Anda di halaman 1dari 119

PEMERIKSAAN FISIS

DIAGNOSTIK PARU

Noni Soeroso
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi
Fakultas kedokteran USU
RSUP Adam Malik
ANAMNESIS : IDENTITAS PRIBADI

 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Pekerjaan
 Tempat tinggal
 Status perkawinan
 Tanggal masuk RS
 Waktu masuk RS
Autoanamnesis

ANAMNESIS

Alloanamnesis
Batuk
Batuk darah
1. SYMPTOM Nyeri dada
Sesak napas

Inspeksi
Palpasi
2. FISIK DIAGNOSTIK Perkusi
Auskultasi

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tahap III: Anamnesis Penyakit
KELUHAN UTAMA
 Menanya pasien/ keluarganya kenapa dia datang ke dokter

 Pernyataan pasien dengan kata-katanya sendiri

 Hindarkan mengartikan keluhan utama dengan langsung


menuliskan diagnosis pada status pasien

 Beberapa pasien mendiagnosis penyakitnya berdasarkan


keluhan yang serupa dengan teman atau keluarganya

 Beberapa pasien menyebutkan banyak alasan kenapa dia


datang sehingga keluhan utama kadang tidak disebutkan
Tahap III: Anamnesis Penyakit

 Batuk (berdahak atau tidak)


 Sesak nafas (mengi ada atau tidak)
CARDINAL
 Nyeri dada SYMPTOM
 Batuk berdarah

Associated symptoms
 Demam , keringat malam
 Mendengkur (Snoring) Obesitas 80 %
 The Epworth Sleepiness scale
 Suara serak (hoarseness)
 Stridor
 Ankle swelling
Kardiopulmonary (kardinal
symptom)
 Batuk
 Sudah berapa lama ( < 2 minggu , > 2-3 minggu)
 Apakah disertai dahak (warna, bau, konsistensi, jumlah dahak)
 Kapan batuk terutama dirasakan (pagi/siang/malam/ setiap
saat)
 Apakah berhubungan dengan pekerjaan
 Apakah membaik dengan obat tertentu
BATUK
Batuk suatu ekspirasi paksa yang terkoordinasi, diselingi
dengan penutupan glotis secara berulang-ulang. Otot-otot
ekspirasi berkontraksi melawan glotis yang tertutup
sebagian, sehingga menimbulkan tekanan tinggi di dalam
paru-paru. Kalau glotis tiba-tiba membuka, arus udara
eksplosif yang membersihkan saluran pernapasan.

Klasifikasi batuk berdasarkan


1. Etiologi
2. Waktu
3. Sputum (dahak)
BATUK
AKUT < 2 – 3 MINGGU KRONIK > 8 MINGGU

FOTO TORAKS FOTO TORAKS

FOTO TORAKS FOTO TORAKS FOTO TORAKS FOTO TORAKS


NORMAL ABNORMAL NORMAL ABNORMAL

• Viral respiratory • Pneumonia • GORD : • Lung tumour


tract infection • Inhaled foreign gastrointestinal • TB paru
• Bacterial body reflux disease • ILD
infection • Acute extrinsic • Asthma • Bronkiektasis
• Inhaled foreign allergic alveolitis • Postviral bronchial
body hiperactivity
• Inhalation of • Sinusitis
irritant • Smoking
dusts/fumes • ACE inhibitor
• Irritant
dusts/fumes
WAKTU (TIMING)
 Batuk pada waktu pagi : Bronkitis kronis / PPOK
 Batuk pada waktu malam : Asma
 Batuk pada siang hari : Post nasal drip (sinusitis
kronik) dan GORD
 Batuk kering pada penggunaan ACE inhibitor
 Batuk pada ketika setelah meminum air mengarah
ke kelainan neuromuskular di orofaring.
Patogenesis batuk
1. Nocturnal asma :
 Penurunan suhu di saluran napas (anak)
 Perubahan susunan syaraf otonom dimana
terjadi peningkatan bronkoskonstriksi
parasimpatis dan penurunan bronkodilatasi
NANC (non adrenergic non cholinergic)
 Peningkatan tonus parasimpatik meningkat
pada malam hari
 Irama sirkadian konsentrasi hormon dalam
darahdan tonus vagal mempengaruhi otot polos
saluran napas.
2. Batuk pada pagi hari : Bronkitis kronik / PPOK
SPUTUM
 Warna dahak :
 Mucoid sputum ( putih, abu-abu ): bronkitis kronis / PPOK
 Kuning : acute lower respiratory tract infection
 Hijau : Infeksi kronis pada PPOK atau bronkiektasis
 Sputum yang pertama diproduksi pada pagi hari pada
penderita PPOK dan berwarna hijau.
 Bau dahak mengarah ke infeksi bakteri anaerob seperti
bronkiektasis, abses paru dan empiema.
Jumlah dahak

 Bronkiektasis : volume banyak


 Tiba-tiba satu waktu memproduksi sputum purulen dgn
volume banyak pada mengarah ruptur abses paru atau
empiema
 Penderita dengan tiba-tiba sesak dan batuk dengan volume
yang banyak berwarna merah jambu mengarah ke diagnosis
edema paru tetapi dapat terjadi dalam beberapa minggu
(bronchorrhoea) mengarah ke alveolar cell cancer.
Suara batuk
1. Suara batuk (kering atau berdahak) menunjukkan adanya
gangguan dalam saluran bronkus / bronkiolus

2. Suara mengi (wheezing) suara napas seperti musik yang


terdengar selama masa inspirasi dan ekspirasi karena
terjadinya penyempitan jalan udara

3. Stridor Suara napas yang berkerok secara teratur


terjadi krn penyumbatan daerah laring . Stridor dpt
inspiratoir / ekspiratoir. Yang terbanyak adalah stridor
inspiratoir. Yang terbanyak adalah Tumor, Peradangan
pada trakea, benda asing di trakea
4. Suara Serak (Hoarseness)
Terjadi karena kelumpuhan pada syaraf laring atau
peradangan pada pita suara.

DD hoarseness :
 Infeksi spesifik
 Infeksi non spesifik
 Keganasan
Tahap III: Anamnesis Penyakit

 Batuk berdarah
 Sudah berapa lama terjadi
 Apakah pernah terjadi sebelumnya
 Kira-kira berapa banyak darahnya
 Darah (merah terang, merah gelap, merah jambu berbuih,
dibatukkan, bercampur dahak yang kental)
BATUK DARAH ( Hemoptisis )
 Hemoptisis Ekspektorasi darah atau dahak
yang berdarah, berasal dari saluran napas di
bawah pita suara.
 Etiologi :
1. Infeksi (bakteri, mikobakteria, jamur, dll)
2. Neoplasma
3. Trauma dan benda asing
4. Kelainan kardiovaskuler
PENYEBAB HEMOPTYSIS
1. Tumor : Maligna : kanker paru
Benign: Tumor karsinoid
2. Infeksi :
• Bronkiektasis
• TB paru
• Abses paru
• Mycetoma
• Kistik fibrosis

3. Vaskular : Infark paru , Good pasteur’s syndrome


4. Trauma : Aspirasi benda asing, trauma toraks, iatrogenik
5. Cardiac : Penyakit katup mitral, Acute left ventricular failure
6. Hematologi : Antikoagulasi dll.
DURASI DAN FREKUENSI
 Bronkiektasis menyebabkan hemoptisis intermittent yang berhubungan
dengan infeksi saluran napas selama beberapa tahun.

 Hemoptisis dialami setiap hari dijumpai pada :


 Kanker paru
 TB paru
 Abses paru

 Hemoptisis pada satu waktu dgn jumlah yang banyak disertai nyeri
dada dan sesak napas tromboemboli paru dan infark yang harus
segera dilakukan penanganan selanjutnya
PERBEDAAN HEMOPTISIS &
HEMATEMESIS
Perbedaan Hemoptisis Hematemesis
Prodromal Rasa tidak enak di tenggorokan, Mual, stomach distress
ingin batuk
Onset Darah dibatukkan dapat disertai Darah dimuntahkan, dapat disertai
muntah batuk
Penampilan Berbuih Tidak berbuih
Warna Merah segar Semuanya merah tua
Isi Lekosit, mikroorganisme Sisa-sisa makanan
makrofag hemosiderin laden

Reaksi pH Alkalis Asam


RPD Penyakit paru Peminum lakhol, ulkus peptikum,
penyakit hati
Anemia Kadang-kadang ada Sering terjadi
Feses Test Guaiac (-) Test Guaiac (+)
Tahap III: Anamnesis Penyakit

 Nyeri dada
 Lokasi nyeri dada
 Sudah berapa lama dirasakan
 Bagaimana sifat rasa nyeri (dirasakan pada saat tarik nafas,
nyeri yang terlokalisir)
 Durasi rasa nyeri dada
 Apakah ada penjalaran rasa nyeri
 Apakah membaik dengan obat tertentu
 Apa yang mencetuskan rasa nyeri (aktivitas)
Causes of chest pain
Structure possible cause of pain

Pleura pneumothorax
Pulmonary infarction

Muscle strain (e.g from coughing)

Bone rib fracture or tumour

Nerves Herpes zooster, Pancoast’s syndrome

Heart and great vessels Cardiac ischemia/infarction aortic dissection/aneurysm

oesophagus Spasm, reflux


Definisi

 Dispnea (breathless) adalah keluhan yang sering


memerlukan penanganan darurat tetapi intensitas
dan tingkatannya berbeda-beda.
SESAK NAPAS (PENYEBAB)

FISIOLOGIS PATOLOGI PSIKOLOGIS FARMAKOLOGI


•Olahraga •Paru Cemas Efek obat jantung dan
•Ketinggian •Jantung (hiperventilasi) paru menginduksi
•Anemia sesak napas
•Obesitas

SESAK NAPAS (ONSET)


MENIT JAM - HARI MINGGU - BULAN BULAN - TAHUN
•Tromboemboli paru •Pneumonia •Anemia •PPOK
•Pneumotoraks •Asma •Efusi pleura •Fibrosis paru
•Asma •PPOK eksaserbasi •Penyakit •TB paru
•Aspirasi benda asing neuromuskular
•Acute left ventricular
failure
Posisi
 Orthopnea Dispnea yang terjadi pada posisi
berbaring. Pada umumnya merupakan indikator dari
CHF, perusakan mekanikal dari diafragma
diasosiasikan dengan obesitas, atau asma dipicu
reflux esofageal dan paralisis diafragma bilateral.

 Platipneu Dispnea yang terjadi pada posisi


tegak dan akan membaik jika penderita dalam
posisi berbaring. Keadaan ini terjadi pada
abnormalitas vaskularisasi paru seperti pada
COPD berat.
 Trepopneu Jika dengan posisi bertumpu
pada sebuah sisi, penderita dispnea dapat
bernafas lebih enak. Hal ini dapat ditemui pada
penyakit jantung.

Exertional Dispnea dispnea yang
disebabkan karena melakukan aktivitas.
Intensitas aktivitas dapat dijadikan ukuran
beratnya gangguan nafas.

Nocturnal dyspnea mengindikasikan CHF
atau asma.
.
 Intermittent episodes of dyspnea menunjukkan
episode dari iskemi miokard, bronkospasme,
atau embolisme pulmonary
Nafas berbunyi (mengi)
 Sudah berapa lama dirasakan
 Apakah pernah terjadi sebelumnya

 Kapan terutama dirasakan ( waktu tertentu,


setiap saat)
 Apakah berhubungan dengan aktivitas,
perubahan cuaca, lingkungan, influenza,
penyakit tertentu
 Apakah membaik dengan obat tertentu
Tahap III: Anamnesis Penyakit

Menelusuri / menelaah keluhan penyerta


 Apakah ada demam:
 waktu (pagi/malam) , derajat demam (subfebris / demam tinggi),
pola demam (intermitten, continues, remitten), disertai menggigil
( +/- ), keringat malam ( +/- )
 Malaise, kurang nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Atau hal lain (sulit menelan, dll)
Tahap III: Anamnesis Penyakit
Menelusuri/ menelaah:
 Riwayat penyakit terdahulu (pernah sakit apa saja)
 Apakah pernah operasi? ( torakotomi, bekas luka
pemasangan WSD, dll)
 Riwayat pengobatan (nama obat, dosis, berapa lama
dimakan, keteraturan memakan obat)
 Pemakaian obat sekarang :
 Hipertensi, obat beta blocker, antiinflamasi, pil kontrasepsi,
obat2an lainnya
 Riwayat alergi obat (ya/tidak), efek yang ditimbulkan, kapan
kejadian tersebut
Temperature Classification
 Normal 36.5–37.5 °C (97.7–99.5 °F
 Hypothermia <35.0 °C (95.0 °F)
 Fever >37.5–38.3 °C (99.5–100.9 °F
 Hyperthermia >37.5–38.3 °C (99.5–
100.9 °F
 Hyperpyrexia >40.0–41.5 °C (104–
106.7 °F)
TYPES
 Continuous fever : Temperature remains above
normal throughout the day and does not fluctuate
more than 1 °C in 24 hours, e.g. lobar pneumonia,
typhoid, unrinary tract infection, brucellosis or
thypus. Typhoid fever may show a specific fever
pattern, with a slow stepwise increase and a high
plateau. (Drops due to fever-reducing drugs are
excluded.)

 Intermittent fever: The temperature elevation is


present only for a certain period, later cycling back
to normal, e.g. malaria, kala-azar, pyaemia or
septicemia.
 (Intermittent fever) Following are its types
 Quotidian fever, with a periodicity of 24 hours,
typical of Malaria
 Tertian fever (48 hour periodicity), typical of Malaria
 Quartan fever (72 hour periodicity), typical of
Plasmodium malariae

 Remittent fever: Temperature remains above


normal throughout the day and fluctuates more
than 1 °C in 24 hours, e.g., infective
endocarditis.
Lanjutan anamnesis penyakit…..

Menelusuri/ menelaah riwayat penyakit keluarga


 Riwayat kontak penderita TB paru
 Asma
 Eksema/atopi
 DM
 Hipertensi
 Tumor
Lanjutan anamnesis penyakit…..

Riwayat sosial :
 Situasi tempat tinggal : jenis rumah ( papan / beton ), berapa
orang yang tinggal di rumah tersebut ( ), tinggal (pedesaan
/ perkotaan ), padat penduduk (+/- ).
 Peliharaan binatang (+/- ), jenis binatang ( )
Lanjutan anamnesis penyakit…..

Menelusuri riwayat merokok


 Berapa batang sehari
 Apa jenis rokoknya
 Cara menghisap rokok
 Sudah berapa lama merokok
 Apakah sudah berhenti merokok
 Sudah berapa lama berhenti

 Index Brigman : ......


Lanjutan anamnesis penyakit…..
 Riwayat konsumsi :
 Alkohol : minum alkohol, berapa botol per hari
 NAPZA : cara konsumsi ( inhalasi/oral/injeksi ), sudah berapa
lama konsumsi

 Riwayat pekerjaan :
 Jenis pekerjaan
 Sudah berapa lama

 Mencatat hal-hal penting dari anamnesis


PEMERIKSAAN FISIK PARU
INSPEKSI SECARA
KESELURUHAN
 Frekuensi pernapasan
 Pola bernapas
 Penggunaan otot-otot bantu pernapasan
(sternokeidomastoideus, pektoralis)
 Tekanan vena jugularis
FISIS DIAGNOSTIK

 CARA BERJALAN
 PENAMPILAN WAJAH
 PENAMPILAN FISIK
INSPEKSI WAJAH
 EDEMA
 CUSHING SYNDROME, EMFISEMA SUBKUTIS,
SINDROMA VENA KAVA SUPERIOR
 MATA :
 ANEMIA
 IKTERUS
 PTOSIS
 MIOSIS
 ENOPTHALMUS
 HIDUNG
 DEVIASI PADA HIDUNG
 PERNAPASAN CUPING HIDUNG

 MULUT :
 SIANOSIS SENTRAL
 PURSED LIPS BREATHING
 LIDAH KOTOR , KANDIDIASIS ORAL
INSPEKSI
KEPALA
 WAJAH : PEMBENGKAKAN
 MATA : ANEMIA, IKTERUS,
PTOSIS, MIOSIS,
ENDOPTALMUS
 HIDUNG : PERNAPASAN
CUPING HIDUNG
 MULUT : PURSED LIPS
BREATHING, SIANOSIS
SENTRAL, ORAL CANDIDIASIS
Anggota gerak (ekstremitas )
SUPERIOR
 Nicotine staining (karat nikotin)
 Clubbing finger
 Hipertropic Pulmonary Osteoarthropathy (HPOA)
 Sianosis perifer
 Edema
 Flapping tremor (ASTERIXIS) Retention CO2
 Kelemahan jari ketika abduksi pleksus brakialis
 Temperatur (akral) hangat / dingin
 Pulsus paradoksus
Raba denyut nadi :
 Takikardia
 Pulsus paradoksus
 Pada fase inspirasi terjadi peningkatan tekanan arteri
>10mmHg , kemungkinan udara terperangkap (air trapping)
pada asma,PPOK eksaserbasi akut. Ketika obstruksi saluran
nafas menurun, variasi itu meningkat ; dan ketika obstruksi
membaik, pulsus paradoksus menurun.
Inferior
 Pitting edema
 Sianosis
 Clubbing finger
PEMERIKSAAN CLUBBING
FINGER
 Sudut Lovibond
 Tanda Schamroth
 Tes Fluktuasi
BENTUK JARI TABUH

Tanda profil atau sudut Lovibond's

www.merck.com/mmhe/sec04/ch039/039b.html
BENTUK JARI TABUH
Tanda Schamroth

Does this patient have clubbing? JAMA 2001;286:341-7


INSPEKSI
Inspeksi toraks

1. Sifat pernapasan
2. Pola pernapasan
3. Bentuk toraks
4. Deformitas pada toraks
5. Pergerakan dinding dada
1. Sifat pernapasan

Orang yang sehat :


 Torako – abdominal
 Abdomino – torakal
2. Pola pernapasan

 Respiratory rate : normal / bradipneu / takipneu


 Irama pernapasan : reguler / irregular
 Kedalaman pernapasan : normal, dangkal,
dalam
 Usaha bernapas (effort of breathing)
Kelainan pola pernapasan
 Pernapasan cepat dan dangkal (tachypnea)
 Pernapasan cepat dan dalam (hyperpnea,
hyperventilation)
 Pernapasan lambat (Bradypnea)
 Pernapasan Cheyne Stokes
 Pernapasan Ataksik (pernapasan Biot)
 Pernapasan Kusmaul
 Penapasan Obstruksi (Obstructive breathing)
3. Bentuk toraks
 Normal : diameter anteroposterior : lateral : 2 : 1
 Barrel chest (dada tong)
 Funnel chest (pectus excavatum = dada cerobong)
 Pigeon chest (pectus carinatum = dada burung /ayam =
chicken breast)

Kelainan tulang belakang:


 Kifosis
 Skoliosis
 Kifoskoliosis
 Gibbus (bongkok)
Dada berbentuk tong
( Barrel Chest )

Funnel chest / Pectus


excavatum
Dada dengan skoliosis berat
PIGEON CHEST FUNNEL CHEST
4. DEFORMITAS PADA TORAKS
 Deformitas kelainan bentuk toraks yang didapat
(acquired) misalnya karena kecelakaan, trauma, dan
lain-lain.

TRAUMA DADA

FLAIL CHEST

keadaan dimana dinding toraks pada daerah fraktur


bergerak secara berlawanan (paradoks) dengan
dinding toraks yang normal

(masuk kedalam pada saat inspirasi dan menonjol keluar


pada saat ekspirasi)
5. PERGERAKAN DINDING DADA

 Cara melakukan pemeriksa berada di bagian belakang pasien


dan menyuruh pasien untuk inspirasi dalam dan ekspirasi
 Tujuan : Untuk melihat pergerakan dinding dada dari klavikula
ketika inspirasi dan ekspirasi simetris
 Interpretasi asimetris : kelainan pada lobus atas
Kelainan dada lain ditemukan

 Kulit: warna, bintik-bintik, spider naevi, tonjolan tumor,


bekas-bekas jaringan parut, luka operasi, bekas
pemasangan WSD
 Bendungan vena:
 venektasi

 vena kolateral

 Emfisema subkutis
 Ginekomastia
 Penyempitan atau pelebaran sela iga
VENA CAVA SUPERIOR SYNDROME ( TUMOR PARU )
Palpasi

1. KELENJAR GETAH BENING


2. TRAKEA
3. TORAKS
1. KELENJAR GETAH BENING

 ANATOMI SISTEM LIMFATIK


 UMUMNYA PEMERIKSAAN PADA LEHER
DAN AKSILA
 INTERPRETASI : UKURAN,
SINGLE/MULTIPLE, KONSISTENSI
(KERAS/KENYAL), MOBILE/IMMOBILE,
NYERI TEKAN (+/-)
PALPASI
- Leher
DIAGNOSIS BANDING PEMBESARAN
KELENJAR GETAH BENING

 Infeksi spesifik
 Infeksi non spesifik.
 Keganasan

 Kelainan paru / mediastinum umumnya


ditemukan pada regio supraklavikula
dibandingkan regio lainnya.
2. PALPASI TRAKEA

 Posisi trakea dapat ditentukan dengan menempatkan ujung


jari II dan jari III yang membentuk huruf V, atau ujung jari II
tangan kiri dan kanan di incisura suprasternalis dan
kemudian menentukan kedudukan gelang-gelang trakea
dalam hubungannya dengan sternum.
 Pergeseran trakea ke satu sisi merupakan petunjuk yang
peka pergeseran posisi struktur mediastinum.
Palpasi : Trakea
INTERPRETASI

 Pergeseran trakea ke satu  trakea akan tertarik ke sisi


sisi merupakan petunjuk yang sakit. / struktur
yang peka pergeseran posisi mediastinum
struktur mediastinum.  atelektasis yang
 Efusi pleura, disebabkan oleh sumbatan
 Pneumotoraks mucus, tumor, atau benda
 empiema
asing yang menyumbat
bronkus,
 Kanker paru terletak di
perifer
3. PALPASI TORAKS

1. Identifikasi daerah nyeri / lesi


2. Menilai tanda-tanda abnormalitas
3. Menilai fremitus taktil
4. Menilai Ekspansi dada
5. Menilai lokasi Iktus kordis
Identifikasi daerah nyeri/lesi

 Rabalah masing-masing iga dan semua bagian


dinding dengan tekanan kuat

Nyeri dan rasa tidak nyaman

Interpretasi :
 Peradangan pleura
 Infark paru
Menilai tanda2 abnormalitas

 tumor ( melekat di dinding dada atau tidak, ukuran,


konsistensi)
 Peradangan

 abses (ditandai dengan fluktasi)

 fraktur iga ( ditandai dengan terdengarnya bunyi


seperti gesekan rambut pada palpasi daerah lesi.
PALPASI TORAKS
 TACTILE FREMITUS (STEM FREMITUS)
 Fremitus terjadi karena getaran suara yang berasal dari
laring menjalar ke bronkus dan mengakibatkan paru dan
dinding dada ikut bergetar.

 Cara memeriksanya adalah dengan meletakkan kedua


sisi ulnar tangan pemeriksa secara simetris di sela iga
dada penderita, kemudian mintalah penderita untuk
mengucapkan kata-kata “satu-dua-tiga” atau “tujuh-
puluh-tujuh” dengan suara yang dalam dan kuat
Fremitus taktil.

Nilai
 Kekuatan getaran suara.
 Bandingkan antara hemitoraks kanan –kiri
 Fremitus normal hantaran kanan dan kiri
sama
Palpasi : Ekspansi dada
 Letakkan kedua ibu jari pemeriksa di prosesus sifoideus
penderita dan jari-jari lain di arcus costa. Kemudian gerakkan
kedua ibu jari sedikit kearah medial agar terdapat lipatan kulit
diantara kedua ibu jari. Mintalah penderita untuk melakukan
inspirasi maksimal. Perhatikan pergerakan kedua ibu jari yang
menjahui garis tengah saat dinding dada mengembang dan
lihat apakah pergerakannya simetris atau tidak.
Palpasi : Ekspansi dada
 Letakkan kedua ibu jari
pemeriksa digaris midspinal
setinggi T10 (karena setinggi
T10, paru-paru paling
mengembang) dan jari-jari lain
di arcus costae. Kemudian
gerakkan kedua ibu jari sedikit
kearah medial agar terdapat
lipatan kulit diantara kedua ibu
jari.
Iktus kordis
 Orang yang kurus terlihat iktus kordis
 Palpasi iktus kordis lokasi normal
 Kelainan ????
PERKUSI TORAKS
 Batas paru-jantung
 Batas paru-hati, bunyi sonor dari paru selanjutnya
menjadi redup pada garis midklavikula yaitu pada
sela iga 6. Peranjakan antara ekspirasi dan inspirasi
yang normal adalah 2 jari.
 Batas paru-lambung : perubahan sonor ke timpani
pada garis aksila anterior, biasanya pada sela iga 8,
batas ini sangat tergantung dari ada tidaknya isi
lambung.
 Batas paru belakang bawah ditentukan pada garis
skapula. Biasanya setinggi vertebra torakalis 10
untuk paru kiri, dan 1 jari lebih tinggi dari paru kanan.
PERKUSI
AUSKULTASI

SUARA PERNAPASAN
SUARA TAMBAHAN
Stetoskop mempunyai 2 kepala :
 Bel mendeteksi bunyi dgn nada rendah
 Diafragma mendeteksi bunyi dengan tinggi nada lebih
tinggi
AUSKULTASI
 menilai aliran udara yang melalui cabang
trakeobronkial, mendeteksi obstruksi, dan
menilai keadaan paru pada rongga pleura
secara umum.

Empat suara pernapasan yaitu


 Trakeal
 Bronkial
 Bronkovesikuler
 Vesikuler
PENILAIAN
Normal
 Suara Napas melemah – menghilang
 Suara tambahan :
 Ronki basah (crackles)
 Wheeze

 Amphorik

 Pleural friction rub

 Succutio Hipocrates

 Egofoni

 Bronkofoni VOKAL FREMITUS


 Whispered pectorilque
RONKI BASAH/ Crackles /
Rales
 early inspiratory crackles
 late inspiratory crackles
 Fine crackles ( ronki basah halus )
 Medium crackles ( roni basah sedang )
 Course crackles ( ronki basah kasar )
Wheeze
 monophonic / poliphonic
 high picth / low picth
 localized / generalized

PLEURAL FRICTION RUB


 suara yang terdengar berkeretak (cracking) dan bergesek
(grating) yang timbul karena pergesekan pleura visceralis
dan pleura parietalis selama pernapasan.
Pada toraks normal , dapat didengar empat
jenis suara napas
1. Vesikuler
2. Bronkovesikuler
3. Bronkial
4. Trakeal
1. Vesikuler normal
 Ini adalah bunyi yang relatif lembut, bernada rendah,
kadang kala dideskripsikan sebagai bunyi helaan napas
atau desiran lembut

 suara ini terdengar pada sebagian besar bagian perifer


paru-paru. Fase inspirasi jelas lebih panjang dibandingkan
fase ekspirasi, perbandingan sekitar 3:1.
INSPIRASI EKSPIRASI

TINGGI NADA

VESIKULER
VESIKULER NORMAL VESIKULER KERAS LEMAH
2. Bronkial.
 Suara dengan karakteristik keras dan bernada tinggi ini
menyerupai suara udara yang bertiup melewati suatu pipa
kosong.

 Fase ekspirasinya lebih keras dan panjang dibandingkan


fase inspirasinya.

BRONKIAL
 Normalnya, ini hanya terdengar diatas manubrium sterni,
suara bronkial memiliki ciri lain, yakni terdapat penghentian
nyata diantara fase inspirasi dan ekspirasinya.

 Timbulnya suara bronkial didaerah perifer paru-paru dapat


berarti terdapatnya keadaan abnormal transmisi bunyi
akibat konsolidasi jaringan paru-paru, misalnya pada
pneumonia dan atelektasis
3. Bronkovesikuler.
 Ini adalah gabungan suara bronkial dan vesikular.
 Fase inspirasi maupun ekspirasinya hampir sama panjang
(perbandingannya 1:1).

BRONKOVESIKULER
Dalam keadaan normal terdengar didua tempat :

a. Di anterior, dekat bronki utama pada sela iga pertama dan


kedua, dan
b. Di posterior, antara kedua skapula (interskapulae). Bila
terdengar didaerah lain, mungkin berarti konsolidasi paru-
paru atau kelainan abnormal lainnya.
4. Trakea.
 Suara ini, biasanya tidak didengar dalam auskultasi,
terdapatnya dibagian trakea diluar rongga toraks.
 Bunyinya sangat keras, nadanya sangat tinggi, berkualitas
kosong dan kasar. Fase ekspirasinya agak lebih panjang
daripada fase inspirasinya.

TRAKEAL
SUARA NAPAS ABNORMAL
 Secara kasar suara-suara ini bagi dalam dua golongan
besar :
1. Bunyi-bunyi tambahan seperti ronki basah (crackles), bunyi
mengi (wheeze) , bunyi gesekan pleura (pleural friction
rub); hippocrates succusion.

2. Suara yang disebarkan secara abnormal seperti amphorik,


stridor, egofoni, whispered pektoriloquy, bronkofoni,
pernapasan bronkial dan suara napas yang melemah
abnormal.
Suara-suara tambahan
1. Ronki basah suara nonmusik yang pendek dan
meledak-ledak.
 Berdasarkan kuantitas
ronki basah halus (fine crackles / high pitched)
ronki basah sedang (medium crackles)
ronki basah kasar (course crackles / low picthed)

Ronki basah halus, sedang dan kasar tergantung


besarnya bronkus yang terkena dan umumnya
terdengar pada inspirasi.
Berdasarkan waktu atau menurut siklus respirasi :

 Early inspiratory crackles (ronki basah inspiratori dini)


airway (bronkitis kronis, asma dan emfisema).

 Late / pan - inspiratory crackles (ronki basah inspirasi


lambat) tanda khas penyakit paru restriktif misalnya
fibrosis interstitial, asbestosis, pneumonia, dll.
2. Mengi (wheeze) suara musik paru.
Ini
disebabkan akibat aliran udara yang melewati saluran
napas mengalami penyempitan akibat konstriksi atau
edema atau obstruksi saluran napas parsial.

Klasifikasi mengi

• High pitched • Inspirasi • Terlokalisir • Monophonic


• Low pitched • Ekspirasi • Menyeluruh • Poliphonic
3. Pleural Friction Rub suara yang terdengar berkeretak
(cracking) dan bergesek (grating) yang timbul karena
pergesekan pleura visceralis dan pleura parietalis selama
pernapasan. Ketika inspirasi sering terdengar dibandingkan
ekspirasi.

4. Hippocrates succusion suara cairan pada


hidropneumotoraks yang terdengar bila si pasien digoyang-
goyangkan.
Suara yang disebarkan secara abnormal
1. Stridor suara musik keras, terbanyak terdapat pada
saat inspirasi dan terdengar sangat jelas pada jarak jauh
dari penderita.

2. Amphorik jika terdapat kavitas besar yang letaknya


perifer dan berhubungan terbuka dengan bronkus
terdengar seperti tiupan dalam botol kosong.
FREMITUS VOKAL
 Salah satu pemeriksaan auskultasi dimana penderita
diminta untuk mengucapkan atau membisikkan “satu-dua-
tiga” atau “sembilan-puluh-sembilan” sambil pemeriksa
mendengarkan penghantaran suara tersebut pada dinding
dada dengan stetoskop.

Interpretasi
 Normal fremitus suara akan terdengar bising halus
yang tidak jelas
Ada 3 karakter vokal fremitus
1. Egofoni bicara hidung atau mengembik yang
disalurkan melewati jaringan paru yang padat (misalnya
pneumonia).

2. Bronkofoni penderita menyuarakan “sembilan puluh


sembilan” dan interpretasi abnormal jika kata ini jelas
terdengar dan bukan berupa suara campur aduk yang tak
jelas.
3. Whispered pectoriloquy
 Sewaktu berbisik, pita suara tidak bergetar.
 Suara bisik yang tak terdengar pada dada yang
normal ketika melakukan auskultasi

Interpretasi kelainan jika kita mendengarkan


penderita berbisik “ satu-dua-tiga” terdengar jelas

Anda mungkin juga menyukai