Anda di halaman 1dari 22

SISTEM RUJUKAN

neonatus
Rujukan Sistem
yakni Rujukan Neonatus
pelimpahan adalah suatu
wewenang dan sistem yang
tanggung jawab memberikan suatu
pengelolaan gambaran tata cara
pengiriman
suatu kasus atau
neonatus resiko
masalah tinggi dari tempat
kesehatan secara yang kurang
timbal balik mampu ke tempat
secara vertikal yang dianggap
atau horizontal. lebih mampu
NOTE:
Dalam rujukan terjadi:
 Penyerahan
tanggung jawab
 Penyaluran
pengetahuan dan
keterampilan
 Pengiriman bahan
untuk pemeriksaan
laboratorium
TUJUAN

Memberikan pelayanan kesehatan pada


neonatus dengan cepat dan tepat

Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus


seefesien mungkin

Mengadakan pembagian tugas pelayanan


kesehatan neonatus pada unit-unit kesehatan

Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi


KOMPONEN SISTEM

Sistem merupakan suatu kerjasama yang


dihasilkan oleh berbagai komponen yang
membentuk satu kesatuan

• KOMUNIKASI
• TRANSPORTASI
• SUMBER DAYA
BIDAN ALAT

KELUARGA

SURAT OBAT KENDARAAN UANG


1. Rujukan terlambat
Rujukan terlambat merupakan rujukan yang disebabkan
oleh mekanisme rujukan yang belum dilaksanakan
secara tepat dan terencana
2. Rujukan Terencana
Rujukan terencana merupakan suatu rujukan yang
dikembangkan secara sederhana, mudah di mengerti
dan dapat disiapkan atau direncanakan
a. Rujukan Dini Berencana
b. Rujukan Tepat Waktu
1. KPD
Kehamilan 2. Ibu DM
Resiko 3. Gemelli
Tinggi 4. Hipertensi
Identifikasi 5. Sungsang
Neonatus Yang
Akan Dirujuk
1. Prematur
Bayi 2. Sepsis
Resiko 3. Asfiksia
Tinggi berat
4. Respiratory
distress
Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit
kesehatan, pada dasarnya tingkat perawatan dibagi
menjadi :
1.Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS
tipe D, Puskesmas dengan tempat tidur, Rumah
Bersalin.
2.Pelayanan spesialistik didalamnya termasuk RS
tipe C, RS Kabupaten, RS Swasta, RS Propinsi.
3.Pelayanan subspesialistis ialah RS tipe A, RS tipe
B pendidikan / non pendidikan pemerintah atau
swasta.
1. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III
Memberikan pelayanan dasar penguasaan
pertolongan pertama (sepsis, ikterus, muntah,
perdarahan)
2. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II
Dokter ahli berupa pelayanan kehamilan
persalinan normal maupun resti. Perawatan BBL
(resusitasi, terapi sinar dan transfusi tukar,
hipoglikemi)
3. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I
Semua aspek yang menyangkut dengan masalah
perinatologi dan neonatologi
gi

PELAYANAN
T TINGKAT III U
DASAR Gangguan pernafasan,
I RS tipe D, puskesmas N
cacat bawaan, diare
N perawatan, rumah bersalin I
G T
K
A P
T PELAYANAN E
TINGKAT II
SPESIALISTIK Resusitasi , terapi sinar,
R
P RS tipe C, RS Kabupaten, RS tranfusi tukar, perawatan
E Swasta, RS Propinsi BBLR N
R E
A O
W N
A PELAYANAN
A
T SUBSPESIALISTIK
RS tipe A, RS tipe B
TINGKAT I T
A pendidikan atau non Masalah perinatologi dan U
N pendidikan pemerintah atau neonatologi
S
swasta
• Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Dasar (PONED)
yaitu merupakan pelayanan dasar dalam bidang
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir yang
dapat diberikan setidaknya oleh bidan dan perawat. Pusat
kesehatan yang menjalankan PONED setidaknya harus
tersedia sedikit mungkin 1 per 30.000 jumlah penduduk
• RS Tipe D, Puskesmas Perawatan, Rumah Bersalin
Pelaksanaan :
- Rawat Jalan Tingkat Pertama
- Rawat Inap Tingkat Pertama
 Rawat Jalan Tingkat Pertama
• Pemeriksaan fisik pada ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan
balita.
• Laboratorium sederhana
• Pelayanan KB dan penyembuhan efek samping.
• Tindakan medis kecil
• Pemberian obat-obatan sesuai kebutuhan
• Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan
 Rawat Inap Tingkat Pertama
• Akomodasi rawat inap dengan petugas terlatih siap dalam 24 jam
• Tindakan medis kecil
• Penanganan dini eklampsia
• Melakukan placenta manual,
• Penanganan terhadap abortus
• Melakukan pertolongan pervaginam dengan kegawatdaruratan,
• Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Komperhensif
yaitu merupakan bentuk pelayanan dalam bidang
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir yang
bersifat luas dan meliputi banyak hal.
• Biasanya dilakukan di Rumah Sakit yang memiliki kamar
operasi.
• Pelayanan dapat diberikan oleh team dokter, anestesi,
bidan dan perawat. Pusat Kesehatan yang menjalankan
PONEK setidaknya harus tersedia 1 per 150.000 – 200.00
penduduk.
• Pelaksanaan :
- Rawat Jalan Tingkat Lanjut
- Rawat Inap Tingkat Lanjut
 Rawat Jalan Tingkat Lanjut
• Pemeriksaan fisik pada ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan
balita dengan resiko tinggi.
• Pemeriksaan penunjang diagnostik lengkap seperti laboratorium
klinik, radiologi, elektromedik.
• Pelayanan KB dan penyembuhan efek samping.
• Pemberian obat-obatan sesuai dengan kebutuhan contohnya
pengobatan terhadap ibu hamil dengan penyakit jantung.
• Pelayanan darah contohnya ibu hamil anemia berat yang
membutuhkan tranfusi darah.
• Konsultasi medis dengan dokter spesialis.
 Rawat Inap Tingkat Lanjut
• Akomodasi rawat inap
• Tindakan medis kecil, sedang dan besar
• Pelayanan rehabilitasi medis
• Perawatan intensif
Bagan alur sederhana
tingkat rujukan PONED dan PONEK

pasien

puskesmas

Rawat Inap
Perlu rawat Tingkat Lanjut
Perlu pemeriksaan? RS inap? (RITL)
Tindakan spesialis?

Rawat Jalan Rawat Jalan


Tingkat Pertama Tingkat Lanjut
(RJTP) (RJTL)

Pelayanan obat

Pasien pulang
Mekanisme / alur rujukan secara sederhana dapat
digambarkan dalam bagan berikut ini :
Ket :
DUKUN BIDAN
Tugas dan Peran
Dukun : Kemitraan bagi bidan
puskesmas Bidan : Penerima pertama rujukan
dari dukun
Puskesmas : Tempat rujukan pertama
RS tipe D
dari bidan tugas mandiri
RS Tipe D : PONED
RS tipe C RS Tipe C : PONEK / Pelayanan
Spesialistik dengan tenaga terlatih
sebanyak 4 spesialis
RS tipe B
RS Tipe B : PONEK dengan
tenaga spesialis lengkap
RS tipe A RS Tipe A : PONEK dengan
tenaga Subspesialis
• Adanya indikasi rujukan
• Adanya kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan
klien
• Adanya pencatatan tertentu, seperti :
• Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab, baik
yang merujuk maupun yang menerima rujukan
• Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan
penerima
• Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan
• Sifat rujukan kearah yang lebih mampu dan lengkap
• Stabilisasi kondisi ibu dan bayi pada saat transportasi
Stabilisasi KU agar kodisi bayi tidak bertambh berat dan
meninggal di tengah jalan
 Bayi dinyatakan stabil apabila suhu tubuh normal,
tekanan darah, cairan tubuh dan oksigenasi cukup.
 Penanganan stabilisasi
-Dehidrasi infus
-Kejang antikonvulsi
-Sesak nafas oksigen
-Muntah-muntah selang nasogastrik
• Keadaan geografis yang bervariasi
• Kurangnya tenaga kesehatan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif
• Tidak terpadunya sistem komunikasi, transportasi dan
logistik untuk mendukung pelayanan rujukan
• pembiayaan sistem rujukan
• Kurangnya informasi para pembuat keputusan,
pengelolaan, pelayanan, maupun bagi masyarakat
sendiri
EVALUASI
ANALISIS KASUS

• Pukul 10 Malam Ny. A, 18 tahun, G1P0A0, datang ke tempat


praktik bidan B dengan keluhan hamil 36 minggu, keluar air –
air dan lendir bercampur darah dari kemaluan, ibu merasa
mules sejak pukul 8 pagi tadi, diketahui frekuensi his 3 kali
dalam 10 menit lamanya 30 detik. Ny. A mengaku pernah
melakukan 2 kali ANC di bidan ketika umur kehamilan
memasuki bulan ke-4 dan bulan ke-6. Hasil pemeriksaan TTV
normal. Hasil pemeriksaan palpasi didapatkan bahwa teraba
bagian keras, melenting di fundus dan lunak pada bagian
terendah janin. DJJ normal. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan 6 centi, selaput ketuban (-) dan teraba
sacrum.

Anda mungkin juga menyukai