Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus

Sindrom Nefrotik
Identitas Pasien
IDENTITAS PASIEN
• Nama Lengkap : Ny. ES
• No. RM : 00.69.83.66
• Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 07-09-1989
• Umur : 29 Tahun 9 Bulan
• Alamat : Kp. Bojong Nyocok,
RT04/RW05
• Pekerjaan : ibu rumah tangga
• Status Perkawinan : Menikah
• Jenis Kelamin : perempuan
• Pendidikan : SMP
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk RSUD Ciawi : Jumat, 14 Juni 2019
• Tanggal Keluar RSUD Ciawi : Jumat, 21 Juni 2019
Riwayat penyakit sekarang
Dilakukan Anamnesis pada pasien pada 17 juni 2019 pukul 07.00 WIB di
RSUD Ciawi, Bendungan Bogor.

Keluhan Utama :

• Bengkak di seluruh tubuh sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk


rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke IGD RSUD


Ciawi dengan keluhan bengkak di seluruh tubuh sejak 2 minggu yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, bengkak dirasakan pada seluruh
tubuh hingga pasien merasakan lemas dan sulit berjalan. Keluhan
bengkak di awali secara perlahan yang di mulai pada area kedua
punggung kaki kanan dan kiri, hingga bertahap kebagian tungkai
bawah dan atas hingga perut serta wajah dan kelopak mata.
Riwayat penyakit sekarang
• Keluhan bengkak pada anggota tubuh dirasakan tampak jelas setiap
setelah pasien bagun tidur di pagi hari.

• Keluhan dirasakan memberat hingga pasien sulit berjalan dan


dirasakan sakit dan lemas pada seluruh tubuh. Dahulu pasien pernah
mengalami bengkak pada kedua punggung kaki saat mengalami
kelelahan, tetapi membaik dengan sendiri nya dan tidak seperti
keluhan saat ini.
Riwayat Pengobatan :
• Pasien diketahui belum pernah berobat untuk
keluhan nya saat ini
• Pasien mengatakan pernah rutin mengkonsumsi
jamu jamu warung berbentuk pil untuk mengobati
keputihan selama sebulan yang lalu, terakhir yang
tidak diketahui kandungan nya

Riwayat Penyakit Dahulu :


• Pasien tidak pernah mengalami hal serupa
• Riwayat Diabetes Melitus disangkal
• Riwayat Hipertensi disangkal
• Riwayat Asma atau gangguan pernapasan lain nya
disangkal
• Riwayat penyakit Jantung disangkal
• Riwayat penyakit infeksi saluran kemih serta
gangguan ginjal disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Keluarga pasien tidak ada yang memiliki
keluhan serupa
• Riwayat Diabetes Melitus disangkal
• Riwayat Hipertensi ada pada ayah pasien
• Riwayat Asma atau gangguan pernapasan
lain nya disangkal
• Riwayat penyakit Jantung disangkal
• Riwayat penyakit infeksi saluran kemih
disangkal
Riwayat kebiasaan :
• Kebiasaan makan : pasien makan secara teratur 2 - 3 x sehari
dengan nasi dan sering menyantap lauk pauk seperti ikan asin,
sayur, dan jeroan.

Riwayat lingkungan sosial :


• Sehari hari pasien melakukan kegiatan hanya dirumah sebagai
ibu rumah tangga tanpa melakukan aktivitas lebih diluar
rumah.
Status Generalis
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 17 Juni 2019 Jam : 07.00
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
Berat/Tinggi badan : 47 kg (sebelum
sakit)/158 cm dan 50
kg (saat sakit, diukur
pada tgl 21/6/19)
Pemeriksaan Fisik
Kepala normosefali,rambut hitam distribusi rambut merata,
tidak mudah dicabut

Mata konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-) /(-), pupil


isokor Ø 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+)/(+), palpebra edema (-)/(-)
Hidung bentuk normal, mukosa dalam batas normal,
rinorrhea (-/-)

Telinga normotia, liang telinga terlihat lapang, tidak ada


sekret, serumen (-/-)

Mulut bibir tidak kering, mukosa mulut normal


Tenggorokan faring tidak hiperemis, tonsil T1- T1
Pemeriksaan Fisik
Leher letak trakea di tengah, tidak ada pembesaran KGB,
tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, retraksi suprasternal (-)

Jantung Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak


Palpasi : pulsasi ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : redup, batas jantung normal
Auskultasi : BJ I & II dalam batas normal
Paru Inspeksi : dinding thorax normal, simetris kanan/kiri saat
Inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-/-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Pemeriksaan Fisik
Abdomen Inspeksi : dinding abdomen tampak cembung
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen, hepar
dan lien tidak teraba membesar
Auskultasi : bising usus (+) 10 x/menit
Palpasi : supel, distensi (+), defens muskuler (-),
nyeri tekan (-)
KGB tidak teraba ada perbesaran KGB

Anus dan Pemeriksaan tidak dilakukan


genitalia
Kulit pucat (-), sianosis (-), turgor kulit baik

Ekstremitas akral dingin (-/-), edema ekstremitas (+/+), CRT <2s;


Status lokalis
Wajah Look : edema berkurang
Feel : nyeri tekan (-), bengkak (-)
Status lokalis
Kedua Look : edem (+), perdarahan (-)
lengan
Feel : nyeri tekan (-), bengkak (+), deformitas (-),
krepitasi(-
Move : rom tidak terbatas
Status lokalis
Abdomen Look : edem (-), perdarahan (-)
Feel : membuncit (-), nyeri tekan (+),
Status lokalis
Abdomen Look : edema (-), hematom
(-), perdarahan (-)

Feel : nyeri tekan (+),


bengkak (-), deformitas (-),
krepitasi(-)teraba hangat,
CRT < 2 detik

Move : ROM tidak terbatas.


Hasil darah rutin 14/6/19
Hb 15.4 11.7-15.5
Ht 42.7 35-47
Leuko 10.9 4-11
Trom 332 150-440
GDS 111 80-120
Ureum 37.3 10.0-50.0
Kreatinin 0.89 0.60-1.30
Kolestrol 641 *** 50-200
Ureum 22 0-35
Kreatinin 15 0-35
Albumin 1.64* 3.50-5.50
ELEKTEROLIT
Na 132* 135-145
K 3.7 5.5-5.3
Cl 107* 95-106
Urinalisa Hasil nilai normal
Warna Kuning kuning
Kejernihan Agak keruh jernih
Berat jenis 1.020 1.010-1.030
PH 6.0 4.8-7.4
Leuko (-) (-)
Nitrit (-) (-)
protein +4 (-)
Glukosa Normal Normal
Keton (-) (-)
Urobilinogen 3.2 3.2-16
Bilirubin (-) (-)
Eritrosit +3 (-)
Sedimen
Eritrosit 10-12 0-1
Leukosit 0-2 0-5
Silinder Granula + (-)
Kristal (-) (-)
Epitel transisional 0 0-2/lpb
Epitel tubular ginjal (-) (-)
Epitel gepeng 2-4 (-)
Bakteri (-) (-)
Jamur (-) (-)
Kimia 15/6/19
Albumin 2.01* 3.50-5.50

Kimia 16/6/19
Kolestrol 538 ** 50-200
HDL 55 >40
LDL 410* <100
Trigliserid 3248* 50-150

Kimia 19/6/19
D-dimer 244 500ng/ml
Pemeriksaan rontgen thorax
15/6/19

• Cor : ukuran kesan membesar


• Pulmo : tampak patchy infiltrat
diperihiler kanan kiri
• Cephalisasi +
• Sinus pherinococostalis tajam
• Diafragma dan tulang tulang
baik
• Kesan : cardiomegali dengan
• congestive pulmonum Dd early
lung oedem
• Curiga : broncopheneumonia
Diagnosis :
Daftar Masalah
Sindrom nefrotik
• Bengkak diseluruh tubuh
sejak 2 minggu yang lalu Rencana Diagnostik :
• Pemeriksaan darah lengkap
yang timbul secara • Pemeriksaan urinalisa
perlahan. • Pemeriksaan rontgen foto
thorax
Rencana Terapi Rencana Terapi Non
Farmakologis Farmakologis

 Terapi PO • IVFD RL 500cc/24 jam


• VIP albumin 3 x 2tablet • Transfusi plasmaalbumin
• Ramipril 1 x 2.5 mg 25%
• Metilprednisolon 3 x 16 mg
• Atorvastatin 1 x 20 mg

 Terapi Parenteral
• Furosemid 3 x 40 mg
• Metyl prednisolon 1 x 125
mg
• Ceftriaxone 1 x 2 gr
Resume
• Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke IGD
RSUD Ciawi dengan keluhan bengkak di seluruh tubuh sejak
2 minggu yang lalu sejak masuk rumah sakit, bengkak
dirasakan pada seluruh tubuh hingga pasien merasakan
lemas dan sulit berjalan.
• Keluhan bengkak di awali secara perlahan yang di mulai
pada area kedua punggung kaki kanan dan kiri, hingga
bertahap kebagian tungkai bawah dan atas hingga perut
serta wajah dan kelopak mata.
• Keluhan bengkak pada anggota tubuh dirasakan tampak
jelas setiap setelah pasien bagun tidur di pagi hari.
Resume
• Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan masih dalam
batasan normal, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
edema hampir di seluruh anggota gerak hingga wajah yang
sudah mulai berkurang sejak masuk rumah sakit.

• Pada pemeriksaan darah didapatkan adanya peningkatan


kolestrol, penurunan albumin, penurunan Na dan
peningkatan Cl, pada urinalisa ditemuakan adanya
proteinuria.

• Pada pemeriksaam rontgen thorax didapatkan kesan


bronkopneumonia.
Edukasi
• Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien agar mengetahui keluhan pada pasien sebelum
dan sesudah perawatan, seperti makan makanan
tinggi protein dan kurangi makan makanan yang
mengandung tinggi garam serta meminum air mineral
secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad malam
• Ad sanationam : duba dd malam
Tinjauan Pustaka
Anatomi ginjal
Anatomi ginjal
Fungsi ginjal
Fungsi Ekskresi
• Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 258 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekresi air.
• Mempertahankan pH plasma skitar 7,4 dengan mengeluarkan
kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3.
• Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein,
terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Fungsi Non-ekskresi (Endokrin)


• Menghasilkan renin-penting untuk pengaturan tekanan darah.
• Menghasilkan eritropoietin-faktor penting dalam stimulasi produk
sel darah merah oleh sumsum tulang.
• Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
• Degenerasi insulin
• Menghasilkan prostaglandin
Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik (SN) merupakan
sekumpulan manifestasi klinis ditandai
oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5
g/hari), edema anasarka,
hipoalbuminemia (<3,5g/dl),
hiperlipidemia.
Epidemiologi
• Sindrom nefrotik yang tidak menyertai penyakit sistemik
disebut sindroma nefrotik primer.

• Penyakit ini ditemukan 90% pada kasus anak.Apabila ini


timbul sebagai bagian dari pada penyakit sistemik atau
berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindrom
nefrotik sekunder.

• Insiden di Indonesia diperkirakan 6 kasus per-tahun tiap


100.000 anak kurang dari 14 tahun. Rasio antara lelaki dan
perempuan sekitar 2:1.
Etiologi
Pada anak :
• Sindrom nefrotik infantil : nail patella syndrom
• Sindrom nefrotik kongenital
Pada dewasa :
• Glomerolunefritis primer : glomerolunefritis
membranosa
• Glomeroluneftritis skunder : infeksi, keganasan,
toksik dari obat, diabetes mellitus.
Patogenesis

• Proteinuria (albuminuria) masif merupakan


penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik
 Hipoalbuminemia turun nya tekanan
onkotik plasma  hiperlipidemia serta
edema
Patogenesis
Patofisiologi
Patogenesis
Tanda
gejala
Diagnosis

• Anamnesis

• Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan penunjang
Anamensis
• Tanda-tanda retensi cairan : bengkak di kedua kelopak mata,
perut, tungkai, atau seluruh tubuh, peningkatan berat badan, &
rasa penuh di perut hingga dapat menyebabkan sesak.

• Riwayat buang air kecil, dalam 24 jam sudah berapa yang keluar,
adakah oligouria.

• Keluhan lain : urin yang berbusa atau berwarna kemerahan.


penyakit yang mengarah ke penyebab penyakit ginjal 
hipertensi
Pemeriksaan fisik
• Dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata
(puffy eyelids), tungkai atau adanya asites atau edema
skrotum atau labia.

• Kadang-kadang ditemukan tanda-tanda hipertensi,


dan striae pada kulit akibat edema
Pemeriksaan penunjang
• Urinalisis : proteinuria masif (3+ sampai 4+), glikosuria, sel-sel
granular, sel hialin, dan sel-sel lemak, sedimen urin normal
namun bila didapati hematuria mikroskopik (>20eritrosit/LPB)
bisa dicurigai adanya lesi glomerular (misal: sklerosis glomerulus
fokal),  Dari makroskopis, urin tampak berbuih.

• Darah lengkap didapatkan hipoalbuminemia (<3,5g/dl),


hiperkolesterolemia >200 mg/dl
Tatalaksana
 Diet protein 0,8 g/kgBB ideal/hari + ekskresi protein dalam
urin/24jam. Bila fungsi ginjal sudah menurun, diet protein
disesuaikan  0,6 g/kgBB ideal/hari + ekskresi protein
dalam urin/24 jam.

 Pembatasan garam atau asupan natrium sampai 1 ± 2


gram/hari.

 Diet rendah kolesterol < 600 mg/hari.

 Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari untuk


mengevaluasi edema & keseimbangan cairan harus
dicatat
Tatalaksana
 Restriksi cairan  edema berat. Biasanya diberikan loop
diuretik : furosemid 1-2 mg/kgBB/hari,  dikombinasikan
dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat
kalium) 2-3 mg/kgBB/hari.

 Pengobatan proteinuria serta hipertensi : ACE inhibitor

 Hiperlipidemia : Gemfibrozil, bezafibrat, klofibrat

 Pengobatan infeksi : antibiotik

 Pengobatan releps : Metylprednisolon


• Hiperkoagulasi

• Infeksi sekunder
Komplikasi
• Gangguan tubulus renal

• Gagal ginjal akut

• Anemia

• Peritonitis

• Gangguankeseimbangan
hormon dan mineral

• Hipokalsemia

• Hiperlipidemia

• Malnutrisi
Prognosis
• Prognosis pada umur muda lebih baik daripada umur lebih
tua, pada wanita lebih baik daripada laki-laki. Makin dini
terdapat penyulitnya, biasanya prognosisnya lebih buruk.

• Kelainan minimal mempunyai respons terhadap


kortikosteroid lebih baik dibandingkan dengan lesi dan
mempunyai prognosis paling buruk pada glomerulonefritis
proliferatif.

• Sebab kematian pada sindroma nefrotik berhubungan


dengan gagal ginjal kronis disertai sindroma uremia, infeksi
sekunder (misalnya pneumonia).
Daftar pustaka
• Braunwald E., 2008. Sindrom Nefrotic. Principles of Internal Medicine. Edisi 17, Volume II. Mc Graw Hill
Companies Inc.1874-1875.

• Hull RP, Goldsmith DJA. Nephrotic syndrome in adults. .The Merck Manuals Online Medical Library.
2013. Available at :
www.merckmanuals.com/professional/genitourinary_disorders/glomerulardisorders/overview_of_ne
phrotic_syndrome.html?qt=Nephrotic Syndrome in Adults&alt=sh

• Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ed VI ,Volume 2. Pp.929-
932. Jakarta: EGC

• Sudoyo,Aru W. 2014. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,Edisi VI. Hal 2080-2086 .
Jakarta: Interna Publishing

• Tanto, C., Hustrini, NM. 2014. Sindrom Nefrotik. Kapita Selekta Kedoktran. Jilid II. Edisi IV.pp. 649-651.
Jakarta: Media Aesculapius.

• Takei, T., Itabashi, M., Moriyama, T., Kojima, C., Shiohira, S., Shimizu, A., Nitta, K. (2012). Effect of
single-dose rituximab on steroid-dependent minimal-change nephrotic syndrome in
adults. Nephrology Dialysis Transplantation,28(5), 1225-1232. doi:10.1093/ndt/gfs515

• Paulsen F.& J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Anatomi Umum dan Muskuloskeletal.
Jilid 2, Edisi 23, pp 164-172 Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai