Anda di halaman 1dari 115

Kuliah Pengantar

Praktikum Patologi Klinik


Hematologi
(Blok XI modul 4)

Laboratorium Patologi Klinik


FK Unmul / RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

2012
1
1. Hitung retikulosit,
2. Tes fragilitas osmotik
3. Hapusan darah tepi (eritrosit)
4. Faal Hemostasis
(Clothing time, Bleeding time),
5. LE Sel

2
1. HITUNG RETIKULOSIT

3
Retikulosit
• Retikulosit = Eritrosit muda, tak berinti,
mengandung sisa ribosom & RNA yang bereaksi
dgn cat Brilliant Cresyl Blue (BCB) atau New
Methylene Blue (NMB) membentuk presipitat
granul / filamen berwarna hijau-biru .
• Reaksi terjadi pada eritrosit hidup (belum difiksasi
= supravital)
• Karena lebih muda → ukuran > eritrosit

4
Hitung Retikulosit :
• Prinsip :
Sisa-sisa RNA dalam eritrosit akan terlihat berbentuk
benang / granula brwarna biru gelap pada pewarnaan
dengan brilliant cresyl blue atau New methylene blue
secara supravital.
→ hitung
banyaknya retikulosit dibandingkan terhadap 1000
eritrosit → dinyatakan dlm persen (%) atau permil (‰).

• Reagensia :

- Lar. Brilliant Cresyl Blue (BCB) 1%


- Lar. New Methylene Blue (NMB) 1%
5
• Prosedur :

- Darah tusuk-kulit / EDTA dicampur sama


banyak dgn cat supravital (BCB 1%) → utk darah
yg anemis, jumlah cat dikurangi (2 darah : 1
BCB), campur baik-baik 10 menit .

6
• Buat sediaan Retikulosit :

1. Sediaan kering :

- Buat hapusan darah dari darah-BCB.


- Setelah kering bisa langsung diamati di bawah
mikroskop atau cat ulang dgn cat Wright
(obyektif 100x, minyak imersi).

7
2. Sediaan basah :
- Teteskan 1 tetes darah-BCB diatas gelas obyek
dan tutup dgn gelas-penutup .
- Tunggu 1 mnt, periksa dgn mikroskop (obyektif
100x, minyak imersi).

- Bila perlu tutup tepi gelas-penutup dengan


vaselin .

8
• Kalkulasi :

- Hitung 1000 eritrosit dan catat berapa


retikulosit yg dijumpai diantaranya (dalam %
atau ‰)

- Hati2 : - Bedakan dgn benda-inklusi HbH


- Granula trombosit dan lekosit tercat
juga → sering dikelirukan dgn
retikulosit .
- Angka kesalahan (CV) = >25%

9
10
- Inklusi HbH (β4) pada HbH Disease tampak dgn
pengecatan BCB (bedakan dengan retikulosit)

11
• Pada Anemia didapat bias dlm penghitungan
retikulosit krn jumlah eritrosit relatif rendah
sehingga jumlah retikulosit yg terhitung relatif
tinggi → perlu koreksi :
PCV penderita
• Corrected Retic = % Retik x ---------------------
PCV normal

(PCV normal ♂ = 50% ; ♀ = 40%)

12
2. TES FRAGILITAS OSMOTIK

13
TES FRAGILITAS OSMOTIK
• PRINSIP:
MENGUJI DAYA TAHAN ERITROSIT THD
HEMOLSIS DLM BERBAGAI KONSENTRASI LARUTAN
SALIN HIPOTONIS.

14
PEMERIKSAAN DAYA TAHAN OSMOTIK

1. Alat : - Tabung Reaksi


- Rak tabung Reaksi
- Klinipette 20 l
- Sentrifuge

2. Reagen : - NaCL 1%
- Aquadest
- Darah kontrol+EDTA

3. Bahan pemeriksaan :
- Darah Vena + EDTA
15
4. Pelaksanaan :
- Sediakan 20 buah tabung reaksi yaitu 10
buah reaksi untuk darah pasien dan 10
buah tabung reaksi untuk darah kontrol.
- Buat pengenceran antara aquadest dan
NaCL 1% kedalam tiap tabung dengan
perbandingan sebagai berikut :

16
No. NaCl Aquadest Konsentrasi
Tabung 1%(ml) (ml)
1 0,8 3,2 0,20%
2 1 3 0,25%
3 1,2 2,8 0,30%
4 1,4 2,6 0,35%
5 1,6 2,4 0,40%
6 1,8 2,2 0,45%
7 2,0 2,0 0,50%
8 2,2 1,8 0,55%
9 2,4 1,6 0,60%
10 2,6 1,4 0,65% 17
• Tiap tabung reaksi tambahkan dengan 20 l
darah pasien untuk deret I dan 20 l darah
kontrol untuk deret II.

• Tutup tabung, bolak balik beberapa kali dan


diamkan selama 2 jam, suhu kamar.

• Catat hasilnya (konsentrasinya) mulai dari


tabung yang Hemolisis sebagian sampai ke
Hemolisis yang sempurna.

• Hemolisis sempurna: pada dasar tabung


reaksi tidak terdapat sel eritrosit lagi.

18
Hasil :
Nilai Normal :
- Permulaan hemolisis pada
konsentrasi NaCl 0,42% + 0,02%

- Hemolisis sempurna pada


konsentrasi NaCl 0,32% + 0,02%

19
20
TES FRAGILITAS OSMOTIK
PRINS IP : MENGUJI DAYA TAHAN ERI THD HEMOLIS IS DLM
BERBAGAI KONSENTRASI LARUTAN SALIN HIPOTONIS

100

NORMAL
80
THALASSEMIA
60 SFEROSIT

40

20

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 % NaCl
FRAGILITAS FRAGILITAS
21
3. Evaluasi Hapusan darah tepi
(eritrosit)

22
Prosedur Teknis :
• Penghitungan dilakukan pada counting area,
dimulai dari 1 tepi dan bergerak ke tepi lain,
kemudian pindah sejauh 2-3 lap.pandang ke kiri
atau ke kanan dan menuju ke tepi semula dan
selanjutnya menyisir seluruh lap.pandang secara
merata.
• Hit.Jenis dapat dilakukan dgn alat diff-counter atau
secara manual dari tabel seperti :

23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %

Eos / / / / 4

Baso / 1

Stab / / / / / 5

Segmen //// //// /// //// //// //// //// //// //// //// 59
// / /// / /// /

Limfo // /// //// // /// /// // /// // /// 27

Mono / / / / 4

Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
24
- Sudut penggesekan dgn gelas obyek dan HDT
yang ideal dgn counting area nya :

25
• Dari hapusan darah yg sudah tercat, dapat
dilakukan pemeriksaan :

a. Hitung Jenis Lekosit


(Differential Counting)

b. Evaluasi Hapusan Darah Tepi

26
a. Hitung Jenis Lekosit
(Differential Counting) :
• Hitung Jenis Lekosit dilakukan dgn mengamati dan
mengidentifikasi paling sedikit 100 lekosit , dgn
obyektif 100x dan dgn minyak imersi → kemudian
dikelompokkan dlm 6 jenis lekosit :

Eosinofil / Basofil / Netrofil-Batang (Stab=Band) /


Netrofil-Segmen (PMN) / Limfosit / Monosit

27
28
29
30
1. mieloblas, 4. metamielosit, 6.
N.Segmen, 8. Monosit

31
2. promielosit, 5. Stab.N, 6.
Segmented N, 7. Eosinofil

32
3. Mielosit, 4. Metamielosit, 5. Stab
N, 7. Eosinofil, 10. Normoblas
ortokromik, 11. Netrofil ?,

33
2. Promielosit, 3. Mielosit, 6.
N.Segmen, 9. normoblas
polikromatofilik .

34
Eosinofil Mielositik

35
Basofil

36
Hasilnya dilaporkan sebagai :
Eos / Baso / Stab / Segm / Lim / Mono
4 1 5 59 27 4

Dari hasil Hitung-Jenis, dapat ditentukan :


- Eosinofilia
- Limfositosis
- Limfopenia
- Monositosis
- Shift to the left : pe↑ stab dgn/tanpa
lekositosis → pd infeksi bakterial.

37
b. Evaluasi Hapusan Darah Tepi :
• Evaluasi hapusan darah tepi dilakukan secara
bertahap :

1. Pemeriksaan dgn Obyektif 10x


1.1. penilaian mutu hapusan darah :
- lapisan darah cukup tipis → eritrosit
dan lekosit saling terpisah .
- jangan ada endapan cat
- sel2 tercat dgn baik
- lekosit tdk menggerombol dibagian
ekor .

38
1.2. Penaksiran jumlah lekosit, kesan hitung-
jenis lekosit, dan ada/tidak sel-2 abnormal.
- Penaksiran lekosit dilakukan pada counting
area, tergantung dari jenis mikroskop yg
dipakai (ukuran FN = Field Number nya).

39
• Utk FN-18 :
Bila jumlah lekosit per lap.pandang sekitar 15-35 →
juml.lekosit normal.
Utk FN-22 :
Bila jumlah lekosit per lap.pandang sekitar 22-50 →
juml.lekosit normal.

Bila ada leukosit 20-30 per lapangan pandang


sesuai dengan 5.000/mm3.
• Bila ada leukosit 40-50 per lapangan pandang
sesuai dengan 10.000/mm3.

40
2. Pemeriksaan dgn obyektif 100x dan dgn
minyak imersi .

2.1 Eritrosit :
Ukuran – bandingkan ukuran eritrosit
dgn inti limfosit kecil, laporkan normo /
mikro / makrositik .

Warna – bandingkan diameter central


pallor dgn diameter eritrosit → laporkan
normokromik atau hipokromik ,
anisokromia (double population)

41
- Menentukan ukuran eritrosit :

* ukuran eri dibandingkan dg inti limfosit kecil :


→ bila sama = normositik
lbh kecil = mikrositik
lbh besar = makrositik

* ukuran eri yg ber-macam2 = anisositosis

42
• Menentukan warna eritrosit :

- Ditentukan dari diameter central pallor(CP)


dibandingkan thdp diameter eritrosit.

- CP terjadi krn bentuk eritrosit yg


bikonkaf sehingga CP krn tipis dan
kandungan Hb lbh sedikit akan tercat
lebih pucat .
CP≤ 1/3 Diameter eri = normokromik
CP> ½ Diameter eri = hipokromik
43
- Gambaran hapusan Normokromik-Normositik,
perhatikan perbandingan ukuran eritrosit dengan
inti limfosit kecil.

44
45
- Eritrosit dgn central palor(CP)nya → perhatikan
perbandingan CP dgn diameter eritrosit

46
• Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologi:

I. Anemia Hipokromik-Mikrositik

II. Anemia Normokromik-Normositik

III. Anemia Makrositik

47
- Gambaran hapusan Hipokromik-Mikrositik

48
- Gambaran hapusan Makrositik, disini tampak oval-
makrosit, ciri yang dapat dijumpai pada Anemia
Megaloblastik

49
- Anemia Megaloblastik , perhatikan sel oval-makrosit
dan hipersegmentasi netrofil .

50
Bentuk :

perhatikan bentuk2 eritrosit seperti :

- Ovalosit
- Sferosit
- Schistosit (Fragmentosit)
- Stomatosit
- Sel Target
- Tear Drop Cell
- Sel Helmet (Bite cell)
- Echinosit (Krenasi)
- Akantosit

51
52
Benda inklusi eritrosit :

- normoblast
- Howell-Jolly bodies
- Basophilic stippling
- Cincin dari Cabot
- Heinz bodies
- Granula siderotik
(Pappenheimer bodies)
- Parasit malaria
(Plasmodium)
- Bentukan Rouleaux
- Otoaglutinasi
53
54
- Sferosit = eritrosit yang bundar, tercat lebih gelap
dan ukurannya lebih kecil .Seringkali herediter.

55
- Leptosit = Planocyte ; eritrosit dgn CP yang luas
(hampir sama dgn Ø eritrosit)

56
- Ovalosit (eliptosit) = bentuk eritrosit yg oval
seringkali herediter

57
- Stomatosit = eritrosit dgn CP berbentuk celah
karena bentuk eritrosit yg seperti mangkuk.

58
- Sel Target = codocyte ; dibagian tengah CP
didapatkan bagian yg tercat gelap.

59
- Sel Krenasi (crenated cell = Echinocyte)

60
- Gambaran Anisositosis = eritrosit dengan ukuran
yang bervariasi.

61
- Fragmentosit = schistocyte , yaitu fragmen pecahan
eritrosit (pada proses hemolisis)

62
- Acanthocyte = eritrosit dgn taju-taju yang runcing
dan tidak beraturan panjangnya

63
- Tear Drop Cells = dacryocyte ; eritrosit berbentuk
tetesan air.

64
- Formasi Rouleaux = tumpukan eritrosit seperti
tumpukan uang logam (stalk of coins)

65
- Howell-Jolly body (tanda ►) , adalah sisa inti dan
Pappenheimer bodies (tanda →) = granula
siderotik yang mengandung besi (tercat dengan
pengecatan besi atau = Siderosit)

66
- Basophilic stippling (tanda →)- bintik2 inklusi
basofilik hasil agregat dari ribosom , menyolok pada
keracunan timah (Lead intoxication)

67
- Heinz bodies : tampak dgn pengecatan supravital
(Methyl-violet), partikel presipitat Hb dgn lokasi
dekat tepi membran eritrosit, tanda kerusakan
oksidatif eritrosit.

68
• Bila dijumpai normoblast dalam jumlah cukup
banyak (≥ 10 dlm 100 lekosit), perlu dilakukan
koreksi terhadap hasil hitung lekosit, karena inti
normoblast akan ikut terhitung sebagai lekosit :

Tentukan jumlah normoblast dalam 100 lekosit,


misalnya N.

Koreksi Lekosit = 100 / (100 + N) x Hit.Lekosit

69
2.2 Lekosit :

- Dapat dilakukan Hitung Jenis Lekosit.


- Perhatikan adanya lekosit imatur (mieloblas
smp metamielosit, limfoblas, dan monoblas),
adanya shift to the left, dan reaksi lekemoid.
- Perhatikan segmen netrofil, laporkan bila
dijumpai hipersegmentasi (shift to the right)
atau hiposegmentasi (pada anomaly Pelger-
Hűet).

70
71
72
- Anemia Megaloblastik , perhatikan sel oval-
makrosit dan hipersegmentasi netrofil.

73
- Anomali Pelger-Huet : kegagalan segmentasi
herediter → inti ≤ 2, kromatin padat menggumpal.

74
LEUKEMIA

75
LEUKEMIA LIMFOSIT KRONIK, sel leukemia terdiri dari limfosit B, kecuali pada beberapa
pulau di Jepang, kebanyakan limfosit T. Sel leukemia mudah pecah dan dalam hapusan
darah tampak seperti bercak, disebut sel penyet (kiri bawah). Ada kalanya sel penyet
demikian banyaknya, sehingga mendominasi pandangan. Leukemia limfosit kronik sering
sukar dibedakan dengan limfoma, menyebar dalam aliran darah (keutuhan jaringan 76
limfoid sudah terganggu).
LEUKEMIA LIMFOBLAS AKUT, sel leukemia terdiri dari limfoblas dengan ciri: sitoplasma
tampak samar-samar, karena sel hampir terisi penuh oleh inti; intinya jarang
mengandung nukleolus dan jika ada, tampak samar-samar (berbeda dengan nukleolus
pada meloblas); pada pewarnaan PAS tampak butir-butir coklat dalam sitoplasmanya
yang terdiri dari glikogen (gambar tengah); pada reaksi peroksidas hasilnya negatif
77
(gambar kanan); sel dibawah adalah netrofil yang bereaksi positif.
78
LEUKEMIA GRANULOSIT KRONIK, sel leukemia terdiri dari deret netrofil dengan
berbagai tahap maturasi. Pada beberapa kasus sel leukemia juga meliputi deret
basofil dan eosinofil (bercampur); kadang-kadang basofil dan eosinofil yang
dominan dan disebut leukemia basofil/eosinofil kronik. Pada gambar tampak
satu meloblas dan satu netrofil berinti dua; sel ini adalah sel leukemia yang
mengalami maturasi (menjadi segmen), tetapi mengalami mitosis yang tidak
sempurna ketika masih dalam tahap yang lebih muda. Hal ini sering didapatkan
79
pada lekemia.
80
81
- Perhatikan benda-inklusi/bentukan dalam leukosit :

Granula toksik – granula kasar, gelap, sering


dijumpai pada infeksi bakteri

Vakuola – sering dijumpai pada infeksi bakteri ;


bersama granula toksik menunjukkan tanda-2
degenerasi netrofil.

82
• Auer-Rod :
- Benda inklusi patologik, batang, merah, agregat
dari lisosom, tunggal/multipel pd sitoplasma sel
mieloblas atau monoblas.

• Döhle Bodies :
- Inklusi oval, kebiruan, tunggal atau banyak,
berasal dari RNA, sering pd infeksi berat,
khemoterapi atau adanya perubahan2 toksik,
dan kelainan lekosit kongenital (May-Hegglin,
Chediak-Higashi).

