Anda di halaman 1dari 29

CEDERA KEPALA

Oleh :
I K. S. Natha

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2008
Definisi
Trauma kepala / cedera kepala
adalah suatu injuri yang dapat
melibatkan seluruh struktur kepala
mulai dari lapisan kulit kepala,
tulang tengkorak, duramater,
vaskuler otak sampai dengan
jaringan otak sendiri baik berupa
luka tertutup maupun tembus.
Injuri otak traumatik merupakan
insufisiensi otak nondegeneratif,
nonkongenital, akibat kekuatan
mekanik eksternal yang dapat
menyebabkan gangguan kognitif,
fisik, psikologis baik permanen
maupun temporal yang di
hubungkan dengan gangguan
tingkat kesadaran.
MEKANISME CEDERA KEPALA

Akselerasi
Terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala yang
diam
Deselerasi
Terjadi jika kepala membentur objek
yang diam
Kompresi atau penekanan
British Society of Rehabilitation
Medicine membagi cedera kepala
menjadi:

1. Cedera kepala ringan (GCS 14-15)


2. Cedera kepala sedang (GCS 9-13)
3. Cedera kepala berat (GCS 3-8)
Glasgow Coma Scale (GCS)
1. Respon Membuka mata
Spontan :4
Perintah :3
Stimulus Nyeri :2
Tidak ada respon : 1
2. Respon Motorik
Mengikuti perintah :6
Lokalisasi terhadap nyeri :5
Pergerakan widrawl thd nyeri :4
Fleksor (dekortikasi) thd nyeri :3
Ekstensor (deserebrasi) thd nyeri :2
Tidak ada respon :1
3. Respon Verbal

Orientasi terhadap orang, tempat, waktu : 5


Bahasa kacau :4
Kata-kata tidak adekuat :3
Suara tidak dapat dimengerti :2
Tidak ada respon :1
American Congress of Rehabilitation Medicine
mendefinisikan Cedera kepala ringan adalah
gangguan fungsi fisiologis otak akibat trauma
yang dimanifestasikan satu diantara berikut :

 Periode hilangnya kesadaran


 Hilangnya memori kejadian secara tiba–tiba
sebelum atau setelah kejadian.
 Gangguan mental saat terjadi kecelakaan
 Defisit neurologis fokal
 Kriteria lain cedera kepala ringan :
GCS >12
CT Scan normal
Lesi non operatif
LOS < 48 jam

Kriteria cedera kepala sedang :


LOS > 48 jam
GCS 9 – 12
Lesi intracranial operatif
CT Scan -- abnormal
CEDERA KEPALA
 Berdasarkan penyebabnya cedera
kepala dapat dibagi menjadi 2 kategori:
- Cedera kepala primer, terjadi secara
langsung akibat injuri
- Cedera kepala sekunder, terjadi segera
setelah trauma dan dapat berlangsung
untuk waktu lama. Bisa disebabkan oleh
hipoksia, hipovolemia, peningkatan TIK
karena edema cerebral atau hematom
dan infeksi cerebral
Disfungsi Vestibular / Auditory
 Pukulan pada bagian temporal mungkin
tidak menyebabkan fraktur tetapi dapat
menyebabkan hilangnya konduktivitas
atau sensorineural pada pendengaran.
 Hilangnya konduktivitas pendengaran
akibat perforasi timpanik, hemotimpanum,
atau tulang-tulang pendengaran yang
patah (malleus, incus, stappes)
 Hilangnya sensoneural pendengaran
terjadi karena kerusakan sekunder pada
pendengaran bagian dalam (kerusakan
kohlear)
PATAH TULANG TENGKORAK
Hemoragi Intrakranial
 Epidural Hematom : terjadi bila benturan kepala
menyebabkan laserasi pembuluh darah arteri
dan vena dural, selalu disertai fraktur tulang
dan robeknya arteri meningeal.
 Subdural hematom ; terjadi pada pasien dengan
injuri pada vena kortikal atau arteri
menyebabkan cedera otak berat.
Mortality rate : 60 – 80%.
 Hemoragi Intracerebral, merupakan akibat
sekunder laserasi parenkim cerebral atau
kontusio pembuluh darah otak yang lebih besar
dan lebih dalam.
 Hemoragi Intraventrikular
Menyebabkan cedera otak berat – prognosis
tidak baik
 Hemoragi subarakhnoid ; Akibat sekunder
rupturnya aneurisma karena laserasi pembuluh
darah mikrosuperfisial pada ruang
subarakhnoid.
 Hemoragi subarakhnoid dapat menyebabkan
hidrosefalus communikata jika darah
menyumbat villi arakhnoid atau menyebabkan
hidrosefalus non komunikata bila
clot/gumpalan darah menyumbat ventrikel
ketiga atau keempat ;
- Hematoma epidural
- Hematom subdural
- Hematoma intraserebral
Coup & Countercoup

Coup terjadi pada area yang


mengalami benturan langsung
pada kepala
Countrecoup terjadi pada sisi
berlawanan dari area yang
mengalami benturan.
 Peningkatan Tekanan Intra Kranial :
Trauma berat menyebabkan
peningkatan TIK, Peningkatan TIK juga
menyebabkan hipoksia serebral,
iskemia serebral, edema serebral,
hidrosefalus dan herniasi otak.
 Edema Otak
Edema disebabkan oleh peningkatan
transmiter neurochemical dan
peningkatan TIK
Kerusakan barier otak dan kelemahan
autoregulasi vasomotor menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak.
Hidrosefalus
Hidrosefalus komunikata lebih
sering terjadi pada cedera otak.
Herniasi Otak
Herniasi supratentorial dapat
mengiringi terjadinya kompresi
mekanik secara langsung dengan
adanya akumulasi massa atau
peningkatan TIK
Herniasi Cerebellar
Injuri ini ditandai dengan herniasi
infratentorial dimana tonsil
cerebellum terdorong melalui
foramen magnum dan menekan
medula yang menyebabkan
bradikardia dan gagal pernapasan
MANAJEMEN CEDERA KEPALA
 MANAJEMEN CEDERA KEPALA PADA PASIEN TIDAK SADAR
Lakukan pengkajian lengkap airway, breathing dan sirkulasi (A,B,C)

1. Lakukan resusitasi jika perlu. Perlu diingat resusitasi yang tidak


adekuat menyebabkan injuri otak sekunder yang lebih berat.
- Panggil bantuan
- Pasang cervical collar
- Bersihkan jalan napas (keluarkan debris, dan pasang
orofaringeal)
- Berikan oksigen aliran tinggi
- Lakukan intubasi
- Pastikan pernapasan adekuat
-Pasang monitor jantung, catat HR, TD, RR dan temperature,
Apakah sirkulasi adekuat atau pasien dalam keadaan syok?.
-Atasi hipotensi dengan pemberian cairan kristaloid. Tapi perlu
diingat terlalu banyak cairan menyebabkan edema otak berat.
Hentikan pemberian jika ps normotensive
-Berikan darah bila perlu, periksa gula darah dg glukostik dan
berikan glukosa jika kadar GDA menurun
- Periksa BGA
2. Hiperkapnia menyebabkan vasodilatasi cerebral
dan meningkatkan TIK. Koreksi Ventilasi
3. Periksa adanya bradikardia dan hipertensi,
merupakan tanda peningkatan TIK
4. Kurangi faktor-faktor sistemik yang
menyebabkan cedera otak sekunder
5. Kaji riwayat trauma dengan menanyakan pada
crew ambulance, saksi, keluarga.
 Apakah pasien mengalami perubahan kesadaran
setelah trauma?
 Adakah riwayat obstruksi jalan napas?
 Bagaimana mekanisme injuri dan kecepatan saat
terjadi benturan?
 Kaji secara lengkap riwayat penyakit dan
pengobatan
6. Catat GCS dan periksa ulang secara
teratur (tiap 15 manit). Periksa respon
pupil
7. Periksa muka, kulit kepala, laserasi,
memar dan deformitas. Jangan lupa
pemberian tetanus profilaksis
8. Periksa telinga adakah darah, cairan
cerebrospinal atau hemotimpanum, mrp
tanda fraktur basis cranii.
Tanda lain fr basis cranii adanya racoon
eyes, battle sign, rhinorrhoea.
9. Cek ulang jalan napas, hindari retensi
pada pasien lepaskan baju.
10. Lakukan pemeriksaan foto Ro, CT scan
MANAJEMEN TRAUMA KEPALA PADA PASIEN
SADAR

 Kaji riwayat trauma, lakukan


pemeriksaan dan investigasi untuk
mengidentifikasi pasien
 Kaji apakah pasien dapat mengingat
kejadian, apakah terjadi amnesia
retrograd atau aterograd?
 Pd orang tua cedera kepala akan
menyebabkan gangguan jantung atau
cerebrovaskuler yang memerlukan
perhatian khusus.
Lakukan pemeriksaan sama dengan
pasien yang mengalami cedera
kepala berat

Hati-hati pada pasien intoksikasi


karena alkohol atau obat.
Jika ragu lakukan observasi
 Lakukan foto Ro/ CT Scan
Indikasi Pasien yang dilakukan CT
Scan :
- Koma setelah resusitasi
- Mamburuknya GCS
- Adanya fraktur tengkorak yang
disertai dengan :
1. Gangguan kesadaran
2. Kejang
3. Gangguan neurologis
- Fraktur tulang kepala terbuka
(Termasuk Basis Cranii)
Pemeriksaan Diagnostik
 CT Scan
 Rontgen
 Gas Darah Arteri ; mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
 Kimia/ elektrolit darah
 Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin
bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
 Pungsi lumbal,CSS
 MRI : sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras
 Angiografi Serebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral,
seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan,
trauma
 EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
 BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : Menentukan fungsi
korteks dan batang otak
 PET (Positron Emission Tomografi) : menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak.
PENGKAJIAN PASIEN CEDERA KEPALA

DATA SUBJEKTIF :
Keluhan pasien, tanyakan
mekanisme kejadian kepada saksi,
crew ambulance, keluarga, muntah,
amnesia, Riw penyakit.
 DATA OBJEKTIF

A : Airway ; Periksa kepatenan jalan napas pasien


B : Breathing ; Frekuensi pernapasan, Kualitas
pernapasan.
C : Circulation ; Frekuensi nadi, Kualitas, Tekanan
darah, Warna kulit, Akral dingin / hangat.
D : Disability ; GCS, Pupil
E : Eksposure ; Laserasi, hematom, Luka pemyerta.
F : Full Vital Signs ; TD, N, R, S.
G : Give Confort ; Apakah pasien memerlukan
pengaman, bidai, selimut ?
H : Head to Toe Assesment
I : Inspeksi ; Adakah trauma Tulang belakang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan Jalan napas tidak
efektif
Resiko terjadinya aspirasi
Gangguan perfusi jaringan
cerebral
Pola napas tidak efektif
Perubahan persepsi sensori
Resiko tinggi terjadinya infeksi

Anda mungkin juga menyukai