadukan secara ertulis kepada
ketua MKDKI
(3) Pengaduan tidak menghilangkan hak setiap orang untuk
melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak
yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke
pengadilan
SENGKETA MEDIS

NON LITIGASI LITIGASI

PERADILAN PROFESI

PIDANA

MKDKI

ALTERNATIVE DISPUTE PERDATA


RESOLUTION (ADR)

MEDIASI
PRINSIP HUKUM TENTANG
KESALAHAN (MEDIS)
Di dalam ke 3 uu tentang pelayanan kesehatan tidak
pernah menyebutkan istilah malpraktik, tetapi
hanya dengan istilah KESALAHAN MAUPUN
KELALAIAN.

Apabila terdapat suatu keadaan yg merugikan pasien,


diakibatkan oleh:
1. TINDAKAN YG SENGAJA DILARANG UU (DOLUS)
2. KARENA KELALAIAN (DELICTA OMMISSIONIS)
CIRI-CIRI KESALAHAN:
1. Akibat dapat dibayangkan (forseeability)
2. Akibat dapat dicegah/dihindarkan (avoidable)
3. Sehingga timbulnya akibat tsb dpt dipersalahkan
(reproachful)
TOLOK UKUR KESALAHAN BERSIFAT KELALAIAN:
1. Kelalaian berat (culpa lata, grove schuld, major
guilty)
2. Kelalaian ringan (culpa levis. Lichte schuld, minor
guilty)

Hk Pidana  Culpa Lata


Hk. Perdata  Culpa Levis.
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(ONNRECHTMATIGEDAAD)
(Ps. 1365, 1366,1367 KUHPerdata)

HK.
P
E
R
D
A
T
A
INGKAR JANJI (Ps. 1234 KUHPerd)
(WANPRESTASI)
Ps. 1365 KUHPerd.
Tiap perbuatan yg melanggar hukum yg membawa
kerugian kpd seseorang lain, mewajibkan orang yg
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.
Ps. 1366 KUHPerd:
 Setiap orang bertanggung jawab tidak saja utk
kerugian yg disebabkan karena perbuatannya, tetapi
juga untuk kerugian yg disebabkan karena kelalaian
atau kurang hati-hatinya.
Ps. 1367 KUHPerd:
 Seorang tidak saja bertanggung jawab utk kerugian yg
disebabkan karena perbuatannya sendiri, ttp juga utk
kerugian yg disebabkan karena perbuatan orang-orang
yg menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh
barang-barang yg berada di bawah pengawasannya.
HK. PERDATA
A. PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Ps. 1365
KUHPerdata/BW)
1. Hubungan hukum
2. Perbuatan melawan hukum
3. Kerugian
4. Bersifat langsung
B. Ingkar Janji (Wanprestasi)
1. Tidak melakukan kewajiban
2. Terlambat melakukan kewajiban
3. Melakukan kewajiban ttp tidak sesuai isi perjanjian
4. Melakukan yg bertentangan dgn isi perjanjian
Elemen Civil Liability
1. Culpability (adanya unsur kesalahan)
2. Damages (adanya kerugian)
3. Causal relationship (adanya hubungan kausal)
DGN MAKSUD
(met het oogmerk)

KESADARAN suatu
KESENGAJAAN kepastian/keharusan
(DOLUS) (als zekerheidsbewustzijn)

HK.
P BERSYARAT
I (dolus eventualis)
D
A
N
A
BERAT
(lata)
KELALAIAN
(CULPA)

RINGAN
(levis)
Beberapa prinsip Hk Pidana
1. Nullum delictum noela poena sine previa lege
poenalie  azas legalitas
2. Geen straaf zonder schuld
3. Presumption of innocent
4. Lex spesialis derogat lex generalis
Unsur-Unsur kesalahan Dalam Hukum
Pidana
1. Adanya perbuatan bersifat melawan hukum
(wederrechtelijkheid)
2. Kemampuan bertanggung jawab dari orang yg
melakukan perbuatan
3. Hubungan batin tertentu  mens rea (NIAT)
4. Tidak adanya unsur pemaaf dan unsur pembenar
UNSUR PEMAAF:
Alasan yg meniadakan sifat kesalahan perbuatan /
tindak pidana yg dilakukan atau menghapuskan
kesalahan pelaku
Misalnya:
 Medical accident
ALASAN PEMAAF MEDIS
1. Daya paksa (Pasal 48 KUHP)
2. Non- negligenty clinical error of judgement
(Kekeliruan penilaian klinis).
3. Accident (kecelakaan), operasi sulit sehingga akibat
yang fatal tidak bisa dihindari.
ALASAN PEMBENAR adalah:
Yg meniadakan sifat melawan hukum dari suatu
perbuatan.
Misalnya:
Melaksanakan ketentuan UU
membuka rahasia kedokteran krn alasan yg
dibenarkan UU
Melakukan abortus provocatus krn indikasi medis
ALASAN PEMBENAR MEDIS
1. MELAKSANAKAN KETENTUAN UU
2. MELAKSANAKAN PERINTAH JABATAN
3. RESIKO PENGOBATAN (Resiko melekat,
hipersitifitas, komplikasi)
4. CONTRIBUTORY NEGLIGENCE
5. VOLENTI NON FIT INIURA: ASUMPTION OF RISK
KELALAIAN

TIDAK MENGADAKAN TIDAK MENGADAKAN


PRADUGA PENGHATIAN-HATIAN

KEALPAAN YG DISADARI
(bewuste culpa) TIDAK MENGADAKAN
PENELITIAN,
KEBIJAKSANAAN,
KEMAHIRAN. USAHA
TIDAK MENGIRA SAMA
PENCEGAHAN YG NYATA
SEKALI
(onbewuste culpa)
(MEDICAL MALPRAKTIK)
Pengertian
1. Black Law Dictionary
2. Unskill or treatment, particularly applied to the neglect or
unskill management of physician, surgeon or aphothecracy
2. Prof. Dr. Ratna Suprapti Samil SP.OG.
Malpraktek = medical negligence (keteledoran)
Medical malpractice :
Suatu sikap yag dapat mengakibatkan suatu tuntutan hukum
sebagai akibat dari hasil pemberian pelayanan secara
profesional dalam bidang kedokteran/ kesehatan
WHO :
“ medical malpractice involves the physiciant’s failure
to confirm to the standard of care for treatment of the
patient condition, or lack of skill, or negligence in
providing care to the patient, which is the direct cause
of an injury to the patient”.
MAKNA YANG SAMA :
1. Negligence = kelalaian
2. Intentional misconduct = Sikap Buruk
3. Breach of contract misconduct
4. Defamation = pencemaran nama baik
5. Divulgence of confidential information =
membocorkan rahasia
6. Unauthorized procedure = tindakan tanpa
informed consent
7. Failure to prevent injuries in certain non
patient = kegagalan mencegah kerugian
NEGLIGENCE, RECKLESSNESS,
INTENTIONAL TORT
Negligence :
1. the failure the use such care as reasonable prudent
and careful person would are use under similar
circumstances,
2. the doing of some act which a person of ordinary
prudent would not have done under similar
circumstances; or
3. failure to do what a person of ordinary prudent
would have done under
Unsur Negligence Dalam
Sistem Hukum Anglo Saxon
1. Duty : a duty which the defendant owed to the
plaintiff cnfirm to a certain standard of conduct as
establised by the law
2. Dereliction of that duty : a breach of a legal duty
by defendant
3. Direct caution : the breach of duty must have a
causal connection to the injury sustained by plaintiff
4. Damage : damage suffered by the plaintiff
Recklessness :
“ rashness, heedlessness; want on conduct.
• The state of mind accompanying an act, which either pays
no regard to its probably or possibly injurious consequences,
or which, though forseeing such consequences, persists in
spite of such knowledge
• The conscious taking of an unjustifiable risk,
• Taking a deliberate risk
• Injustiable risk

• Mengambil resiko yg tidak dapat dibenarkan, yg dilakukan


secara sadar
Intentional tort (kesengajaan)
“ a tort in which the actor is expressly or implied judged
to have possessed intent or purpose to the injury”

* Intentional = mens rea = niat atas kesadaran


TINDAK PIDANA PEMBIARAN
1. KUHP
PS. 304
“Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau
membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, padahal
menurut hukum yg berlaku baginya atau karena
persetujuan, dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan kepada orang itu, diancam dgn pidana
penjara paling lama dua tahun 8 bulan....”
Psl. 306 (1) jika amengakibatkan luka berat
(2) jika mengakibatkan kematian
Psl 309  sanksi pidana tambahan berupa pencabutan hak
2. UU No. 36 /2009 ttg Kesehatan
Psl. 190 :
* pimpinan faskes dan/atau nakes yg bekerja pada faskes
* dgn sengaja
* tdk memberikan pertolongan pertama
* Pasien
* Dlm keadaan gawat darurat
* Sanksi pidana 2 tahun penjara plus denda (menjadi 10
thn apabila mengakibatkan kematian, kecacatan)
Aspek Hukum Perdata
Ps. 1354 KUHPerdata
“ Jika seorang dgn sukarela, dgn tidak mendapat perintah
untuk itu, mewakili urusan org lain dgn atau tanpa
pengetahuan orang itu, maka ia secara diam-diam
mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan
urusan tersebut, hingga orang yang diwakili
kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia
memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya,
seandainya ia kuasakan dgn suatu oerbuatan kuasa yg
dinyatakan dgn tegas”
 Kewajiban yg lahir karena undang-undang
EUTHANASIA
Pengertian:
• Euthanatos (bhs Yunani) Eu : baik

Tanathos : mati

Mati dengan baik (tanpa


penderitaan)
Black’s Law Dictionary :
“ the act or practice of kiling or bringing about the death of a
person who suffers from an icurable disease or condition”

• Ikatan Dokter Belanda:


“dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
mempanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien”  untuk kepentingan
pasien
KBBI :
“ tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan
mahkluk, yang sakit berat atau luka parah dengan
keamtian yang tenag dan mudah atas dasar
kemanusiaan”

Tindakan membiarkan pasien yang menderita penyakit


yang menurut ilmu medis tidak dapat disembuhkan lagi
meninggal secara alamiah, dengan tujuan tidak
memperlanang penderitaan pasien yang bersangkutan
Hukum Positif
Konsep mati
A. Ps. 117 UU Kesehatan
“ seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung dan
sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen,
atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan”
B. Permenkes No, 37 Tahun 2014 ttg Penentuan Kematian
dan Pemanfaatan Organ Donor
“ penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria diagnosis kematian
klinis/konvensional atau kriteria diagnosis kematian batang
otak”
Permenkes No. 290 Thn 2008 ttg Persetujuan
Tindakan Kedokteran
Ketentuan Pada situasi Khusus Ps 14
(1) Tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup
(withdrawing/withholding life support) pada seorang
pasien harus mendapat persetujuan keluarga
terdekat pasien
(2) Persetujuan penghentian/penundaan bantuan hidup
oleh keluarga terdekat pasien sbagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan setelah keluarga mendapat
penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan
(3) Persetujuan harus diberikan secara tertulis
KUHP
1. Ps. 344:
“ barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas
permintaan rang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata,
dan dengan sungguh-sungguh , dihukum penjara selama-
lamanya 12 tahun penjara
2. Ps. 345 :
“ Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, dan
membiarkan daya upaya itu jadi bunuh diri, dilakukan
penjara selama-lamanya 4 tahun”
Euthanasia
Euthanasia

Terminally
Terminally Ill
Ill Incurably
Incurably Ill
Ill Continued
Continued
Support
Support

active
active
Comatose
Comatose Competent
Competent Involuntary
Involuntary Productive/
Productive/ Double
Double
Euthanasia
Euthanasia Non-prod
Non-prod Effect
Effect

Selective/
Selective/ Passive
Passive active
Autonomy active
Non-treat
Non-treat Autonomy Involuntary
Involuntary voluntary
voluntary
ment
ment Euthanasia
Euthanasia Euthanasia
Euthanasia
Withdraw
Withdraw Death
Death
Passive
Passive
voluntary
voluntary
Euthanasia
Euthanasia
Suicide
Suicide
Mercy
Mercy
Therapy
Therapy Killing
Killing

Prolonged
Prolonged Non-
Withdraw
Withdraw Non-
Death
Death ASSIST ASSIST
ASSIST ASSIST

Substituted
Substituted Feeding
Feeding ?
?
Judgment
Judgment

Passive
Diagramatic Concept of Euthanasia
Passive
Non-voluntary
Non-voluntary
Euthanasia
Euthanasia
Intention
Asssistance Euthanasia
asktif

Euthanasia
kelalaian pasif

Mercy suicide
killing
KODE ETIK PROFESI
PROFESI (proffesion) adalah A vocation or occupation
requiring special, ussual advanted, education,
knowledge, and skill, e.g law or medical profession; also
refers to whole body or such profession”.
• The labour and skill  mental or intelectual
• Requiring a high level of training and proficiency
• Works which needs special learning over a period of
time;
• Group of specialized workers
KODE ETIK KEDOKTERAN

ETIK ASUHAN
ETIK JABATAN

Rekan sejawat
Asisten Pasien
Masyarakat
pemerintah

mores ethos
PROFESI

Profesi luhur
Pd umumnya
(officium nobile)

-altruistsm
Bertanggung jawab
Hormat hak-hak org lain

moral
Profesi:
1. Body of knowledge
2. Competence of application
3. Social responsibility
4. Self control and association
5. Social recognition and sosial sanction
Fungsi Kode Etik Profesi:
1. Sarana kontrol sosial
2. Mencegah intervensi pihak luar
3. Pengembangan nilai-nilai luhur profesi lainnya
4. Mencegah konflik internal dalam penetapan standar
of profession (self regulation)

 Pencerminan (kristalisasi) nilai-nilai profesi


 Tuntunan, bimbingan,pedoman moral, atau
kesusilaan suatu profesi yang disusun oleh dan
mengikat para anggota
Tujuan Kode Etik Profesi:
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Meningkatkan pengabdian para anggota
4. Meningkatkan mutu profesi
5. Meningkatkan mutu organisasi profesi
RELAVANSI ETIK DAN HUKUM
Nilai etika memberikan isi nilai
dan moralitas terhadap subtansi
hukum
Hukum memberikan legitimasi
terhadap nilai-nilai moralitas
kebenaran dalam profesi
KODEKI

Keputusan IDI thn 2002 ttg Penetapan


KODEKI

1. KEWAJIBAN UMUM SEORANG


DOKTER (13)
2. TERHDP PENDERITA (4)
3. TERHADAP TEMAN SEJAWAT
(2)
4. TERHADAP DIRI SENDIRI (2)
Sifat Dasar profesionalitas Dokter
1. Sifat ketuhanan
2. Kemurnian Niat
3. Keluhuran Budi
4. Kerendahan Hati;
5. Kesungguhan kerja
6. Integritas ilmiah dan sosial
TANTANGAN ETIKA KEDOKTERAN
1. PERKEMBANGAN DI BIDANG IPTEK
2. KEGONCANGAN DASAR-DASAR MORALITAS
(HEDONISM, CONSUMERISM, HEALTH
BUSSINESS)
3. DECISION CONFLICT (DILEMA)
MEDICAL BIOETHICT
Prinsip-prinsip utama dalam Penyelengaraan
kedokteran
1. Respect to autonomy
2. Beneficience
3. Non maleficient
4. justice
PENERAPAN DI
INDONESIA

KEMAJEMUKAN BUDAYA PEMERATAAN YAN-


BANGSA TRADISIONAL KES

AUTONOMY NILAI
VS TRADISIONAL JUSTICE
NON-MALEFICIENT VS
BENEFICIENCE
ETIKA HUKUM

1. ABORTUS PROVOCATUS
2. EUTHANASIA
3. TRANSPLANTASI ORGAN
4. BEDAH PLASTIK dan KELAMIN
5. EKSPERIMEN KEDOKTERAN
6. PRAKTIK TELEMEDICINE
POLA PERILAKU HUBUNGAN ETIK DAN
HUKUM KEDOKTERAN (Smith and Davies)
1. Sesuai dgn etik dan sesuai dgn hukum
2. Bertentangan dgn etik, bertentangan dgn hukum
3. Sesuai dgn etik, bertentangan dgn hukum;
4. Bertentangan dgn etik, sesuai dgn hukum
Penyimpangan terhadap etika
1. Informed consent
2. Rekam medis DAN Rahasia Jabatan
3. Eksperimen bidang kedokteran

Anda mungkin juga menyukai