Anda di halaman 1dari 23

Herpes Zoster Oftalmicus

Pembimbing :
Dr. H. Ibrahim, Sp.M

--- Okta Isviyanti, S.Ked


Bab I “Pendahuluan’’
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes
zoster yang menyerang bagian ganglion gasseri yang
menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf
trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi
herpetik unilateral pada kulit dan organ mata

pada 20 % populasi dunia dan


10 % diantaranya adalah herpes
zoster oftalmikus
Bab II “Landasan Teori’’
Definisi Herpes Zoster Oftalmicus
Herpes zoster merupakan infeksi umum yang
disebabkan oleh Human Herpes Virus 3 (Varisela Zoster
Virus), virus yang sama menyebabkan varisela (chicken
pox). Virus ini termasuk dalam famili Herpes viridae,
seperti Herpes Simplex, Epstein Barr Virus, dan
Cytomegalovirus.
Definisi Herpes Zoster Oftalmicus
Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) merupakan hasil
reaktivasi dari Varisela Zoster Virus (VZV) pada Nervus
Trigeminal (N.V). Semua cabang dari nervus tersebut
bisa terpengaruh, dan cabang frontal divisi pertama N.V
merupakan yang paling umum terlibat. Cabang ini
menginervasi hampir semua struktur okular dan
periokular
Etiologi
• Herpes zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV). VZV
mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 sub unit protein dan
berbentuk simetri isohedral dengan diameter 100 nm. Virion
lengkapnya berdiameter 150-200 nm, dan hanya virion yang
berselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik,
panas, dan lingkungan dengan pH yang tinggi. HZO merupakan
reaktivasi dari VZV di N.V divisi oftalmik (N.V1).
Epidemiologi
• HZO khas mempengaruhi 10-20 % populasi. HZO biasanya berpengaruh
pada usia tua dengan meningkatnya pertambahan usia.
• Lebih dari 90 % dewasa di Amerika terbukti mempunyai serologi yang
terinfeksi VZV. Dari hasil tahunan, insiden dari herpes zoster bervariasi,
dari 1,5 – 3, 4 kasus per 1000 orang. Faktor resiko dari perkembangan
oleh herpes zoster adalah menyusutnya sel mediated dari sistem imun
yang berhubungan dengan perkembangan usia.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi timbulnya herpes zoster oftalmikus ini adalah :
a. Kondisi imunocompromise (penurunan imunitas sel T)
• Usia tua
• HIV
• Kanker
• Kemoterapi
b. Faktor reaktivasi
• Trauma lokal
• Demam
• Sinar UV
• Udara dingin
• Penyakit sistemik
• Menstruasi
• Stres dan emosi
Patogenesis
Seperti herpes virus lainnya, VZV menyebabkan infeksi primer
(varisela/cacar air) dan sebagian lagi bersifat laten, dan ada kalanya diikuti
dengan penyakit yang rekuren di kemudian hari (zoster/shingles).

Infeksi primer VZV menular ketika kontak langsung dengan lesi kulit VZV
atau sekresi pernapasan melalui droplet udara. Infeksi VZV biasanya
merupakan infeksi yang self-limited pada anak-anak, dan jarang terjadi dalam
waktu yang lama, sedangkan pada orang dewasa atau imunosupresif bisa
berakibat fatal.

Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang
menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang
N. V. Hal ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus pada
berbagai jaringan
Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis HZO ini, antara lain:
• a. Prodormal (didahului ruam sampai beberapa hari)
• Nyeri lateral sampai mengenai mata
• Demam
• Malaise
• Sakit kepala
• Kuduk terasa kaku
Gejala-gejala di atas terjadi pada 5 % penderita, terutama pada anak-
anak, dan timbul 1 - 2 hari sebelum terjadi erupsi.
• b. Dermatitis
• c. Nyeri mata
• d. Lakrimasi
• e. Perubahan visual
• f. Mata merah unilateral
Diagnosis
Fase prodormal pada herpes zoster oftalmikus biasanya terdapat influenza –
like illness seperti lemah, malaise, demam derajat rendah yang mungkin
berakhir sehingga 1 minggu sebelum perkembangan rash unilateral
menyelubungi daerah kepala, atas kening dan hidung (divisi dermatome
pertama daripada nervus trigeminus).3,5
Kira – kira 60% pasien mempunyai variasi derajat gejala nyeri dermatom
sebelum erupsi kemerahan. Akibatnya, makula eritematosus muncul keliatan
yang lama kelamaan akan membentuk kluster yang terdiri daripada papula
dan vesikel. Lesi ini akan membentuk pustula dan seterusnya lisis dan
membentuk krusta dalam masa 5 – 7 hari.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

Periksa struktur eksternal/superfisial dahulu secara sistematik mengikut


urutan daripada bulu mata, kunjungtiva dan pembengkakan sklera.
Periksa keadaan integritas motorik ekstraokular dan defisiensi lapang
pandang.6
Lakukan pemeriksaan funduskopi dan coba untuk mengeradikasi fotofobia
untuk menetapkan kemungkinan terdapatnya iritis. Pengurangan sensitivitas
kornea dapat dilihat dengan apabila dicoba dengan serat cotton.
Lesi epitel kornea dapat dilihat setelah diberikan fluorescein. Defek epitel dan
ulkus kornea akan jelas terlihat dengan pemeriksaan ini.
Pemeriksaan slit lamp seharusnya dilakukan untuk melihat sel dalam segmen
anterior dan kewujudan infiltrat stroma
Setelah ditetes anestesi mata, ukur tekanan intraokular (tekanan normal ialah
dibawah 12 – 15 mmHg).
Diagnosis
Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik
Kerokan palpebra diwarnai dengan Giemsa, untuk melihat adanya
sel-sel raksasa berinti banyak (Tzanck) yang khas dengan badan
inklusi intranukleus asidofil
b. Pemeriksaaan serologik.
HZ dapat terjadi pada individu yang terinfeksi dengan HIV yang
kadangkala asimtomatik, pemeriksaan serologik untuk mendeteksi
retrovirus sesuai untuk pasien dengan faktor resiko untuk HZ
(individu muda daripada 50 tahun yang nonimunosupres).
Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik Polymerase Chain Reaction.
Diagnosis Banding
a. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama
Herpes simplek
Ulkus blefaritis

b. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri


Tic Douloureux3
Migrain
Pseudotumor orbita
Selulitis orbita
Nyeri akibat sakit gigi

c. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea


Epstein-Barr Virus
Sifilis
Komplikasi
Hampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu,
meskipun ada beberapa yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak
berhubungan dengan umur dan luasnya ruam, tetapi bergantung pada
daya tahan tubuh penderita. Ini akan terjadi beberapa bulan atau
beberapa tahun setelah serangan awal
Komplikasi
Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari
pasien tersebut, 31% nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya.
Pengaruh itu semua, terjadi anterior uveitis pada 92% dan keratitis
52%. Pada 6 bulan, 28% mengenai mata dengan uveitis kronik,
keratitis, dan ulkus neuropatik.

Komplikasi mata yang jarang, termasuk optik neuritis, retinitis, dan


kelumpuhan nervus kranial okuler. Ancaman ganguan penglihatan
oleh keratitis neuropatik, perforasi, glaukoma sekunder, posterior
skleritis, optik neuritis, dan nekrosis retina akut.

Komplikasi jangka panjang, bisa berhubungan dengan lemahnya


sensasi dari kornea dan fungsi motor palpebra. Ini beresiko pada ulkus
neuropati dan keratopati. Resiko jangka panjang ini juga terjadi pada
pasien yang memiliki riwayat HZO, 6-14% rekuren.

Infeksi permanen zoster oftalmik bisa termasuk inflamasi okuler


kronik dan kehilangan penglihatan
Penatalaksanaan
Pasien dengan herpes zoster oftalmikus dapat diterapi dengan
Acyclovir (5 x 800 mg sehari) selama 7-10 hari. Penelitian menunjukkan
pemakaian Acyclovir, terutama dalam 3 hari setelah gejala muncul,
dapat mengurangi nyeri pada herpes zoster oftalmikus. Onset
Acyclovir dalam 72 jam pertama menunjukkan mampu mempercepat
penyembuhan lesi kulit, menekan jumlah virus, dan mengurangi
kemungkinan terjadinya dendritis, stromal keratitis, serta uveitis
anterior.
Pencegahan
Tindakan preventif yang harus dilakukan penderita ialah tidak
mengusap-usap mata, menyentuh lesi kulit, dan menggaruk luka
untuk menghindari penyebaran gejala. Bagi orang sekitar hendaknya
menghindari kontak langsung dengan penderita terutama anak-anak.
Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung
pada tindakan perawatan secara dini. Prognosis dari segi visus
penderita baik karena asiklovir dapat mencegah penyakit-penyakit
mata yang menurunkan visus. Kesembuhan penyakit ini umunya baik
pada dewasa dan anak-anak dengan perawatan secara dini. Prognosis
ke arah fungsi vital diperkirakan ke arah baik dengan pencegahan
paralisis motorik dan menghindari komplikasi ke mata sampai
kehilangan penglihatan. Prognosis kosmetikam pada mata penderita
tersebut baik karena bengkak dan merah pada mata dapat hilang. Pada
kulit dapat menimbulkan makula hiperpigmentasi atau sikatrik
Bab III “Penutup’’
Kesimpulan
Pada pasien yang menderita herpes zoster oftalmikus, pertimbangkan untuk
terkaitnya persarafan dermatoma yang multipel, kondisi imuno – compromised
dan superinfeksi bakteri yang signifikan di wajah. Pengobatan antiviral IV
seharusnya diadministrasi seperti yang telah disebutkan dalam pengobatan di
atas. Pasien yang dirawat jalan seharusnya mempunyai tindak lanjut yang
adekuat untuk penanganan pada HZO. Pemeriksaan ulang setelah maksimum 1
minggu haruslah dijadualkan pada stadium awal.
TERIMA KASIH

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai