Anda di halaman 1dari 38

PENGERTIAN

• Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang


oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

PENGERTIAN WAJIB PAJAK


• Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
SUBJEK PAJAK : KEWAJIBAN PAJAK SUBYEKTIF OP
• Orang pribadi;
MULAI BERAKHIR
• Warisan yang belum terbagi
Saat dilahirkan; Saat meninggal;
sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak; Saat berada di Indonesia Saat meninggalkan
• Badan; atau bertempat tinggal Indonesia untuk selama-
di IndonesiaI. lamanya.
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)
• Orang pribadi :
•- Bertempat tinggal / berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam 12 bulan; atau
SUBJEK PAJAK •- dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat bertempat
DALAM NEGERI tinggal di Indonesia
• Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia
• Warisan yang belum terbagi

• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia / berada di Indonesia tidak lebih dari 183
SUBJEK PAJAK hari dalam 12 bulan
LUAR NEGERI • Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia

yang menjalankan usaha atau kegiatan melalui yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
BUT di Indonesia Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau kegiatan
melalui BUTdi Indonesia
WARISAN YANG BELUM TERBAGI

• Harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi subjek


pajak dalam negeri sbg pengganti orang yang meninggal
(pewaris)

WARISAN
BENTUK USAHA TETAP (BUT)

BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI SEBAGAI BADAN SEBAGAI


SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA
BENTUK USAHA TETAP (BUT) dapat berupa :

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
BUT

• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel, Gudang, Ruang Promosi & Penjualan
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
• wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
• Agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi atau
menanggung resiko di Indonesia
• komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
melalui internet

7
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI WARISAN yang BELUM TERBAGI

• ORANG PRIBADI • SELAIN BUT • MULAI :


• SAAT TIMBULNYA WARISAN
• MULAI : • MULAI :
• SAAT DILAHIRKAN • SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH
• SAAT BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL PENGHASILAN DARI INDONESIA • BERAKHIR : SAAT
DI INDONESIA • WARISAN SELESAI DIBAGIKAN
• BERAKHIR :
• BERAKHIR : • SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/
• SAAT MENINGGAL MEMPEROLEH PENGHASILAN
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK • DARI INDONESIA
SELAMANYA.
• BUT
• BADAN
• MULAI :
• MULAI : • SAAT MELAKUKAN USAHA / KEGIATAN
• SAAT DIDIRIKAN/BERKEDUDUKAN DI MELALUI BUT DI INDONESIA
INDONESIA
• BERAKHIR :
• SAAT tidak LAGI MENJALANKAN
• BERAKHIR : USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT
• SAAT DIBUBARKAN ATAU TIDAK LAGI • DI INDONESIA.
BERKEDUDUKAN DI INDONESIA.
1. Badan Perwakilan Negara Asing
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka sepanjang :
a. bukan WNI;
b. di Indonesia tidak menerima/ memperoleh penghasilan lain di luar
jabatannya di Indonesia, serta negara ybs memberikan timbal balik

3. Organisasi International yang memenuhi persyaratan tertentu


4. Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang memenuhi persyaratan tertentu

Pejabat perwakilan diplomatik, konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
 Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak
 Baik berasal dari Indonesia maupun luar negeri
 Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan Wajib Pajak
 Dengan nama dan dalam bentuk apapun
1. Penghasilan
dari Pekerjaan • contoh : Gaji, Honor dll.
1. Penghasilan Obyek Pajak (pasal 4 ayat 1)
2. Penghasilan • contoh : Dokter,
dari Pekerjaan • a. Bersifat Tidak Final
Bebas Akuntan, Konsultan dll.
• Pembayaran dimuka / dapat dikreditkan

3. Penghasilan • b. Bersifat Final (pasal 4 ayat 2)


dari Usaha • contoh : Laba Usaha
• Pelunasan Pajak / Tidak dapat dikreditkan
4. Penghasilan • contoh : Sewa, Bunga, Penghasilan Non Obyek (pasal 4 ayat 3)
dari
Harta/Modal Dividen dll.

5. Penghasilan • contoh : Pembebasan


Lain-lain Utang, Hadiah dll.
Tidak Bersifat
Uraian Bersifat Final
Final
• Penghasilan • Tidak digabungkan • Digabungkan dengan
dengan penghasilan dlm semua penghasilan dlm
menghitung PPh secara menghitung PPh secara
keseluruhan keseluruhan

• Tidak dpt dikreditkan • Dapat dikreditkan dengan


• PPh yang dipotong /
dengan PPh terhutang atas PPh terhutang atas seluruh
dipungut / disetor sendiri
seluruh penghasilan penghasilan

• Tidak dpt dikurangkan • Dapat dikurangkan


• Biaya / pengurang thdp penghasilan bruto (sesuai ketentuan) thdp
penghasilan yang dikenakan PPh yang penghasilan bruto yang
tidak bersifat final dikenakan PPh yang tidak
bersifat final
• Penghasilan yang • Tidak mengenal laba / rugi
dikenakan pajak • Mengenal laba / rugi
• Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan, penghasilan yang dikenakan
PPh Final tidak digabung dengan penghasilan lain (non final)
• PPh final yang dibayar/dipotong tidak dapat dikreditkan
• Biaya utk menghasilkan, menagih dan memelihara penghasilan yang PPh-
nya final tidak dapat dikurangkan

• a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
• b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
• c. laba usaha;
• d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
• 1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
• 2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
• 3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam
bentuk apa pun;
• 4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
• 5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
• e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
• f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
• g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
• h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
• i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
• j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
• k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
• l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
• m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
• n. premi asuransi;
• o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
• p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
yang belum dikenakan pajak;
• q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
• r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan; dan
• s. surplus Bank Indonesia.
• a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi;
• b. penghasilan berupa hadiah undian;
• c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
• d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
• e. penghasilan tertentu lainnya.
• a.1.bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

• a.2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan kegamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
• sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
ataupenguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
• b. warisan;
• c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
• d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan
pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15;
• e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
• f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
• 1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
• 2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor;
• g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
• h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
• i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
• j. dihapus;
• k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
• 1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
• 2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
• l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
• m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
• n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Rp 15.840.000,- UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Rp 1.320.000,- TAMBAHAN UNTUK WAJIB KAWIN

TAMBAHAN UNTUK SEORANG


Rp 15.840.000,- ISTERI yang PENGHASILANNYA DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN SUAMI

TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA


Rp 1.320.000,- SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT yang
MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN PAJAK ATAU
AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK
Rp 24.300.000,- UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Rp 2.025.000,- TAMBAHAN UNTUK WAJIB KAWIN

TAMBAHAN UNTUK SEORANG


Rp 24.300.000,- ISTERI yang PENGHASILANNYA DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN SUAMI

TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA


Rp 2.025.000,- SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT yang
MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN PAJAK ATAU
AWAL BAGIAN TAHUN PAJAK
TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;

K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;

K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya


digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya
tanggungan anggota keluarga;

PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan


harta dan penghasilan;

HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya


tanggungan anggota keluarga.
SEDARAH SEMENDA

AYAH
MERTUA
+
WP
IBU
10 KE ATAS 10 KE ATAS
10 10
SAUDARA KE KE
SAM WP + ISTRI SAM IPAR WP
KANDUNG PING PING

10 KE BAWAH 10 KE BAWAH

ANAK ANAK
KANDUNG TIRI WP

SEDARAH SEMENDA
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA
YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
1. PENGHASILAN tersebut SEMATA-MATA DITERIMA
ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA
yang TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21,
DAN
2. PEKERJAAN tersebut TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS
SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA
MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH ISTRI MEMILIH MENJALANKAN HAK & PEMISAHAN HARTA DAN
KEWAJIBAN PAJAK SENDIRI PENGHASILAN SECARATERTULIS

PENGHITUNGAN PKP DAN PENGHITUNGAN PAJAKNYA BERDASAR


PENGENAAN PAJAKNYA - Penghasilan Neto suami isteri digabung
DILAKUKAN SENDIRI-SENDIRI - Besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing suami-
isteri, sebanding dengan Penghasilan Neto

DIGABUNG DENGAN PENGHASILAN ORANG TUANYA


Dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :

• a. Seluruh penghasilan yang diterima / diperoleh WP OP (suami);

• b. Penghasilan / kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun
pajak / awal bagian tahun pajak dianggap sebagai penghasilan / kerugian
suaminya dan dikenai pajak sebagai satu kesatuan (Pasal 8 ayat (1)).
• Penggabungan tersebut tidak dilakukan dlm hal penghasilan isteri
diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak oleh
pemberi kerja, dengan ketentuan bahwa :
• penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi
kerja, dan
• penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota
keluarga lainnya.

• c. Seluruh penghasilan anak yang belum dewasa (Pasal 8 ayat (4)).


Contoh :
Wajib Pajak A, yang memperoleh penghasilan dari usaha sebesar
Rp100.000.000,- mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawai dengan
penghasilan sebesar Rp50.000.000,-.
• Apabila penghasilan isteri tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja dan telah
dipotong pajak oleh pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya
dengan usaha suami / anggota keluarga lainnya, penghasilan Rp 50.000.000,- tidak
digabung dengan penghasilan A dan pengenaan pajak atas penghasilan isteri
tersebut bersifat final.

• Apabila selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan usaha, misalnya salon
kecantikan dengan penghasilan sebesar Rp75.000.000,-, seluruh penghasilan isteri
sebesar Rp125.000.000,- (Rp50.000.000,- + Rp75.000.000,-) digabungkan
dengan penghasilan A.
• Dengan penggabungan tsb, A dikenai pajak atas penghasilan Rp225.000.000,-
(Rp100.000.000,- + Rp50.000.000,- + Rp75.000.000,-)
• Potongan pajak atas penghasilan isteri tidak bersifat final, artinya dpt dikreditkan
terhadap pajak yang terutang atas penghasilan sebesar Rp225.000.000,-
tersebut yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh
a. suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim;
b. dikehendaki scr tertulis o/ suami-isteri berdsrkan perjanjian pisah harta & penghasilan;
c. dikehendaki o/ isteri yang memilih unt m’jalankan hak & kewajiban perpajakannya
sendiri.

• Penghasilan neto suami-isteri pada huruf b dan c di atas, dikenai pajak


berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami-isteri, dan besarnya pajak yang
harus dilunasi oleh masing-masing suami-isteri dihitung sesuai dengan
perbandingan penghasilan neto mereka.
• Contoh :
• Dari contoh sebelumnya, apabila isteri menjalankan usaha salon kecantikan,
pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan jumlah penghasilan sebesar
Rp225.000.000,-. Misalnya pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut
adalah sebesar Rp 56.250.000,-, Maka untuk masing-masing suami dan isteri
pengenaan pajaknya dihitung sbb :
• Suami : 100.000.000,- / 225.000.000,- x Rp 56.250.000,- = Rp 25.000.000,
• Isteri : 125.000.000,- / 225.000.000,- x Rp 56.250.000,- = Rp 31.250.000,-
• Pedoman untuk menentukan penghasilan netto WP, karena wajib pajak tersebut tidak wajib melakukan
pembukuan.
• Wajib Pajak yang boleh menggunakan norma penghitungan adalah wajib pajak orang pribadi yang memenuhi
syarat-syarat berikut :
• Peredaran bruto dalam 1 tahun tidak mencapai Rp 4.800.000.000,00.
• Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun buku.
• Menyelenggarakan Pencatatan .
• Dalam hal wajib pajak tersebut tidak menyampaikan pemberitahuan kepada Dirjen Pajak seperti tersebut di atas,
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.

• Caranya ?
• Penghasilan neto = Peredaran bruto x tarif norma

• Pengelompokan menurut jenis usaha & wilayah


• 10 ibu kota propinsi
• Medan - Surabaya
• Palembang - Denpasar
• Jakarta - Manado
• Bandung - Makasar
• Semarang - Pontianak
• Ibu kota propinsi lainnya
• Daerah lainnya
kota
10 ibu kota Daerah
Kode Jenis Usaha propinsi
propinsi lainnya
lainnya
32200 Industri pakaian jadi kecuali untuk kaki 13,5 13 12,5

32300 Industri kulit & barang dari kulit kecuali utk kaki 17,5 16,5 16

32400 Industri barang keperluan kaki 17 16 15

62200 Perdagangan eceran brg kelontong, supermarket 30 25 20

62420 Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi, hasil pengolahan kulit termasuk 30 25 20
brg keperluan kaki
62422 Perdagangan eceran brg elektronik 30 25 20

62100 Rumah makan dan minum 25 20 20

62920 Jasa akuntansi dan pembukuan 36 35 35

93213 Dokter 45 42,5 40

97110 Reparasi kendaraan bermotor 20 18,5 17,5

97400 Pangkas rambut dan salon kecantikan 30 28 27


PEMBUKUAN PENCATATAN

Peredaran Bruto : xxx Peredaran Bruto : xxx


Biaya Fiskal (Ps.6) :(xxx) Dikali
Penghasilan Netto : xxx Norma Penghitungan Penghasilan Netto : xx%
Penghasilan Netto : xxx

WP OP dengan omzet < Rp.4,8 M (sejak 2009)

Pencatatan harus dapat menggambarkan jumlah peredaran


atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto,
serta penghasilan yang bukan obyek pajak atau penghasilan
yang dikenakan PPh Final, sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang
Didasarkan pada itikad baik atau pada “adat kebiasaan
pedagang yang baik” dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya

Dilakukan secara taat asas dengan stetsel kas atau stetsel


akrual. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau
tahun pajak harus atas persetujuan Dirjen Pajak

Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin,


angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh
Menteri Keuangan
Laporan Keuangan Lapkeu Fiskal

Rekonsiliasi
Fiskal
Berdasar UU Pajak
dan peraturan
Berdasar PSAK

Neraca, L/R, Arus Kas,


Ekuitas, dll Laba /Penghasilan Neto
Fiskal
PPh Terhutang = Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto - PTKP

Penghasilan Neto = Penghasilan bruto – pengurang2 yang


diperbolehkan
(Pembukuan)

Penghasilan Neto = Penghasilan bruto x Tarif Norma Penghitungan


(Norma Penghitungan)
s.d. Tahun 2008 Sejak tahun 2009

Tarif Lapisan PKP Tarif Lapisan PKP

5% s.d. Rp.25 juta 5% s.d. Rp.50 juta

10% > Rp.25 juta s.d. Rp.50 juta

15% > Rp.50 juta s.d. Rp.100 juta 15% > Rp.50 juta s.d. Rp.250 juta

25% > Rp.100 juta s.d. Rp.200 juta 25% > Rp.250 juta s.d. Rp.500 juta

35% diatas Rp.200 juta 30% diatas Rp.500 juta

Anda mungkin juga menyukai