Anda di halaman 1dari 29

Basic Life Support

Ammar Amran 03.015.017


Basic Life Support
• BLS (basic life support) adalah dasar dari penyelamatan nyawa yang
diikuti henti jantung. Aspek-aspek mendasar dari BLS pada orang
dewasa mencakupi pengenalan segera terhadap henti jantung tiba-
tiba dan aktivasi sistem respon gawat-darurat, performa awal dari
CPR (cardio pulmonary resuscitation), dan defibrilasi cepat.
• Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan
oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan
mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh
RESPON PENDERITA
AVPU
• A - Alert/Awas: korban bangun, meskipun mungkin masih dalam keadaan bingung terhadap apa
yang terjadi.
• V - Verbal/Suara: korban merespon terhadap rangsang suara yang diberikan oleh penolong. Oleh
karena itu, penolong harus memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian
pada tahap ini.
• P - Pain/Nyeri: korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong.
Rangsang nyeri dapat diberikan melalui penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan
dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang dada.
Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut sebelum melakukannya.
• U - Unresponsive/tidak respon: korban tidak merespon semua tahapan yang ada di atas.

Jika korban tidak merespon, inilah saatnya untuk mencari pertolongan sebelum memulai ventilasi
dan kompresi dada. Selain itu, upaya harus dilakukan untuk mendapatkan defibrilator. Waktu untuk
terapi khusus ritme, terutama defibrilasi untuk takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel, sangat
penting untuk pemulihan korban dalam serangan jantung.
ALGORITMA BLS AHA 2015
CIRCULATION
1. Penolong berada di kanan pasien
2. Tempatkan korban di tempat yang rata dan alas keras.
3. Cek nadi selama maksimal 10 detik (pada dewasa di arteri karotis, pada anak-anak di arteri brakhialis).
4. Jika tidak ada denyut nadi, segera berikan kompresi.
5. Jika ada nadi, posisikan korban dalam posisi recovery dan tetap melakukan evaluasi denyut nadi selama 2 menit, tunggu
bantuan datang.
6. Posisikan korban supinasi, bila curiga cedera spinal, pindahkan kepala, bahu dan badan secara bersamaan (teknik log-
roll/ in line).
7. Buka baju korban, pastikan penolong melihat bagian sternum/tengah dada.
8. Letakkan pangkal tangan yang tidak dominan di ½ bagian bawah mid sternum, di antara dua putting susu dengan
metode rib margin. Kunci dengan meletakkan tangan yang dominan di atasnya. Meletakkan tangan yang dominan di atas
tangan yang tidak dominan bertujuan untuk mencegah pemberian tenaga kompresi menggunakan tangan
9. Posisikan badan tegak lurus dengan tangan. Hal ini bertujuan agar tenaga dalam melakukan kompresi berasal dari badan.
10. Lakukan kompresi dada yang optimal dengan kecepatan kompresi minimal 100x/menit, dengan kedalaman 5 cm.
11. Perhatikan chest recoil, beri kesempatan dada untuk mengembang (darah kembali ke jantung).
12. Lakukan kompresi sebanyak 30 kali.
CIRCULATION
Assessing the Adequacy of Chest Compressions
• Menilai Kecukupan cardiac Output jantung dapat diperkirakan dengan
memonitor end tidal CO2 (P etco 2> 10 mm Hg, S cvo 2> 30%) atau denyut
arteri (dengan relaksasi diastolik arteri) tekanan> 20 mm Hg). Pulsasi arteri
selama resusitasi bukan ukuran yang memadai kompresi dada; Namun,
arteri spontan pulsasi adalah sebagai indikator ROSC. Ada penekanan pada
pada pedoman tahun 2010 tentang fisiologis parameter, seperti P etco 2, S
cvo 2, dan diastolic tekanan arteri, adalah untuk menilai kecukupan pada
tindakan kompresi dada.

1. P etco2 dengan alat capnography


2. Coronary perfusion pressure (CPP)
3. S cvo 2 (Central venous oxygen saturation)
Airway
• Melindungi dan menjaga jalan nafas pasien termasuk dengan
penggunaan alat bantu jalan nafas seperti alat bantu oral atau nasal
atau menjaga jalan tanpa alat
• Membuka jalan napas dengan benar adalah langkah kritis dan
berpotensi menyelamatkan nyawa. Penyebab umum penyumbatan
jalan nafas pada korban yang tidak sadar adalah oklusi orofaring oleh
lidah dan kelemahan epiglotis. Dengan hilangnya tonus otot, lidah
atau epiglotis dapat dipaksakan kembali ke orofaring pada inspirasi.
Hal ini dapat menciptakan efek katup satu arah di pintu masuk trakea,
yang menyebabkan tersumbatnya obstruksi jalan napas sebagai
stridor.
• dua manuver dasar untuk membuka jalan napas dapat dicoba untuk
meringankan obstruksi jalan napas bagian atas, yang terdiri dari head
tilt-chin lift dan jaw thrust
• Jika terdapat muntah atau benda asing terlihat di mulut pasien yang tidak sadar
harus diangkat. Dan jika benda asing tidak dapat dikeluarkan dengan sapuan jari,
maka manuver Heimlich direkomendasikan (Gambar 55–4). Komplikasi Heimlich
maneuver patah tulang rusuk, trauma ke organ internal, dan regurgitasi.
Kombinasi back blows and chest thrusts dianjurkan untuk membersihkan
obstruksi benda asing pada bayi (Tabel 55-2).
• Jika setelah membuka jalan nafas dan tidak ada bukti pernapasan yang adekuat,
penyelamat harus memulai ventilasi bantuan, dengan menggembungkan paru-
paru korban dengan menggunakan mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke
stoma,atau dengan menggunakan perangkat bag mask device
• Dengan ventilasi tekanan positif, bahkan dengan Vt kecil, inflasi lambung dengan
regurgitasi dan aspirasi dapat terjadi. Karena itu, jalan nafas harus diamankan
dengan TT, atau jika itu tidak mungkin, jalan napas alternative harus dimasukkan.
Dan kompresi dada tidak boleh terganggu lebih dari 10 detik untuk menempatkan
saluran udara apa pun.
• Saluran udara alternatif termasuk esophageal-tracheal Combitube (ETC), laring
mask airway (LMA), jalan nafas lumen pharyngotracheal, King laryngeal tube, dan
manset oropharyngeal jalan napas. ETC dan LMA, bersama dengan oral
dansaluran udara nasofaring, masker wajah, laringoskopi, dan TT,
• Pada beberapa kondisi yang menyebabkan obstruksi saluran nafas
ada yang tidak dapat dilakukan dengan metode konvensional seperti
pada kasus severe facial trauma, cervical spine trauma. Dalam
keadaan ini, cricothyrotomy atau tracheotomy mungkin diperlukan.
Cricothyrotomy melibatkan penempatan kateter intravena besar atau
kanula ke dalam trakea melalui garis tengah membran cricothyroid
(Gambar 55-5)
BREATHING
• Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memerlukan pasokan
O2 kontinu untuk menunjang untuk menunjang reaksi-reaksi kimia yang
menghasilkan energi. Kegagalan dalam oksigenasi akan menyebabkan
hipoksia yang diikuti oleh kerusakan otak, disfungsi jantung, dan akhirnya
kematian.

• Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien dapat bernafas dengan baik.
Menjamin terbukanya airway merupakan langkah awal yang penting untuk
pemberian oksigen. Oksigenasi yang memadai akan menunjukkan
pengiriman oksigen yang sesuai ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik, efektivitas ventilasi dapat dinilai secara klinis
BREATHING
• Ventilasi dari mulut ke mulut
a. Posisi penolong : penolong berada di samping kiri atau kanan penderita dekat kepala
b. Posisi tangan : salah satu tangan mengekstensikan kepala sambal memijit hidung penderita
c. Cara :
• pertahankan posisi kepala tengadah dan dagu terangkat.
• tutup hidung dengan menekankan ibu jari dan telunjuk untuk mencegah kebocoran udara melalui
hidung korban.
• mulut anda harus melingkupi mulut korban berikan tiupan pendek dengan jeda singkat
diantaranya.
• lepaskan tekanan pada cuping hidung sehingga memungkinkan terjadinya ekspirasi pasif setelah
tiap tiupan.
• Setiap napas bantuan harus dapat mengembangkan dinding dada.
• Durasi tiap tiupan adalah + detik.= volume ventilasi antara 400 – 600 ml
BREATHING
• Ventilasi dengan air viva / ambu bag / bag valve
a) Posisi penolong : penolong berada di sebelah atas kepala pasien (cefalad)
b) Persiapan : siapkan air viva yang sudah terhubung dengan tabung yang berisi oksigen
c) Cara : pasang Guedel (oral airway )
• Sungkup muka air viva dengan sudut lancip mengarah ke cranial
• Jari kelingking dan jari manis kiri pada tulang mandibular untuk ekstensi kepala
• Ibu jari dan telunjuk di atas sungkup muka (untuk menekan sungkup supaya tidak bocor)
• Jari tengah diletakan pada mandibular untuk membantu ekstensi dan diatas sungkup
membantu menekan agar tidak terjadi kebocoran
• Air viva yang sudah dihubungkan dengan oksigen 8 – 10 l / menit dipompa dengan
frekuensi sesuai kebutuhan dan dilihat dinding dada terangkat atau tidak
Defibrilasi
• Terapi fibrilasi merupakan usaha untuk segera mengakhiri disaritmia
takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel menjadi irama sinus normal
dengan menggunakan syok balik listrik.
• Terapi fibrilasi diindikasikan untuk pasien dengan fibrilasi ventrikel
atau takikardi ventrikel. Fibrilasi ventrikel merupakan irama yang
sering muncul pada kasus henti jantung. Penanganan yang paling
efektif untuk henti jantung dengan irama tersebut adalah dengan
defibrilasi. Jantung yang terfibrilasi akan mengkonsumsi oksigen lebih
banyak sehingga akan memperburuk iskemia miokardium
Energi pada defibrillators

Kejut jantung dengan energi yang terlalu rendah tidak


akan memberikan hasil, namun apabila terlalu tinggi
mungkin dapat merusak otot jantung.
Defibrillators mengirimkan energi dalam bentuk
gelombang monofasik atau bifasik
Return of Spontaneous Circulation

Ditemukan nadi dan TD

PETCO2 meningkat >40 mmHg

Gelombang tekanan spontan arteri dengan monitor intraarterial


ALGORITM
A
BRADIKAR
DI
ALGORITM
A
TAKIKARDI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai