XII-Tkr
PKI di Madiun
Pergolakan dan
DI/TII
pemberontakan APRA
yang mengancam
PRRI/Permesta
integrasi bangsa
Andi azis
RMS
Pemberontakan PKI di Madiun
1948
Latar Belakang
26 Februari 1948
pemerintah).
Pemberontakan PKI di Madiun
1948
18 September 1948
PKI berhasil merebut Madiun; memproklamasikan
berdirinya
“Soviet Republik Indonesia”.
19 September 1948
PKI menguasai : markas CPM Siliwangi, markas SPDT,
STM, Tangsi Polisi, menangkap para perwira TNI AD dan
RRI dijadikan siaran propaganda PKI
Gerakan darul islam/tentara islam indonesia
Menamakan diri
Kesatuan Rakjat Menyerang pos
Jang Tertindas kesatuan ABRI
1963
Maret 1965 Ibnu
Hajar menyerahkan pemberontakan
diri dan dihukum Ibnu Hajar
mati ditumpas TNI
Apra (angkatan perang ratu adil)
Sedangkan PERMESTA
(Perjuangan Rakyat Semesta )
di Sulawesi Utara dipimpin oleh
D.J. Somba dan Kolonel Ventje
Pemerintahan Revolusioner
Sumual.
Republik Indonesia ) dipimpin
oleh Kolonel Ahmad Husen
10 Februari 1958
Ahmad Husein menuntut agar Kabinet Djuanda
mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24 jam, dan
menyerahkan mandatnya kepada presiden.
02 Maret 1957
Panglima tentara
dan teritorium VII
letnan Kolonel Ventje
Sumual
memproklamasikan
berdirinya Piagam
Perjuangan Semesta
(Permesta).
KSAD melaksanakan Operasi militer Gabungan (Operasi 17
Agustus). April 1958
Pemerintah melancarkan Operasi Sapta Marga)
Agustus 1958
Gerakan PERMESTA baru dapat dilumpuhkan Agustus
1walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.
958
Gerakan PERMESTA baru dapat dilumpuhkan
ANDI AZIS
Andi Azis adalah seorang mantan Letnan KNIL dan sudah masuk
TNI dengan pangkat Kapten. Ia menyandang gelar pemberontak
akibat perjuangannya untuk mempertahankan existensi Negara
Indonesia Timur
Faktor yang Menyebabkan Pemberontakan
1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab
atas keamanan di Negara IndonesiaTimur
2. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
3. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
4. Kapten Andi Aziz termakan hasutan Mr. Dr. Soumokil yang
25 April 1950
di Ambon diproklamasikan
berdirinya Republik Maluku
Selatan (RMS) yang
dilakukan oleh Dr. Chistian
Robert Steven Soumokil,
mantan Jaksa Agung
Negara Indonesia Timur
dibantu oleh Manusama
Soumokil tidak setuju atas
terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bahkan ia
sendiri tidak menyetujui
penggabungan daerah-daerah
negara Indonesia Timur menjadi
kekuasaan RI. Ia berusaha
melepaskan wilayah wilayah
Maluku Tengah dari NIT.
Pemerintah mengutus Dr. Leimena untuk mengajak
berunding, namun gagal pasukan ekspedisi di
bawah pimpinan Kolonel A. E. Kawilarang
dikirimkan ke Ambon. 28 September 1950
pasukan ekspedisi mendarat di Ambon dan bagian
utara pulau itu berhasil dikuasai. 2 Desember 1963
Dr. Soumokil berhasil ditangkap
21 April 1964 diadili oleh Mahkamah Militer Laut
Luar Biasa dan dijatuhi hukuman mati.