Anda di halaman 1dari 56

Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan

pengetahuan tentang sistem pengelolaan pemerin-


tahan yang terintegrasi dalam penyelenggaraan
pemberian pelayanan melalui pembelajaran konsep
whole of government (WoG), penerapan WoG, best
practices penerapan WoG dalam pemberian
pelayanan yang terintegrasi.
TUJUAN
Setelah mengikuti mata Pelatihan ini, peserta diharapkan
mampu mengaktualisasikan konsep, penerapan WoG, dan best
practices penerapan WoG dalam pemberian pelayanan yang
terintegrasi.

INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Menjelaskan konsep WoG;
2. Menjelaskan penerapan WoG dalam pemberian pelayanan
yang terintegrasi; dan
3. Menganalisis best practices penerapan WoG dalam
pemberian pelayanan yang terintegrasi.
Siapa yang harus bertanggung jawab?
• Memperbaiki
• Mencegah terulang
Koordinasi

Menurut Ndraha dalam bukunya yang berjudul


Kybernology (2003:291) :
proses penyepakatan bersama secara
mengikat berbagai kegiatan atau unsur
yang berbeda beda sedemikian rupa, sehingga
di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur
itu terarah pada pencapaian suatu tujuan
yang telah ditetap kan dan di sisi lain
keberhasilan yang satu tidak merusak
keberhasilan yang lain.
Masalah Koordinasi
1. Para pejabat sering kurang menyadari bahwa tugas
yang dilaksanakannya hanyalah merupakan sebagian
saja dari keseluruhan tugas dalam organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut.
2) Para pejabat sering memandang tugasnya sendiri
sebagai tugas yang paling penting dibandingkan dengan
tugas tugas lain.
3) Adanya pembagian kerja atau spesialisasi yang
berlebihan dalam organisasi.
4) Kurang jelasnya rumusan tugas atau fungsi,
wewenang dan tanggung jawab dari masing masing
pejabat atau satuan organisasi.
5) Adanya prosedur dan tata kerja yang
kurang jelas dan berbelit belit dan tidak
diketahui oleh semua pihak yang
bersangkutan dalam usaha kerjasama.
6)Kurangnya kemampuan dari pimpinan untuk
menjalankan koordinasi yang disebabkan
oleh kurangnya kecakapan, wewenang
dan kewibawaan.
7)Tidak atau kurangnya forum komunikasi
diantara para pejabat yang bersangkutan
yang dapat dilakukan dengan saling tukar
menukar informasi dan diciptakan adanya
saling pengertian guna kelancaran
pelaksanaan kerjasama.
WoG
NPS
NPM
OPA
OPA: Old Public Admnistration
NPM: New Public Management
NPS: New Public Service
• OPA • NPM
 Birokrasi Weber  Birokrasi Weberian tidak
 Pembagian Tugas salah dalam konteks
 Kedinasan historis, tetapi tidak
komptibel dengan situasi
 Hierarki terbaru, budaya instant
 Dokumen tertulis dan kompetisi
 Spesialisasi  NPM menawarkan
 Wilson, pemisahan politik fleksibilitas, efisiensi,
dan birokrasi devolusi, dsb
OPA – NPM – NPS
OPA NPM NPS
Dasar Teori politik Teori ekonomi Teori demokrasi,
Epistemologi baragam
pendekatan
Konsep public Sesuatu yang Kepentingan Kepentingan
Interest diterjemahkan public mewakili public merupakan
secara politis dan agregasi hasil dialog nilai-
tercantum dalam kepentingan nilai
aturan individu
Siapa yang Clients & constituents Pelaganggan Warga Negara
dilayani
Peran Mengayuh Mengarahkan Melayani
Pemerintah
OPA – NPM – NPS
OPA NPM NPS

Rasionalitas & Rasionalitas sinoptis, Rasionalitas teknis Rasionalitas stra-


Model manusia administratif dan ekonomis, tegis atau formal,
Perilaku “economicaman”, uji rasionalitas
Manusia pengambil berganda (politis,
keputusan yang ekonomis, dan
self-interested organisasional)
Akuntabilitas Menurut hierarki Kehendak Banyak dimensi;
administrative pasar yang meru akuntabilitas pada
pakan hasil nilai, publik,
keinginan komunitas, norma
customers politik,
profesionalisme,
kepentingan
citizen
OPA – NPM – NPS
OPA NPM NPS
Diskresi Diskresi terbatas pada Berjangkauan luas Diskresi
Administratif petugas administratif untuk mencapai diperlukan tetapi
sasaran bertanggung
entrepreneurial jawab dan bila
perlu terpaksa
Struktur Organisasi birokratis, Organisasi public Struktur
Organisasi kewenangan top-down terdesentralisasi kolaboratif antara
kepemimpinan
eksternal dan
internal
Mekanisme Melalui program yang Melalui Membangun
pencapaian diarahkan oleh agen pembentukan koalisi antara
sasaran pemerintah yang ada mekanisme dan agensi
kebijakan struktur insentif public, non-
profit, dan swasta
OPA – NPM – NPS
OPA NPM NPS

Dasar Gaji dan tunjangan Semangat Pelayanan kepada


motivasi disertai perlindungan wirausaha, masyarakat,
perangkat bagi pegawai negeri keinginan keinginan untuk
dan administr ideologis untuk memberikan
ator mengurangi kontribusi bagi
ukuran masyarakat
pemerintah
 Devolusi Struktural, desentralisasi, penyerahan
kewenangan dari pusat ke daerah yang berlebihan
 Persepsi mengenai dunia yang semakin tidak aman
dan berbahaya. Isu terorisme, radikalisme,
perubahan iklim, dll.
Whole Of Government ( WOG ) :
Pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya
upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan – tujuan pembangunan kebijakan ,
manajemen program dan pelayanan publik
WoG
• Reaksi terhadap disagregasi birokrasi
• Respon terhadap wicked problems (masalah
kejahatan)
Tingginya angka kriminalitas dapat dijelaskan dalam
beberapa cara: jumlah polisi yang kurang, terlalu
banyak penjahat, hukum yang tidak memadai,
kemiskinan, budaya, terlalu banyak senjata, dsb.
• Strategic enabler (Strategi yang memungkinkan)
WoG mendorong pemahaman isu yang lebih strategis
dan berjangka panjang.
• Respon terhadap tekanan luar
Tekanan internasional merupakan situasi tidak
terhindarkan yang harus dihadapi oleh pemerintah
MENGAPA WOG PENTING
Mentalitas silo, menurut kamus bisnis,
adalah sebuah kecenderungan mental
ketika beberapa departemen atau sektor
tertentu tidak bersedia atau cenderung
tertutup untuk berbagi informasi dengan
departemen lain di perusahaan yang sama.
Kecenderungan ini akan mengurangi
efisiensi dalam proses bisnis keseluruhan,
mengurangi nilai-nilai moral, dan berpotensi
mematikan produktifitas karyawan dan
bisnis secara umum.
Silo Informasi
Silo informasi  sistem manajemen yang tidak lazim, di
mana satu sistem informasi atau subsistem tidak mampu
melakukan operasi timbal balik dengan yang lain, atau
terkait.

Informasi tidak dibagi secara memadai, tetap tersimpan


dalam setiap sistem atau subsistem, yang terjebak dalam
wadah seperti butiran terperangkap dalam silo: mungkin
ada banyak, dan mungkin bertumpuk cukup tinggi dan
tersedia bebas di dalam silo tersebut, namun tidak
memiliki efek di luar silo tersebut.

Silo informasi terjadi ketika sistem data tidak


kompatibel atau tidak terintegrasi dengan sistem data
lain.
Silo Informasi
Sistem manajemen informasi yang tidak dapat
berkomunikasi secara bebas dengan sistem manajemen
informasi lainnya. Komunikasi dalam silo informasi selalu
vertikal, sehingga sulit atau tidak mungkin bagi sistem
untuk bekerja dengan sistem yang tidak terkait.

Silo informasi ada karena manajemen tidak percaya


akan adanya keuntungan yang cukup dari berbagi
informasi, dan karena informasi mungkin tidak berguna
bagi personil di sistem lain.

(Investopedia)
Mentalitas Silo
Mentalitas Silo disebabkan oleh perbedaan tujuan dari
unit-unit organisasi yang berbeda. Umumnya terjadi di
organisasi yang besar. Ini akan menurunkan kinerja dan
berdampak negatif terhadap budaya organisasi.
(Wikipedia)

Mentalitas Silo adalah sikap yang ditemukan di


beberapa organisasi; itu terjadi ketika beberapa
departemen atau kelompok dalam sebuah organisasi
tidak ingin berbagi informasi atau pengetahuan dengan
individu lain dalam organisasi yang sama. Mentalitas silo
mengurangi efisiensi organisasi dan dapat berkontribusi
pada budaya perusahaan yang gagal. (Investopedia)
Tanda-tanda Mentalitas Silo
1. Kolaborasi lintas sektoral yang terbatas dan prioritas
yang tidak sesuai.
2. Duplikasi kegiatan atau program yang sama di dalam
dan di semua departemen.
3. Kurangnya rasa hormat terhadap orang lain di
departemen lain atau unit bisnis, dan penggunaan
bahasa, misal: "kami" dan "mereka".
4. Setiap kelompok atau departemen memiliki identitas
budaya.
5. Karyawan yang bekerja di berbagai departemen tidak
yakin dengan apa yang dilakukan masing-masing.
6. Perencanaan departemen yang tidak sesuai dengan
perencanaan keseluruhan organisasi.
7. Kecenderungan karyawan untuk berpikir "di dalam
kotak" dan bukan "di luar kotak"
Gary Martin, Australian Institute of Management
Melawan Silo
Memerangi mentalitas Silo dalam sebuah organisasi

• Menciptakan rasa persatuan dalam suatu organisasi


dapat membantu memerangi mentalitas silo.
• Mengajak organisasi untuk bekerja menuju satu
tujuan akan menciptakan rasa keterikatan antar
departemen, mendorong komunikasi yang lebih
terbuka.
• Meluangkan waktu untuk mempelajari kesuksesan
dapat membantu mendorong dan mendukung interaksi
terbuka.

(Investopedia)
Manfaat WoG

Meningkatkan Menurunkan
• Efisiensi • Biaya (cost)
• Sharing Informasi • Pemborosan (waste)
• Lingkungan kerja • Duplikasi pekerjaan
• Daya saing • Inkonsistensi kebijakan
• Akuntabilitas • Waktu penyelesaian
• Koherensi kebijakan layanan tertentu
Outcomes- Boundary- Enabling Strengthening
focused spanning: • WoG membuat prevention
• Berfokus pada • Implementasi pe-merintah le- • WoG mendo-
outcome yang kebijakan ti- bih mampu rong pence-
tidak da-pat dak hanya menangani gahan terha-
dicapai oleh melibatkan tantangan ke- dap masalah
K/L sek-toral satu instansi, bijakan yang yang mungkin
secara masing- tetapi lintas kompleks berkembang
masing. instansi lebih jauh
Policy Policy Cross-cut- Joined-up
Integration Coherence ting Policy- Government
making

Concerned Policy Cross


Decision Coordination Government
Making
Policy Integration :Integrasi kebijakan
Policy Coherence : Pertalian /hubungan kebijakan
Cross cutting policy making : adanya rasa saling memiliki & rasa tanggung
jawab thdp pembuatan suatu kebijakan antara
satu departemen dengan departemen lainnya.
Joined up Gov. : Peningkatan kerjasama lembaga pemerintah
Concerned decision making : fokus pembuatan kebijakan
Policy coordination : koordinasi kebijakan
Cross government : kerjasama lintas lembaga pemerintahan
 Integrating Service Delivery (ISD)
Proses penyatuan pemberian layanan kepada publik
 Koordinasi dan Kolaborasi
Pemerintah horizontal yang berkoordinasi atau
berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama
 Integrating and Rebalancing Governance
Kontrol politik dan otonomi administrasi seperti di
Inggris
 Culture Change
Konsep-konsep social glue, budaya organisasi
Penguatan koordinasi antar lembaga
Membentuk lembaga koordinasi khusus
Membentuk gugus tugas
Koalisi sosial
Kategori Tipe Keterangan
Koordinasi Penyertaan Pengembangan strategi dengan mempertimbangkan
dampak
Dialog Pertkaran informasi
Joint planning Perencanaan bersama, kerjasama sementara
Integrasi Joint working Kolaborasi sementara
Joint venture Perencanaan jangka panjang, kerjasama pada
pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu
peserta kerjasama
Satelit Entitas yang terpisah, dimilihi bersama, dibentuk sebagai
mekanisme integratif
Kedekatan Aliansi Perencanaan jangka panjang, kerjasama pada isu besar
dan strategis yang menjadi urusan utama salah satu peserta
pelibatan kerjasama
Union Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih nampak
Merger Penggabungan ke dalam struktur baru
 Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG
tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala
serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya
merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi
penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
 Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya
organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya
kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan
 Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan
budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
 Survei integritas KPK (2009) menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan publik Indonesia
baru mencapai skor 6,64 dari skala 10
untuk instansi pusat.
 Unit pelayanan publik di daerah (2008)
mencapai 6,69.
 Pelayanan yang bersifat adminisitratif
 Pelayanan jasa
 Pelayanan barang
 Pelayanan regulatif
PRAKTEK WoG dalam PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan yang bersifat ADMINISTRATIF

Pelayanan Jasa

Pelayanan Barang

Pelayanan Regulatif
 Pelayanan Teknis Fungsional
 Pelayanan Satu Atap
 Pelayanan Satu Pintu
 Pelayanan Terpusat
 Pelayanan Elektronik
 Budaya dan Filosofi.
 Cara Kerja yang Baru
 Akuntabilitas dan insentif
 Cara baru Pengembangan Kebijakan,
Mendesain Program dan Pelayanan
Collegate approach
 Pelayanan bergerak (mobile)
 SIM Keliling
 Pelayanan Sertifikat Tanah One Day Service
 Pelayanan Satu Atap (One roof system)
 SAMSAT
 Pelayanan Satu Pintu
 PTSP Penanaman Modal
 Pelayanan Online
 Portal layanan publik di www.layanan.go.id
(kominfo)
 Manakah yang mendekati WoG?
PRAKTEK
PENERAPAN WOG

INTEGRI PROFESIO INOVA PED


Koordinasi :

Kepolisian
Keuangan
Jasa Raharja

INTEGRI PROFESIO INOVA PED


 Penyelanggaraan Negara merupakan salah satu
bentuk pelayanan publik
 Tujuan akhir pemberian pelayanan publik oleh negara
adalah untuk mencapai tujuan berbangsa dan
bernegara (Alinea 4 Pembukaan UUD 1945)
 Konstitusi Negara membagi fungsi-fungsi
penyelenggaraan negara dalam berbagai bidang
kekuasaan negara.
 Kekuasaan negara ini saling bersinergi, check &
balances, agar tercipta harmoni mencapai tujuan
berbangsa & bernegara
 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik
Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
 Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan
penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya
dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Bahwa membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan
publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik
merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan
harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk
tentang peningkatan pelayanan publik.
 Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
 Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai
ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu.
 Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan Pegawai ASN.
 Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka
penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan.
 menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi
Pemerintahan;
 menciptakan kepastian hukum;
 mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;
 menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan;
 memberikan pelindungan hukum kepada Warga
Masyarakat dan aparatur pemerintahan;
 melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan menerapkan AUPB; dan
 memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
Warga Masyarakat.
Berdasarkan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, telah ditetapkan
asas-asas umum penyelenggaraan negara, yang harus menjadi acuan
dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara oleh
Aparatur Negara.
• Asas Kepastian Hukum
• Asas Kepentingan Umum
• Asas Akuntabilitas
• Asas Proporsionalitas
• Asas Profesionalitas
• Asas Keterbukaan
• Asas Efisiensi
• Asas Efektivitas
 Asas Legalitas
Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan mengedepankan
dasar hukum dari sebuah Keputusan dan/atau Tindakan yang
dibuat oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
 Asas Pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan, Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan tidak boleh melanggar hak-hak dasar
Warga Masyarakat sebagaimana dijamin dalam UUD 1945.
 AUPB
Prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang
bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan
dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
 kepastian hukum
 kemanfaatan
 ketidakberpihakan
 kecermatan
 tidak menyalahgunakan kewenangan
 keterbukaan
 kepentingan umum
 pelayanan yang baik

Asas-asas umum lainnya di luar AUPB dapat diterapkan sepanjang


dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam putusan Pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap.

Asas umum pemerintahan yang baik yang bersumber dari putusan


pengadilan negeri yang tidak dibanding, atau putusan pengadilan
tinggi yang tidak dikasasi atau putusan MA.
 Jenis pelayanan bagaikan hutan belantara
 Ego sektoral (silo mentality)
 koordinasi yang tidak optimal & disharmonisasi
 Akses yang terbatas
 Rendahnya partisipasi
 Tidak adanya mekanisme pengaduan
 Penyalahgunaan wewenang
 Saat ini, dasar hukum utama praktIk penyelenggaraan pelayanan
publik di Indonesiaadalah UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik yang mulai berlaku sejak tanggal 18 Juli 2009.
 Tugas dan Peran ASN dalam pelayanan publik dditegaskan pula dalam
UU 15/2014 ttg Aparatur Sipil Negara
 Pelayanan Publik khususnya di Daerah diatur juga dalam berbagai
regulasi, diantaranya adalah:
 UU 23/2014 ttg Pemerintahan Daerah
 PP 18/2016 ttg Perangkat Daerah
 Permendagri 20/2008 ttg Pedoman dan Tata Kerja Unit
Pelayanan Ijin Terpadu di Daerah
 Permenpan 14/2014 ttg Pedoman Standar Pelayanan
 Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
 Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas
 Mempererat persatuan dan kesatuan negara kesatuan
republik Indonesia.
UU 25/
2009

Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan


kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Bahan tayang ini hasil modifikasi dan bersumber dari
bahan tayang yang disusun oleh:

1. Yogi Suwarno (STIA LAN Jakarta) (2016)


2. Tri Atmojo Sejati (LAN Jakarta) (2016)
3. Bahan tayang ToF Master Training (LAN RI) (2016)

Anda mungkin juga menyukai