83
- Granula Toksik & Vakuola dalam sitoplasma netrofil,
biasanya dijumpai pada infeksi bakterial berat/
septikemia.

84
- Auer Rod dlm sitoplasma mieloblas pada AML.

85
- Sel Limfosit Atipik (inti yg plasmasitoid), biasanya
pada infeksi virus.

86
- Sel Limfosit Atipik (inti monositoid)

87
• 2.3 Trombosit :

- Memperkirakan jumlah trombosit :


Utk mikroskop dgn FN-18 :
Juml. trombo/mm3
= Juml. trombo dlm 18 lp x 1000/mm3
Normal : rata2 trombo 8-25/lp atau
trombosit tampak menggerombol.

Utk mikroskop dgn FN-22 :


Juml. trombo/mm3
= Juml. trombo dlm 11 lp x 1000/mm3
Normal : rata2 trombo 13-40/lp atau
trombosit tampak menggerombol
88
• Memperhatikan morfologi trombosit :

- Adanya mega/giant thrombocyte menunjukkan


turn-over trombosit yg meningkat, misalnya pada
perdarahan.

89
4. FAAL HEMOSTASIS
(Bleeding Time/BT & Clotting
Time/CT)

90
Yang berperan pada Hemostasis

1. Endotel pembuluh darah


4
2. Trombosit

3. Plasma ( koagulasi )
3
4. sistim fibrinolisis

Harus imbang dan saling mengkontrol


TIGA LANGKAH
FAAL HEMOSTASIS

1 hemostasis primer
SISTIM VASKULER
& TROMBOSIT

2 hemostasis sekunder
SISTEM KOAGULASI
PLASMA

Sist ANTI COAGULSI


3 FIBRINOLISIS
Sist FIBRINOLISIS
SISTIM KOAGULASI PLASMA

XII ??
VASC INJ

VIIa + TISSUE FACT VII VII


TISSUE FAKTOR
F.XI

FACTOR IXa IX
X
F. VIII F.Xa TFPI + Xa

PROTROMBIN F. V F. XIII
TROMBIN

F. I (FIBRINOGEN ) FIBRIN

FIBRIN CROSS LINKED


Masa Perdarahan
(Bleeding Time)
• Yaitu waktu yg terukur sejak timbulnya sampai
berhentinya perdarahan dari luka standar yg dibuat pada
kulit (terbentuknya sumbat hemostatik).

• BT adalah cara menilai fungsi vaskular, jumlah serta


fungsi trombosit

• Metode pemeriksaan :
- Metode DUKE
- Metode IVY/TEMPLATE
94
Metode Metode
DUKE IVY / TEMPLATE

Alat Lancet steril Lancet steril/template


Tensimeter (40mmHg)

Lokasi Cuping telinga Volar lengan bawah


1 luka standar 2 luka-standar (6x1
mm, jarak 1 cm)

Normal 1 - 3 menit 1 - 7 menit

95
Bleeding Time (Waktu Perdarahan)

Volar
Cuping
telinga
40 mmHg
Cara Duke Cara Ivy
Normal Normal
1-3 menit Kertas 1-7 menit
2 2½
1½ saring
3
1
½
Start Start
Normal Abnormal
Dacie et al. 1975, Hirsh et al. 1979, Sirridge et al. 1983 (memanjang) 96
Teknik Duke :
• Disinfeksi cuping telinga dgn alkohol 70%
(bebaskan cuping dari perhiasan, rambut)

• Tegangkan cuping, tusuk dgn lancet steril tegak


lurus pd tepi bawah cuping.

• Bila drh mulai tampak, jalankan stopwatch atau


catat waktunya.

97
• Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah dgn
kertas saring (jangan menyentuh kulit) sampai tak
ada lagi bercak darah pd kertas saring.

• Catat waktu berhentinya perdarahan sbg Masa


Perdarahan (atau lbh praktis dgn menghitung
jumlah bercak darah pd kertas saring dan
mengalikannya dgn 30 detik).

98
99
• Catatan :

Hati-2 pd trombositopenia dibawah 50 x 109/L ,


perdarahan pd Bleeding Time sukar berhenti .

Pada BT yg ↑ lanjutkan dgn pemeriksaan Agregasi


Trombosit.

100
Masa Pembekuan ( Clotting Time ) :
• Tujuan : Menentukan waktu yg diperlukan darah
untuk membeku → fungsi jalur koagulasi
intrinsik.

• Bahan : Darah tanpa antikoagulansia.

• Alat : - 3 tabung clotting (10x1 cm) bersih dan


kering.
- Stopwatch

101
Teknik (Modifikasi-I) :
• 3 ml darah vena (pasang stopwatch saat darah
tampak masuk ke pangkal jarum) → bagi dlm 3
tabung @ 1 ml.

• Inkubasi 3 tabung pd 370C (waterbath atau


digenggam) selama 4 menit, kemudian setiap 30
dtk setelahnya miringkan ke-3 tabung dan
perhatikan tabung mana yg sudah tampak
membeku → catat waktunya ( I ).

102
• Setiap 30 detik berikutnya miringkan 2 tabung
sisanya dan perhatikan tabung mana yg sudah
tampak membeku → catat waktunya ( II ).

• Setiap 30 detik selanjutnya mirngkan dan


perhatikan tabung ke-3, bila sdh tampak membeku
→ catat waktunya ( III ).

• Ambil rata-rata dari I + II + III


Normal : 5 – 15 menit

103
104
Coagulation (Clotting) Time (CT)

*Menilai Intrinsic dan common pathway


Coagulation
(beku)
1 2 3

Beku Beku Start


Whole
1 2 3 Blood
Tanpa Normal:
Anti- 5 - 15 menit
koagulan

Water bath 37o C 105


Brown 1980
Teknik (Modifikasi-II) :
• Ambil 3 ml darah vena (pasang stopwatch saat
darah tampak memasuki pangkal jarum) → bagi
dlm 3 tabung @ 1 ml, beri tanda Tabung-I, II, dan
III.

• Simpan ke-3 tabung pd 370C (waterbath atau


digenggam), biarkan 4 menit kemudian setiap 30
detik periksa Tabung-I (Tabung-II dan III biarkan)
dan catat bila tabung-I tampak membeku.

106
• Selanjutnya tiap 30 detik berikutnya periksa
Tabung-II (Tabung-III biarkan) dan catat waktunya
bila Tabung-II sudah tampak membeku.

• Setiap 30 detik selanjutnya, periksa Tabung-III dan


catat waktunya bila Tabung-III sudah tampak
membeku.

• Waktu Pembekuan = waktu pembekuan dari


Tabung III.

107
• Catatan :

Pemeriksaan Clotting Time punya banyak


modifikasi cara / prosedur pelaksanaannya.

108
5. LE SEL

109
• SEL. LE : Tanda klasik dari penyakit lupus
eritematosus; biasanya disertai pembentukan
roset.
• SEL LE terbentuk dari netrofil yang telah
memfagosit inti netrofil yang sudah mati dan
mengalami dekomposisi.
• Untuk pembentukan sel LE in vitro harus ada :
Antibodi terhadap inti, netrofil yang sudah mati
dan netrofil yang masih hidup. Antibodi ada
dalam serum penderita, netrofil yang mati dan
yang masih hidup terdapat pada waktu inkubasi.

110
Pemeriksaan LE SEL
1. Alat : - Objek Glass
- Tabung Reaksi
- Stemper (lumpang)
- Sentrifuge
- Mikroskop
- Pipet

2. Reagen : - Larutan Giemsa


- Methanol

3. Bahan pemeriksaan :
- Darah vena tanpa antikoagulan
111
Pelaksanaan :
• Masukkan 10 ml darah ke dalam tabung reaksi
kering dan bersih.
• Biarkan membeku.
• Pisahkan bekuan dari serumnya.
• Bekuan darah digerus dan masukkan kedalam
tabung dan disentrifus selama 10 menit, kecepatan
2000 rpm hingga terbentuk 3 lapisan : lapisan atas
serum, tengah buffy coat, bawah eritrosit.
• Ambil lapisan tengah lalu letakkan diatas objek
glass, buat hapusan darah tepi, warnai sesuai
dengan Giemsa atau Wright.
• Lihat dibawah Mikroskop pembesaran 1000x dan
lihat adanya Sel LE.
112
Catatan :
• Pembentukan LE sel hanya berlaku invitro saja
karena memerlukan adanya sel leukosit yang
rusak. Tehnik membuatsediaan sangat
berpengaruh terhadap hasilnya.

• Perlu diingat bahwa tidak menemukan LE sel


bukan berarti tidak adanya penyakit SLE pada
orang bersangkutan.

113
Pada gambar tampak sel LE dan roset yang khas.
114
115

Anda mungkin juga menyukai