Anda di halaman 1dari 37

ISSUE, ASPEK LEGAL DAN

TANTANGAN PROFESI DALAM


PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
DI ERA GLOBALISASI

Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS.,Ph.D


PPNI Jawa Barat

Disampaikan pada seminar keperawatan dengan tema “Indonesia merawat, masyarakat sehat
dalam praktik keperawatan mandiri” diselenggarakan oleh DPD PPNI Kota Bandung, 18 Maret
2018
LATAR BELAKANG: PERLUKAH PRAKTIK MANDIRI
PERAWAT?
Permasalahan Kesehatan di Indonesia
• IPM Indonesia urutan 121 dari 186 negara, dibawah
negara tetangga (Singapura, Brunai, Malaysia,
Thailand, Philipina) (UNDP< 2013)
• AKI Indonesia masih 359 per 100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2012), 5 tahun sebelumnya (2007) 228 per
100.000 kelahiran hidup. Singapura 3, Brunei 24,
Malaysia 29, Thailand 48, Vietnam 59, dan Filipina 99
• Lebih dari 400 anak meninggal di Indonesia setiap hari
(UNICEF, 2012), 17,9 % balita kekurangan gizi
(Riskesdas, 2010)
• Double burden : Infeksi (TB, HIV, Malaria, DBD, Diare)
+ degeneratif (CV, stroke, DM, HT, kanker)
• Neglected diseases: filariasis, kusta, frambusia
• Bencana: karena alam dan karena ulah manusia
• Disparitas akses ke layanan kesehatan
• Distribusi tenaga kesehatan yang belum ideal
3
LATAR BELAKANG: PERLUKAH PRAKTIK MANDIRI
PERAWAT?

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang


dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa
Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis (SKN, 2012)
Sebagai pelaksana upaya kesehatan,
diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan
kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan
merata, sesuai tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan.
LATAR BELAKANG: PERLUKAH PRAKTIK MANDIRI
PERAWAT?

Keperawatan sebagai profesi:


1. Memiliki body of
knowledge.
2. Pelayanan kepada
masyarakat
3. Memiliki otonomi.
4. Memiliki otoritas.
5. Memiliki organisasi profesi,
6. Memiliki kode etik.
DASAR HUKUM

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. UU No. 8 tahun 1992 tentang Perlindungan Konsumen
3. UU No 18 tahun 2012 tentang sistem nasional penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
5. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan
6. UU No. 5. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
7. UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
8. UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
9. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2000 tentang Tenaga
Pelimpahan Kewenangan Pusat ke Daerah.
10.Permenkes 920 tahun 1986 tentang Pelayanan Medik Swasta
11.Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 dan Permenkes
Nomor 17 tahun 2013 ttg Izin & penyelenggaraan praktik Perawat
12.Permenkes no 46 tahun 2013 tentang registrasi tenaga kesehatan
13.Keputusan Menpan No. 94/Kep/M.PAN/11/2001 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
6
PENGAKUAN YURIDIS TERHADAP KEPERAWATAN

UU No 36/2009 tentang kesehatan, Pasal 63 :


1) Penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan, dan/atau
perawatan.
2) Pengendalian, pengobatan, dan/atau
perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan atau cara lain yang
dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatan dan keamanannya.
PENGAKUAN YURIDIS TERHADAP KEPERAWATAN

UU No 36/2009 tentang kesehatan,


Pasal 63 :
3) Pelaksanaan pengobatan dan/atau
perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan
kewena-ngan untuk itu.
UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
UU No. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan
LEGALITAS PERAWAT
UU No 38 Ps 18
1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki STR.
2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Konsil Keperawatan setelah memenuhi persyaratan.

UU No 38 Ps 19
1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki izin.
2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
bentuk SIPP.
3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota
tempat Perawat menjalankan praktiknya.
LEGALITAS PERAWAT
PMK 46/2013 Ps 2
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang
akan menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan
keprofesiannya wajib memiliki izin
dari Pemerintah.
2) Untuk memperoleh izin dari
Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
diperlukan STR.
3) STR sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dikeluarkan oleh
MTKI dan berlaku secara
nasional.Kewenangan
TEMPAT PRAKTIK PERAWAT
(Permenkes 148/2010)

Pasal 2
(1) Perawat dapat menjalankan praktik
keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri
dan/atau praktik mandiri.
(3) Perawat yang menjalankan praktik
mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berpendidikan minimal
Diploma III (D III) Keperawatan.
KEWENANGAN PERAWAT
UU No. 38 tahun 2014 Ps. 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai
dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien
sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat
bebas terbatas.
KEWENANGAN PERAWAT
UU No. 38 tahun 2014 Ps. 30
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di
tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatandan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.
KEWENANGAN PERAWAT
UU No 38 tahun 2014 Ps. 32
(7) Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis;
b. melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat; dan
c. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program Pemerintah

UU No 38 tahun 2014 Ps. 33


(4) Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat
tenaga medis;
b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan
c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak
terdapat tenaga kefarmasian.
KEWENANGAN PERAWAT
UU No 34 tahun 2014 Ps. 35
(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
KEWENANGAN PERAWAT
(Permenkes 148/2010 Pasal 8 )

a. Pelaksanaan asuhan keperawatan;


b. Pelaksanaan upaya promotif,
preventif, pemulihan, dan
pemberdayaan masyarakat; dan
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan
komplementer.
d. Pendidikan dan konseling kesehatan
e. Dalam memberikan askep boleh
memberikan obat bebas dan atau obat
bebas terbatas.
PRAKTIK MANDIRI PERAWAT

Pengertian:
 Praktik mandiri perawat adalah
tindakan mandiri perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
 Pelaksaaan praktik keperawatan
dilandasi oleh ilmu dasar dan ilmu
keperawatan yang kokoh serta
dilakukan pada berbagai tatanan
pelayanan dalam bentuk praktik
keperawatan perorangan maupun
berkelompok.
PRAKTIK MANDIRI PERAWAT

• Asuhan keperawatan adalah rangkaian


kegiatan yang langsung diberikan perawat
sesuai respon klien terhadap kebutuhan
dasar yang tidak terpenuhi, akibat
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemampuan
untuk berfungsi optimal, dan kurangnya
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri.
• Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan
dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar dan etika
keperawatan.

18
PRAKTIK MANDIRI PERAWAT

Dalam praktik mandiri perawat


Seorang perawat
bertangungjawab penuh untuk
semua urusan baik teknis dan
administratif (termasuk
keuangan).

Penyelengaraan praktik mandiri


dilakukan sesuai dengan keahlian
dan kewenangan seorang yang
berpraktik

19
TUJUAN PRAKTIK MANDIRI PERAWAT

Umum
Meningkatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat
secara komprehensif dan berkesinambungan

Khusus
Memenuhi kebutuhan dasar klien secara optimal
Meningkatkan, mempertahankan dan memulihkan
kesehatan
Meningkatkan tingkat kemandirian klien dan keluarga
untuk berfungsi optimal
Meminimalkan akibat yang ditimbulkan dari masalah
kesehatan yang dialami klien

20
ASAS PRAKTIK KEPERAWATAN
MANDIRI

1. Perikemanusiaan
2. Nilai Ilmiah
3. Etika dan Profesionalitas
4. Manfaat
5. Keadilan
6. Perlindungan Kesehatan
7. Keselamatan Klien
RUANG LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN
MANDIRI

1. Pemberi Asuhan Keperawatan


2. Pelaksanaan Tugas dalam Pelimpahan Wewenang
3. Pelaksanaan Tugas dalam Keadaan Keterbatasan
Tertentu
6. Pertolongan Pertama Dalam Keadaaan Gawat Darurat
LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN
1. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik
2. Menetapkan diagnosis Keperawatan;
3. Merencanakan tindakan Keperawatan;
4. Melaksanakan tindakan Keperawatan;
5. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
6. Melakukan rujukan;
7. Memberikan tindakan pada keadaan kegawatdaruratan
8. Melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif;
9. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas;
10.Pelaksanakan tindakan medis atas pelimpahan wewenang secara tertulis;
11.Wewenang dalam penyelenggaraan Praktik Keperawatan Mandiri sesuai
dengan level kompetensi masing-masing.
12.Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis.
13.Melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat.
14.Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah
LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Lingkup tindakan keperawatan bertujuan memenuhi


kebutuhan dasar manusia :
 Kebutuhan Oksigen
 Kebutuhan Nutrisi
 Kebutuhan Integritas Jaringan
 Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
 Kebutuhan Eliminasi Buang air Besar
 Kebutuhan Eliminasi Urin
 Kebutuhan Kebersihan Diri dan Lingkungan
 Kebutuhan Istirahat dan Tidur
 Kebutuhan Obat-obatan
 Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
 Kebutuhan Sirkulasi
LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN
 Kebutuhan Manajemen Nyeri
 Kebutuhan Aktivitas dan Excercise
 Kebutuhan Psikososial/Spiritual
 Kebutuhan Interaksi Sosial
 Kebutuhan Tentang Perasaan Kehilangan,
 Menjelang Ajal dan Menghadapi Kematian
 Kebutuhan Seksual
 Kebutuhan Lingkungan Sehat
 Kebutuhan ibu Hamil
 Kebutuhan Ibu Melahirkan
 Kebutuhan Bayi Baru Lahir
 Kebutuhan Post Partum
 Kebutuhan Pasangan Usia Subur
 Kebutuhan Remaja Putri
 Kebutuhan Pra Nikah
 Kebutuhan Menopouse 25
LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN BERDASARKAN
TINGKAT UPAYA PENCEGAHAN

a. Pencegahan primer
Promosi dan pendidikan kesehatan, perlindungan
kesehatan dan pencegahan imunisasi (antara lain :
imunisasi)
a. Pencegahan sekunder
Deteksi dini terhadap resiko dan bahaya kesehatan;
menaggulangi masalah kesehatan dengan cepat dan
tepat melalui asuhan keperawatan individu di keluarga
dan komunitas, dan melakukan rujukan kasus
a. Pencegahan tertier
Mencegah ketikmampuan dan kecacatan lebih lanjut
melalui asuhan keperawatan berfokus pada upaya
rehabilitatif, dan mengoptimalkan fungsi kehidupan klien
HAK PERAWAT DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN MANDIRI
1. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan
jujur dari Klien dan/atau keluarganya.
3. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan
Keperawatan yang telah diberikan;
4. Menolak keinginan Klien atau pihak lain
yangbertentangan dengan kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
5. Mengelola fasilitas kerja sesuai standar.
KEWAJIBAN PERAWAT DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN MANDIRI
1. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang -
undangan;
2. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
3. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
4. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar;
5. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarga sesuai dengan batas kewenangannya;
6. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat
7. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah
8. Melakukan sistem pencatatan dengan menggunakan suatu pendekatan
orientasi-proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses
keperawatan dan diagnosa keperawatan.
KUALIFIKASI PERAWAT UNTUK PRAKTIK
KEPERAWATAN MANDIRI

1. Ners dan Vokasi dengan sertifikasi pelatihan.


Keperawatan Umum 2. Ners dengan pengalaman klinik min.1 tahun
3. Vokasi dengan pengalaman klinik min.3 tahun
4. BTCLS/ emergency nursing

Keperawatan 1. Ners Spesialis dan sertifikasi


SPESIALIS 2. BTCLS/ emergency nursing
PERIJINAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI

1. Harus melaksanakan registrasi, sertfikasi


dan lisensi
PERORANGAN 2. Melaksanakan prinsip etika
3. Meningkatkan kemampuan profesionalisme
melalui pendidikan dan pelatihan
4. Membantu pemerintah dibidang kesehatan
5. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan dan ketentuan per-uu-an.

BERKELOMPOK 1. Pengelola
2. Pelaksana
PERSYARATAN MENDAPATKAN SIPP PRAKTIK
KEPERAWATAN MANDIRI

1. Salinan STR yang masih berlaku


2. Rekomendasi dari PPNI
3. Surat pernyataan memiliki tempat praktik

Syarat Rekomendasi PPNI

1. Telah menjadi anggota PPNI


2. Telah melunasi iuran anggota sesuai PO
3. Tidak pernah mendapatkan sanksi pelanggaran
kode etik keperawatan berat
4. Memiliki sertifikat kegawatdaruratan yang diakui PPNI
5. Mempunyai fasilitas praktik mandiri sesuai
pedoman/standar yang berlaku
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Adalah suatu kegiatan untuk memastikan pelaksanaan
Praktik Keperawatan Mandiri dapat berjalan sesuai dengan
standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan Pembinaan dan Pengawasan

1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,


2. Melindungi masyarakat atas tindakan perawat yang
tidak sesuai dengan standar
3. Memberikan kepastian hukum bagi perawat
dan masyarakat.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Ketentuan Pembinaan Dan Pengawasan

1. Pembinaan dilakukan berfokus pada klien sasaran.


2. PPNI Kab/Kota bersama Dinas Kab/Kota melakukan
pengawasan , dan melaporkan hasil pengawasan ke
tingkat Provinsi dan Pusat.
3. Pembinaan dan pengawasan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan, kondisi dan situasi.

Mekanisme Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan Praktik Keperawatan Mandiri


meliputi perorangan dan atau kelompok dilakukan secara
berjenjang oleh organisasi profesi mulai dari Kabupaten/
Kota sampai ke Pusat,
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Tindakan Administratif

1. Teguran lisan;
2. Teguran tertulis; atau
3. Mengusulkan Pencabutan SIPP.
PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
TANTANGAN KEDEPAN

Populasi Sakit (± 20%)


Home Care
Paliative care
Day Care/Ambulatory Care
Residensial care

Populasi Sehat (± 80%)


Pusat Kebugaran
Spa dan Beauty
Health Children Care
Elderly Center
Maternity and women health
Promosi Herbal

Anda mungkin juga menyukai