Anda di halaman 1dari 23

DEFENISI TIM

Burn (2004) istilah tim didefinisikan sebagai sebuah


kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang
dengan kompetensi yang setara, dimana mereka
bekerja secara interdependen/ketergantungan dalam
melaksanakan pekerjaan di satu organisasi.

Hare (dalam Burn 2004) menyebutkan bahwa sesama


tim adalah kelompok, tetapi tidak semua kelompok
dapat dikategorikan sebagai tim
MANFAAT & FUNGSI TIM

MANFAAT :
1. Manfaat Bagi Organisasi Tim
a. Meningkatkan produktivitas kerja.
b. Meningkatkan kualitas kerja.
c. Meningkatkan mentalitas kerja.
d. Meningkatkan kemajuan organisasi.
2. Bagi Anggota Tim
a. Tanggung jawab atas pekerjaan ditanggung bersama.
b. Sebagai media aktualisasi diri.
c. Stres atau beban kerja berkurang.

FUNGSI :
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat
merubah sikap, perilaku dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut
serta dalam mendisiplinkan anggota tim.
JENIS TIM

Menurut Daft (2000) tim terdiri dari enam jenis, yaitu:


1. Tim Formal
2. Tim Vertikal
3. Tim Horizontal
4. Tim dengan Tugas Khusus
5. Tim Mandiri
6. Tim Pemecahan Masalah
JENIS TIM

Berdasar tujuannya Tim dapat diklasifikasikan menjadi 4


bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari
yaitu :
1. Tim Problem-Solving
2. Tim Self-Managed Work
3. Tim Cross-Functional
4. Tim Virtual.
DEFENISI KONFLIK

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti


saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.

Nardjana (1994)
Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak
yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain,
sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Stoner
Konflik organisasi adalah mencakup ketidak sepakatan soal
alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan,
status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
CIRI-CIRI KONFLIK

Menurut Wijono( 1993 : 37)


Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam
suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun
kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau
adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku
yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan
terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status,
jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik:
sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan
tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-
psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan
aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat
pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak
yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan,
kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.
JENIS KONFLIK
Menurut Baden Eunson terdapat empat jenis konflik:
1. Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak
dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan
subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara
optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen
kompensasi dan karir.
2. Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat
hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang
perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan
sumberdaya, dan pemasaran.
3. Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas
berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi
pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar
dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi
keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal
lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan
produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya
mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya
manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
4. Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian
pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi
yang tidak jelas.
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan


perasaan.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
5. Konflik juga dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain
sebagai berikut:
* Batasan pekerjaan yang tidak jelas
* Hambatan komunikasi
* Tekanan waktu
* Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
* Pertikaian antar pribadi
* Perbedaan status
* Harapan yang tidak terwujud
TAHAP PERKENALAN KONFLIK

1. Konflik masih tersembunyi (laten)


2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan
konflik yang dapat dirasakan (felt conflict).
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest
behavior)
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
6. Akibat penyelesaian konflik.
SUMBER-SUMBER KONFLIK

1. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai


(goal conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal
conflict), yaitu:
* Approach-approach conflict
* Approach-Avoidance Conflict
* Avoidance-Avoidance Conflict
2. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya
perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung
jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan
yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
SUMBER-SUMBER KONFLIK

Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari


munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi misalnya
adanya:
1. Pemecahan masalah secara sederhana.
2. Penyesuaian/kompromi.
3. Tidak sepakat.
4. Kalah/menang.
5. Pertarungan/penerbangan.
6. Keras kepala.
7. Penyangkalan.
PENGELOLAAN KONFLIK

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :


1. Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami
peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus
mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat
dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : perawat junior yang berprestasi
dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,
sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3. Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk
menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam
kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal
penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para
manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat
merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka
telah mendengarkan.
METODE PENYELESAIAN KONFLIK

1. Dominasi & Penekanan


# DOMINASI atau KEKERASAN yang BERSIFAT PENEKANAN OTOKRATIK.
Ketaatan harus dilakukan oleh fihak yang kalah pada otoritas yang lebih
tinggi atau kekuatan yang lebih besar.
# MEREDAKAN atau MENENANGKAN, metode ini lebih terasa diplomatis
dlm upaya menekan dan meminimalkan ketidaksepahaman.
2. Kompromi / Jalan Tengah
# PEMISAHAN, pihak-pihak yg berkonflik dipisah sampai menemukan solusi
atas masalah yg terjadi
# ARBITRASI, adanya peran orang ketiga sbg penengah untuk penyelesaian
masalahKembali ke aturan yang berlaku saat tdk ditemukan titik temu antara
kedua fihak yg bermasalah.
3. Pemecahan Masalah Integratif
# KONSENSUS, sengaja dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik, bukan
hanya menyelesaikan masalah dgn cepat
# KONFRONTASI, tiap fihak mengemukakan pandangan masing-masing
secara langsung & terbuka.
# PENENTU TUJUAN, menentukan tujuan akhir kedepan yang lebih tinggi
dengan kesepakatan bersama.
RELASI ANTAR KELOMPOK
HUBUNGAN KERJA SAMA
Kerja sama ini bisa terjadi jika para individu di dalam kelompok memiliki
kesadaran bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat
yang sama mereka memiliki pengetahuan yang cukup serta bisa
mengendalikan diri mereka sendiri untuk bisa mencapai tujuan bersama.

AKOMODASI
Dalam hubungan ini terjadi keseimbangan dalam interaksi yang terjadi
antar kelompok dalam hal norma dan nilai sosial yang berlaku. Artinya,
kelompok yang berinteraksi di sini bisa saling menyesuaikan diri sehingga
bisa tercipta keseimbangan dan keselarasan.

ASIMILASI
Asimilasi adalah hubungan antar kelompok yang bersifat asosiatif, dimana
terjadi usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di antara
kelompok tersebut. Dalam hubungan ini juga terjadi usaha untuk
memperkuat kesatuan tindakan, sikap, hingga proses-proses mental demi
menjaga kepentingan dan tujuan mereka bersama.
AKULTURASI
Yaitu proses sosial menyatukan kelompok manusia yang memiliki
kebudayaan tertentu dengan kelompok lain yang memiliki kebudayaan
yang berbeda. Kebudayaan yang berbeda ini lama kelamaan akan
diterima dan melebur atau diolah agar sesuai dengan kebudayaannya
sendiri. Peleburan atau penyesuaian ini tidak akan menghilangkan unsur
masing-masing kebudayaan.

PERSAINGAN
Di poin ini adalah hubungan antar kelompok yang bersifat disosiatif.
Dalam persaingan, proses sosial yang terjadi adalah para individu atau
kelompok di dalam lingkungan tersebut saling bersaing untuk bisa
mendapat keuntungan atau tujuan yang sama.

KONTRAVENSI
Kontravensi adalah hubungan antar kelompok yang berada di tengah
antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi adalah sikap mental
yang tidak terlihat atau tersembunyi. Misalnya, perasaan tidak suka,
benci atau curiga suatu kelompok terhadap kelompok lain.
PERTENTANGAN
Hubungan yang satu ini mungkin merupakan hubungan yang paling tidak sehat.
Dalam pertentangan, hubungan disosiatif tidak hanya terjadi secara mental,
melainkan sudah secara langsung ‘menyerang’ kelompok lain.
Dalam pertentangan, terjadi proses sosial dimana kelompok tertentu berusaha
mencapai tujuannya dengan menantang kelompok lawannya melalui ancaman
maupun kekerasan.

PRASANGKA
Prasangka bisa timbul akibat adanya kompetisi atau persaingan antar kelompok sosial
yang berbeda untuk bisa meraih kesempatan atau sumber daya yang terbatas (Baron &
Byrne, 1991). Prasangka ini muncul dan berkembang sebagai hasil dari perjuangan
kelompok dalam mendapatkan tujuan atau sumber daya yang diinginkan.

PERBANDINGAN SOSIAL
Suatu kelompok pasti melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Apakah dirinya
(kelompok tersebut) merupakan kelompok yang terbaik atau perlu dilakukan suatu
aktivitas untuk meningkatkan kualitas kelompok dan lain sebagainya. Penilaian ini
tidak mungkin dilakukan tanpa pembanding. Maka, biasanya sebuah kelompok akan
melakukan perbandingan dengan kelompok lain dengan menggunakan kelompoknya
sendiri sebagai acuan utama.
SALING MENILAI HARGA DIRI KELOMPOK
Perbandingan sosial yang dilakukan di poin sebelumnya memiliki tujuan,
salah satunya untuk membentuk harga diri kelompok yang baik.
Dalam hal ini kelompok tersebut akan membesar-besarkan kualitas
kelompoknya sendiri sementara kelompok lainnya dianggap sebagai
kelompok yang inferior.
Hal ini disebut sebagai ingroup bias, yang memang secara alamiah dapat
terjadi dalam hubungan antar kelompok. dalam ingroup bias ini terjadi
kecenderungan untuk menilai kelompok lain memiliki sifat yang negatif dan
tidak lebih baik daripada kelompoknya sendiri.

DOMINASI
Terkadang sebuah kelompok memiliki ambisi atau keinginan untuk
menguasai kelompok lain. Hal ini disebut dominasi. Dalam hubungan
dominasi, maka satu kelompok akan berusaha menguasai kelompok lainnya
agar mengikuti tujuannya. Menurut Kornblum, terdapat beberapa proses yang
mungkin terjadi dalam usaha dominasi kelompok, misalnya pengusiran
kelompok lain, hingga mengambil alih kelompok lain dan menghilangkan
unsur kebudayaan dalam kelompok tersebut.
PATERNALISME
Paternalism hampir sama dengan poin sebelumnya, yaitu masih berkaitan
dengan dominasi kelompok. namun, di poin ini yang terjadi adalah dominasi
dilakukan oleh kelompok yang baru atas kelompok yang lebih lama.
Misalnya, dalam perkotaan kelompok pendatang lebih mendominasi
dibandingkan kelompok pribumi.
Contoh lainnya adalah ketika terjadi penjajahan, kelompok pribumi yang
lebih besar dikuasai oleh kelompok penjajah yang lebih kecil.

PLURALISME
Berbeda dengan dua poin sebelumnya, dalam pluralisme dikenal sebagai
hubungan antar kelompok yang memahami bahwa ada perbedaan serta
menerima perbedaan tersebut.
Masing-masing kelompok saling menghormati perbedaan yang ada serta
tidak berusaha mendominasi ataupun mempengaruhi kebudayaan kelompok
lainnya.
KELOMPOK DALAM KONTEKSNYA
TEMPAT: SETTING KELOMPOK
Merupakan tempat atau lokasi yang digunakan oleh kelompok
tersebut.
Contoh : kelompok masyarakat maka tempat atau setting
kelompoknya adalah daerah tempat kelompok tersebut tinggal

LOKASI: TERITORIAL KELOMPOK


Dalam suatu kelompok masyarakat, tentunya terdapat
tempat/wilayah/ suatu kelompok masyarakat berada pada suatu
teritorial. Teritorial itu adalah daerah atau wilayah yang di
tempati oleh suatu kelompok masyarakat dengan tetap.
Contoh : kelompok masyarakat maka lokasi atau teritorial adalah
wilayah yang di tempati oleh masyarakat untuk melakukan
interaksi sesama anggota masyarakat.
RUANG: EKOLOGI KELOMPOK
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk
hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Secara harfiah, ekologi adalah pengkajian hubungan organisme
atau kelompok terhadap lingkungannya yaitu apa yang ada, apa
yang terjadi di alam, tidak melakukan percobaan. Ekologi dalam
kelompok masyarakat dapat kita lihat dalam kegiatan gotong
royong. Gotong royong ini pula selain interaksi antara kelompok
dan lingkungan terjadi pula interaksi antara individu-individu.
Kelompok masyarakat memberikan timbal balik terhadap
lingkungan berupa gotong royong dalam membersihkan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Yusmar Yusuf. 1989. Dinamika Kelompok. Bandung : Armico.


Cremer, H. Wand Siregar M.F. 1993. Proses Pengembangan Diri;
Permainan dan latihan dinamika kelompok. Jakarta :
Grasindo.
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai