Anda di halaman 1dari 17

Participatory Rural

Appraisal (PRA)

Akhir 1980an / awal 1990an


1. Fitria Dias M. 6411418102
Anggota 2. Widya Larasati 6411418103
3. Rif’an Bagas F. 6411418104
4. Anna Nugrahani 6411418105
5. Putri Fitasari 6411418106
6. Adhe Aprilia N. 6411418107
7. Salsabila Kinaya P. 6411418108
8. Dyah Ayu K. 6411418109
9. Fatma Ayu W. 6411418110
10. Syahrina Nurul H. 6411418112
11. Defi Fitrianingrum 6411418113
12. Rizky Syahrani 6411418114
13. Srigita Prabawati 6411418115
Definisi PRA
PRA merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal yang secara harfiah artinya pengkajian
(keadaan) desa (secara) partisipatif. PRA senantiasa berkembang, sehingga menurut Robert Chambers yang
mempromotori dan mengembangkannya, mungkin tidak perlu untuk memberikan definisi final.

Robert Chambers mendefinisikannya sebagai : “Sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong
masyarakat (pedesaan) untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup
dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan”.

Pada tahun 1990 – an penggunaan PRA berkembang pesat dalam upaya menemukan sebuah metodologi
pendekatan yang bisa mendukung proses perencanaan yang lebih terdesentralisasi dan pengambilan keputusan
secara lebih demokratis , yang memungkinkan masyarakat untuk ‘belajar bersama’, menganalisis, dan
meningkatkan pengetahuannya, serta untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka sendiri.
Tujuan PRA
menghasilkan rancangan program yang
gayut dengan hasrat dan keadaan
masyarakat

mengembangkan kemampuan masyarakat


dalam menganalisa keadaan mereka sendiri
dan melakukan perencanaan melalui
kegiatan aksi.

Masyarakat dapat membuat rencana dan


tindakan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan mereka menjadi lebih baik
Tiang Utama PRA
Empowerment
Pemberdayaan masyarakat adalah
kekuatan Enjoyment
Hanya dapat dijalankan dengan fun

Respect
Seorang peneliti menjadi murid (learners)
dan pendengar (listeners).
Inclusiveness
Beri perhatian yang tinggi terhadap proses
termasuk kepada masyarakat marjinal

Localization
Gunakan secara ekstensif dan kreatif
sumber daya setempat, seberapapun
terbatasnya.
Manfaat PRA

Meningkatnya Meningkatnya Meningkatkan Terdorongnya


proses belajar pemahaman kemampuan masyarakat
dan proses masyarakat masyarakat dalam dalam
penyadaran bagi terhadap potensi menilai atau menciptakan
masyarakat desa dan masalahnya mengevaluasi hasil moto ”hari ini
dalam melihat sehingga terdorong kegiatan program lebih baik dari
berbagai keadaan sehingga dapat
kehidupan di untuk
lingkungannya mengupayakan senantiasa hari kemarin, hari
yang pemecahan memperbaikinya esok lebih baik
mempengaruhi masalah dan jalan untuk perencanaan dari hari ini”
keadaan mereka keluar yang lebih baik
sendiri dimasa mendatang
Unsur-unsur dari PRA
Tiga pilar (unsur), utama PRA menurut Robert Chambers, yaitu :
Sikap perilaku orang luar yang seharusnya berperan sebagai
fasilitator, bukan mendominasi ( seperti instruktur, penyuluh);

Metode-metode/teknik-teknik PRA, sebagai alat untuk mengubah


pendekatan searah (tertutup) menjadi pendekatan multi – arah
(terbuka), pendekatan individu menjadi pendekatan kelompok, teknik
belajar verbal (misalnya ceramah) menjadi visual, dan teknik analisa
dengan mengukur atau menghitung menjadi teknik membandingkan

Berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, informasi, dan


sumberdaya lain, di antara orang luar dan masyarakat.
Prinsip-prinsip PRA

Keterlibatan semua
anggota kelompok,
Menghargai perbedaan,
dan informal. Konsep triangulasi

Optimalisasi hasil,
Saling belajar dari Orang luar sebagai orientasi praktis,
kesalahan dan fasilitator, dan keberlanjutan
berbagi pengalaman masyarakat program.
dengan masyarakat. sebagai pelaku
Struktur Program PRA
Gambaran umum siklus PRA secara ringkas adalah:
•Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan
masyarakat secara umum.
•Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atasdasar masalah dan potensi setempat.
•Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan
masalah melalui urun rembug masyarakat.
•Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam
kaitannya dengan swadaya.
•Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara
mudah dipantau.
•Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
•Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
•Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun.
•Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan,
munculnya masalah lanjutan, dll.
Kelemahan PRA

•Data dan informasi yang diperoleh cenderung bersifat umum


kurang spesifik.

•Keterlibatan dalam proses belajar secara aktif dan ketajaman


analisis sangat dipengaruhikemampuan fasilitator.

•Pada umumnya keterwakilan masyarakat sangat sulit dipenuhi.

•Membutuhkan waktu pengenalan dan sosialisasi yang cukup


untuk memahami konsep PRA secara komprehensif.

•Partisipatif yang berkembang seringkali baru sampai pada


“partisipasi pasif” atau “partisipasi informatif”.
Langkah-langkah Riset Aksi dalam PRA

1. Pemetaan Awal (Preminary mapping)


2. Membangun Hubungan Kemanusiaan
3. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial
4. Pemetaan Patisipatif (Participatory Mapping)
5. Merumuskan Masalah
6. Menyusun Strategi Gerakan
7. Mengorganisir Sumber Daya dan Potensi
8. Pengorganisasian Masyarakat
9. Melancarkan Aksi Perubahan
10. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial)
(a)Penelusuran Alur Sejarah,
(b)Penelusuran Kebutuhan
Pembangunan,
(c)Analisa Mata Pencaharian, Teknik
(d)Penyusunan Rencana Kegiatan,
(e)Focus Group Discussion,
penerapan
(f) Pemetaan. PRA
Permasalahan
PRA
Meningkatnya secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan
menyebabkan sedemikian terburu-burunya menerima gagasan ini
tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang
ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi
akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa massalah yang
timbul akibat merebaknya penggunaan metode PRA adalah :
1. Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini
dilatihkan dalam forum yang formal tanpa cukup kesempatan
untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
2. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan
yang serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
3. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk
memfasilitasi partisipasi masyarakat.
4. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi
dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di
masyarakat.
5. Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong
di luar konteks program pengembangan masyarakat.
6. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target
(teknis, administratif).
7. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi
sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.
PRA: Cabang PAR

Robert Chambers menyatakan bahwa Participatory Action


Research (PAR) atau sering disebut Kaji Tindak Partisipatif, merupakan
salah satu sumber PRA. Tetapi ada pihak lain yang menganggap bahwa
PRA adalah PAR yang berkembang di Negara-negara Selatan. Menurut
Daniel Selener, nampaknya PRA termasuk ke dalam kelompok PAR di
dalam pengembangan masyarakat.

Pada dasarnya ada 3 agenda utama PAR, yaitu : pengkajian,


pembelajaran dan aksi. Tujuan utamanya adalah memecahkan masalah
praktis yang dirumuskan, dianalisa, dan diselesaikan oleh masyarakat
sendiri. Tujuan strategis yang ingin dicapai adalah melakukan perubahan
(transformasi sosial). Sedangkan dalam PRA lebih ditekankan pada
perubahan perilaku individu-individu yang bekerja di dalam
pengembangan masyarakat, ketimbang pada perubahan sosial seperti
tujuan PAR.
Asumsi – asumsi penting yang mendasari PAR :
Asumsi – asumsi penting yang mendasari PAR :

•Masyarakat dan perubahan sosial seharusnya dilihat dalam perspektif struktural, baik mikro (komunitas,wilayah)
maupun makro (nasional,internasional).

•Tujuan riset aksi partisipatif adalah perubahan sosial secara radikal yang dilakukan melalui mobilisasi masyarakat
basis (akar rumput) sebagai pelaku transformasi sosial itu sendiri.

•Perubahan sosial itu berarti perubahan atau pergeseran kekuasaan yang ada di masyarakat, dimana pihak yang
paling lemah dan tertindas dikuatkan. Artinya, kerangka kerjanya adalah konfrontasi oleh kelompok tertindas
terhadap sistem dominasi, pendekatan ini cenderung berorientasi pada konflik.

•Pengetahuan masyarakat (indegenous knowlede) adalah dasar kerja yang paling penting untuk
menggeser kekuasaan kelompok elite/kuat yang mendominasi pengetahuan ilmiah, dan sekaligus sebagai
basis dasar terjadinya perubahan sosial yang menyeluruh.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai