Anda di halaman 1dari 48

BLOK BEHAVIOR

KESEHATAN JIWA

Tim Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Malahayati
2011
SUMBER:
 Latipun & Notosoedirdjo, M. 2001. Kesehatan
Mental: Konsep dan Penerapannya. Malang: UMM
Press.
 Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. 2006.
Psikologi Abnormal. Penterjemah: Noermalasari
Fajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
 Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E.E., &
Bem, D.J. 2000. Pengantar Psikologi. Batam:
Interaksara.
 Huffman, K., Vernoy, M. & Vernoy, J. 1997.
Psychology in Action. Canada : John Wiley &
Sons, Inc.
Apa yang
dikatakan
dengan
KESEHATAN
JIWA????
Kesehatan jiwa dimaknai sama
dengan kesehatan mentalberasal
dari konsep mental hygiene
bahasa Yunani = Mental
bahasa Latin = Psyche (jiwa, psikis
atau kejiwaan)
DEFINISI
Terdapat beberapa cara dalam memberikan
pengertian mental yang sehat/ jiwa yang
sehat:
1. Sehat mental/jiwa kerena tidak
mengalami gangguan jiwa
2. Sehat mental/jiwa jika tidak sakit akibat
adanya stressor
3. Sehat mental/jiwa jika selaras dengan
kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungannya
4. Sehat mental/ jiwa karena berkembang
dan tumbuh secara positif
1. Sehat mental/jiwa kerena tidak
mengalami gangguan jiwa
Orang yang sehat mentalnya adalah
orang yang tahan terhadap sakit jiwa
atau terbebas dari sakit dan gangguan
jiwa.
2. Sehat mental/jiwa jika tidak sakit akibat
adanya stressor.
orang yang sehat jiwanya adalah orang
yang dapat menahan diri untuk tidak
sakit akibat stressor. Pengertian ini lebih
bersifat individual.
3. Sehat mental/jiwa jika selaras dengan
kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungannya
sehat mental jika terbebas dari gejala
psikiatris dan individu itu berfungsi
secara optimal dalam lingkungan
sosialnya.
4. Sehat mental/ jiwa karena berkembang
an tumbuh secara positif
Orang yang memiliki sehat jiwa/mental
adalah orang yang terus menerus
tumbuh, melakukan penyesuaian diri
dan menerima tanggung jawab.
Istilah
 Sehat mental
 Mental tidak sehat

 Sakit mental
Sehat Mental
 Kondisimental yang tumbuh dan
didasari motivasi yang kuat ingin
meraih kualitas diri yang lebih baik,
baik dalam kehidupan keluarga,
kehidupan kerja, maupun sisi
kehidupan lainnya.
Mental Tidak Sehat
 Orang yang meskipun secara
potensial memiliki kemampuan,
tetapi tidak punya keinginan dan
usaha untuk mengaktualisasikan
potensinya itu secara optimal
Sakit Mental
 Orang yang secara mental memiliki
berbagai macam unsur yang saling
bertetntangan dn dengan demikian
sering merusak atau menghambat
sehingga perilakunya tidak menentu.
Prinsip-prinsip Kesehatan Jiwa
1. Kesehatan jiwa adalah tidak ada
perilaku abnormal
2. Kesehatan mental/jiwa adalah
konsep yang ideal merupakan
tujuan bagi orang yang paling
tinggi.
3. Kesehatan jiwa sebagai bagian dan
karakteristik kualitas hidup.
Konsep orang yang mengalami
sehat mental atau sehat jiwa:
 D.S. Wright & A. Taylor 
* Bahagia dan terhindar dari ketidakbahagiaan.
* Efesiensi dalam menerapkan dorongannya
untuk kepuasan kebutuhannya
* Kurang dari kecemasan
* tidak mengalami rasa berdosa yang besar
* Matang
* Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
* Mampu membangun hubungan emosional
dengan orang lain
* dapat melakukan kontak dengan realitas
Ciri-ciri Individu yang Sehat Mental
(Killander, 1957)
A. Kematangan emosional
B. Kemampuan menerima realitas
C. Hidup bersama dan bekerjasama
dengan orang lain
D. Memiliki filsafat atau pandangan
hidup
A. Kematangan emosional

3 ciri perilaku orang yang emosinya matang:


 Disiplin diri  dapat mengatur diri, menaati
hukum dan peraturan.
 Determinasi diri  dapat membuat keputusan
sendiri dalam memecahkan suatu masalah
dan melakukan apa yang telah dilakukannya.
 Kemandirian tidak banyak menggantungkan
diri pada bimbingan dan kendali orang lain,
melainkan lebih mendasarkan diri pada
kemampuan, kemauan, dan kekuatannya
sendiri.
B. Kemampuan menerima realitas
 Perilaku mampu memecahkan masalah
dengan segera dan menerima tanggung
jawab.
 Mampu mengendalikan lingkungan,
terbuka terhadap gagasan baru dan
menetapkan tujuan yang realistis.
 Tidak banyak menggunakan mekanisme
pertahanan diri (perilaku emosional yang
tidak tepat ketika menghadapi masalah
yang mengganggunya atau yang tidak
dikehendaki).
C. Hidup bersama dan bekerjasama
dengan orang lain
 Adanya kemampuan dan kemauan
untuk mempertimbangkan minat dan
keinginan orang lain dalam tindakan-
tindakan sosialnya
 Mampu menemukan dan
memanfaatkan perbedaan
pandangan dengan orang lain.
 Mempunyai tanggung jawab sosial
serta merasa bertanggungjawab
terhadap nasib orang lain.
D. Memiliki falsafah atau pandangan
hidup
 Memiliki
pegangan hidup yang dapat
senantiasa membimbingnya untuk
berada dalam jalan yang benar,
terutama saat menghadapi situasi
yang mengganggu atau membebani.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN
JIWA
 Dimensi Biologis
 Dimensi Psikologis
 Dimensi Sosial
A. DIMENSI BIOLOGIS
 Otak
 Sistem endokrin
 Genetik
 Faktor ibu selama masa kehamilan
a. Otak
 Merupakan bagian atau organ yang mengatur
segala aktivitas tubuh.
 Otak yang berfungsi dengan baik berdampak
pada kesehatan jiwa
b. Sistem endokrin
 Berfungsi mengeluarkan hormon.
 Fungsi hormon yang tidak normal berakibat
pada pertumbuhan yang kurang sehat termasuk
mempengaruhi perilaku yang tidak diharapkan.
c. Genetik
 Unsur biologis yang mempengaruhi kesehatan
jiwa
 Gangguan genetis dapat mempengaruhi
kesehatan jiwa.
 Eksperimen terhadap saudara kembar identik
d. Faktor ibu selama mengandung
 Usia Ibu
 Nutrisi
 Obat-obatan
 Kesehatan ibu
 Komplikasi dan Proses kelahiran
B. DIMENSI PSIKOLOGIS

 Pengalaman awal
 Kebutuhan
 Proses pembelajaran
a. Pengalaman Awal
A. Kepribadian melalui 4 tahap psikoseksual:

Tahap oral :
 merupakan tahap pertama dimulai sejak lahir
sampai 18.
 Kebuthn id bayi terutama dipuaskan oleh makan
dan mengisap, serta menggigit.
 Bagian tubuh yang berperan adalah : bibir, mulut,
gusi dan lidah.
Tahap Anal:
 Dimulai sejak 18 bulan sampai 3 tahun
 Sumber libido diperoleh dari mengeluarkan dan
menahan tinja.

Tahap Phalic :
 Usia 3 tahun hingga usia 5 – 6 thn
 Kepuasan maksimal yg diperoleh id adalah dari
rangsangan genital
Tahap Latency :
 Mulai usia 6 -12 tahun

 Merupakan perkembangan mekanisme


pertahanan ego

Tahap Genital:
 Mulai usia 12 -18 tahun

 Kematangan seksual, keintiman di masa dewasa


B. Tahap Perkembangan oleh Erikson

Tahap 1:Percaya vs tidak percaya


 Dari lahir sampai 1 tahun
 Pokok persoalan pada tahap ini adalah :
apakah bayi dapat mengembangkan rasa
percaya pada dunia atau ia akan merasa tidak
percaya pada orang dan kejadian-kejadian
yang terjadi disekitarnya
 Peran utama dalam thp ini: ibu dan
pengasuhnya
Tahap 2: Autonomi vs malu dan ragu-ragu

 Dialami pada usia 1 sampai 3 tahun.


 Krisis yang terjadi adalah antara pengembangan
rasa percaya diri dan kemandirian dengan rasa malu
dan ragu-ragu.
 Orang tua mempunyai peranan penting dalam
keberhasilan atau kegagalan dalam tahap ini.
 Jika anak mampu menghadapi situasi baru dengan
rasa percaya diri dan keyakinan pada dirinya sendiri
 mampu mengembangkan kemampuan
mengontrol diri dan harga diri dimasa yang akan
datang
 TOILET TRAINING  diajarkan pada tahap ini
Tahap 3: Inisiatif vs rasa bersalah

 Dialami pada usia 3 sampai 6 tahun


 Masalah utama pada tahap ini adalah jika anak
“bertindak terlalu jauh”
 Kadang kala inisiatif dapat mengakibatkan hal-
hal yang berlebihan krn pengetahuan mengenai
peraturan blm lengkap
 Resiko yg terjadi: org tua akan memberi
hukuman atau pembatasan RASA
BERSALAH
Tahap 4: Industri vs rendah diri

Dialami pada usia 7 sampai 11 tahun


Pengaruh teman sebaya sangat besar

Sekolah menjadi saran perkembangan untuk


melakukan eksplorasi
Permasalahan : anak tidak dapat
mengembangkan kemampuan yang diharapkan
dan kemudian menjadi rendah diri
Tahap 5: Identitas vs Kekacauan

 Peran Dialami pada usia 12 sampai 18 tahun


 Masa ini adalah masa dimana mencari identitas
diri secara terus-menerus : identitas seksual,
identitas dalam pekerjaan, dan dalam etnik.
 Krisis terselesaiakn: perasaan terhadap diri
sendiri sudah terintegrasi  tahu apa yang akan
dan ingin dilakukan.
Tahap 6 : intimasi vs isolasi diri (dewasa
awal)

 Jika identitas yang terintegrasi dengan baik


dapat terbentuk dari tahap 5 maka keakraban
psikologis dapat terjalin.
 Sulit berbagi dengan orang  identitas belum
terbentuk
 Orang-orang yang identitasnya lemah 
terancam jika orang lain mengetahui dilema
mereka dan menghindari segala kontak.
Tahap 7: Generativitas dan Stagnasi (dewasa
tengah)
 Erikson mendefinisikan generativitas sebagai
minat dalam menuntun dan membangun
generasi berikutnya  menjadi orang tua,
mengasuh anak, dll

 Kurangnya rasa generativitas dimanifestasikan


dalam bentuk stagnasi, mencintai diri
sendiri, kebosanan dan kurangnya
pertumbuhan psikologis.
Tahap 8: Integritas vs putus asa (dewasa
akhir)

 Jika seseorang berhasil menngani keenam tahap


sebelumnya  terbentuk perasaan integritas 
penerimaan terhadap batasan yang ada dalam
kehidupan, perasaan sebagai bagian sesuatu
yang besar salah satunya adalah yang ada
dalam generasi sebelumnya.
 Misalnya; menghadapi kematian dengan rasa
tidak takut
b. Kebutuhan
 Maslow Hirarki kebutuhan motivasi seseorang
orang untuk berperilaku dipengaruhi oleh
kebutuhan2nya:
1. fisiologis
2. Perlindungan dan rasa aman
5
3. Cinta dan rasa memiliki 4
3
4. Harga diri dan penghargaan 2
1

5. kebutuhan aktualisasi diri


Orang yang mengalami gangguan jiwa/mental  tidak
dapat mengenali dan mencapai kebutuhan tersebut.
c. Proses Pembelajaran
a.Pengkondisian operan:
Suatu organisme belajar bahwa suatu respon
bahwa akan diikuti oleh urutan tertentu atau
menyebabkan konsekuansi tertentu,

b. Belajar dengan mencontoh (modelling)


C. DIMENSI SOSIAL
Stratifikasi dalam masyarakat
Interaksi sosial
Interaksi dalam keluarga
Perubahan dalam jangka panjang
Ketika membicarakan kesehatan jiwa atau
mental, maka terdapat konsep jiwa yang
sakit atau tidak sehat.

Sulit diketahui seperti pada sakit fisik


Gangguan mental/jiwa  tidak adanya atau
kekurangan sehat mental
DSM IV  sebagai sindrom atau pola perilaku atau
psikologis yang terjadi pada individu dan
sindrom itu dihubungkan dengan adanya.
a. distress (simptom menyakitkan)
b. disability (tidak berdaya pada fungsi yang
penting)
c. Peningkatan resiko bermakna untuk mati,
sakit.
Model gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat dikelompokkan
berdasarkan model, yaitu struktur teoritis
yang bersifat tentatif yang digunakan untuk
mengurai dan menjelaskan disfungsi
psikologis atau perilaku abnormal.

 Model medis
 Model Psikodinamik
 Model Belajar
 Model Sistem
Model Medis
 Perilaku abnormal bersangkutan dengan
kelemahan fisik dilihat sebagai akibat dari
penyakit biologis/kimiawi.
 Adanya hubungan antara suatu gejala
dengan sebab tertentu.
Model psikodinamik
Asumsi dasar:
Proses pikiran tak sadar memainkan peranan sentral dalam
menentukan perilaku.
3 agen psikologis (id, ego, superego) berinteraksi
manakala konflik psikologis harus diselesaikan.
Kedewasaan yang ditentukan oleh keefektifan resolusi
konflik pada beberapa taraf perkembangan psikoseksual
Konflik psikologis membawa orang pada keadaan cemas,
dimana ego berusaha mereduksinya dengan
memanfaatkan mekanisme pertahanan diri yang tidak
sadar.
Gangguan lebih ditekankan sebagai akibat dari pengalaman
masa kecil yang menyakitkan sehingga menjadi cara orang
yang bersangkutan berprilaku ketika telah dewasa.
Model Belajar
Gangguan perilaku terjadi karena
pengalaman salah belajar (faulty
learning). Yang dimaksud dengan salah
belajar:
 Mempelajari dengan benar contoh perilaku
yang tidak baik
 Mempelajari dengan salah contoh perilaku
yang baik.
Model Sistem
 Menggunakan konsep-konsep ilmu
kealaman, proses informasi, dan sosial
untuk mengkonseptualisasikan interaksi
manusia, baik adaptif maupun disfungsi,
sebagai komponen dalam sistem sosial.
 Jejaring sosial dilihat sebagai pola
interaksi yang bergerak statis atau
berulang untuk memelihara
kesinambungan.
 Disfungsi sosial terjadi dalam:
- Jika orang harus berpikir, merasa atau
bertingkah laku dalam situasi psikologis dan fisik
yang mengancam atau cara yang menyakitkan
agar sesuai dengan jejaring sosial
- Jika orang berusaha untuk mengubah peran
atau interaksinya dalam jejaring sosialnya tanpa
kekuatan dan keterampilan yang memadai untuk
menanggulangi kekuatan inter jejaring sosial.

Anda mungkin juga menyukai