International
bill of human rights adalah basis utama
konstruksi HAM internasional
International bill of human rights
berbeda dengan bill of rights
HAK-HAK YANG BELUM
BANYAK DIBINCANGKAN DI
MASA SILAM
• WOMEN
• CHILDREN
• INDIGENOUS PEOPLES
• ETHNIC MINORITIES
• THE HANDICAPPED
• COLONIZED PEOPLE
• COMBATANTS FIGHTING AGAINST ABUSIVE
REGIMES
Generasi ham (OPINI
SCHOLARS)
HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK
interdependent interrelated
ISSUE2 HAM PASCA VIENNA
DECLARATION 1993
• Terrorism • Migrant workers
• Poverty and social • Women’s rights and
exclusion domestic violence
• Right to development • Children rights
• Seeking asylum and • Freedom fom torture
humanitarian aid • Enforced disapearance
• Against racism, • Rights of disabled persons
xenophobia and • State responsibility
intolerance • Human rights education
• Minority groups
• Indigenous people
KONSEP DASAR HAM
HAM
Dalam tradisi Barat, Hak Asasi Manusia dikenal
dengan istilah "right of man" yang juga melingkupi
"rights of women". Istilah "right of man"
menggantikan istilah "natural right".
Eleanor Roosevelt, kemudian mengubahnya dengan
istilah "human rights", karena istilah ini dipandang
lebih netral dan universal.
Hak adalah istilah umum yang secara gramatikal
memiliki beberapa arti. Salah satu maknanya adanya
pembenaran atas suatu "kekuasaan” atau
“keistimewaan” atau juga “kepemilikan” .
HAM
Dewasa ini hak asasi manusia telah
mengalami perkembangan. Hak Asasi tidak
lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan
paham kebebasan dan penghormatan hak-hak
individu
Hak asasi manusis lebih dipahami secara
humanistik sebagai hak-hak yang inheren
dengan harkat martabat kemanusiaan.
HAM
“Human rights could generally be defined as
those rights which are inherent in our nature
and without which we cannot live as human
beings”
Agresi
Kejahatan kemanusiaan (crime against humanity)
Genosida
Kejahatan perang
Akan tetapi Agressi sering dimasukkan sebagai
bagian dari kejahatan perang sehingga banyak
literature membahasnya menjadi tiga bentuk lainnya.
Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan terhadap umat manusia adalah
istilah di dalam hukum internasional yang
mengacu pada tindakan pembunuhan massal
dengan penyiksaan terhadap tubuh dari orang-
orang, sebagai suatu kejahatan penyerangan
terhadap yang lain.
Kejahatan Kemanusiaan
Para sarjana Hubungan internasional telah
secara luas menggambarkan "kejahatan
terhadap umat manusia" sebagai tindakan
yang sangat keji, pada suatu skala yang sangat
besar, yang dilaksanakan untuk mengurangi
ras manusia secara keseluruhan. Biasanya
kejahatan terhadap kemanusian dilakukan atas
dasar kepentingan politis, seperti yang terjadi
di Jerman oleh pemerintahan Hitler serta yang
terjadi di Rwanda dan Yugoslavia
Genosida
Genosida atau genosid adalah sebuah
pembantaian besar-besaran secara sistematis
terhadap satu suku bangsa atau kelompok
dengan maksud memusnahkan
membuat punah) bangsa tersebut.
Genosida
Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama dengan cara membunuh anggota
kelompok; mengakibatkan
Penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan
kelompok yang menciptakan kemusnahan secara
fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan
mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan
secara paksa anak-anak dalam kelompok ke
KEJAHATAN PERANG
Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran,
dalam cakupan hukum internasional,
terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa
orang, baik militer maupun sipil. Pelaku kejahatan
perang ini disebut penjahat perang. Setiap
pelanggaran hukum perang pada konflik antar
bangsa merupakan kejahatan perang. Pelanggaran
yang terjadi pada konflik internal suatu negara,
belum tentu bisa dianggap kejahatan perang.
FILSUF HAM
Menurut Kant "ketika kebebasan menjadikan masyarakat
berfikir sendiri dengan nalarnya, terhadap segala sesuatu yang
menjadi urusannya. Tuntutan Kant menjadi prasyarat adanya
kebebasan berbicara dan berpikir.
Locke misalnya, konsep tentang natural rights yang
menguraikan tentang rangkaian hak asasi yang merupakan
hak-hak dasar seperti hak hidup, kebebasan dan kepemilikan.
Jean-Jacques Rousseau (1712-1778) mengelaborasi konsep
hak asasi manusia berdasarkan pandangan tentang bagaimana
penguasa menterjemahkannya dalam kebijakan yang dibuat
bagi masyarakat atas dasar kontrak sosial.
RA KARTINI
“Jiwa yang sama tak memandang warna, tak
memandang pangkat dan tingkat, tetapi
tangan berjabat dalam hal apapun jua”
“Aku yakin orang-orang tidak akan
memberikan seperempat perhatian mereka
pada kami (seandainya kami tidak) memakai
kebaya dan sarung, melainkan gaun,
(seandainya) selain nama jawa kami, kami
punya nama Belanda.
SOEKARNO
“Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak,
diberi pegangan atau tidak diberi pegangan,
diberi penguat atau tidak diberi penguat, tiap-
tiap makhluk, tiap umat, tiap-tiap bangsa,
tidak boleh tidak pada akhirnya berbangkit,
pada akhirnya bangun, pada akhirnya
menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu sekali merasakan teraniaya oleh suatu
daya angkara murka”.
HAM HAK HUKUM
HAK MORAL
hak moral adalah bahwa sesuatu "Hak" didefinisikan sebagai
dianggap sebagai "benar" bila jenis pengaturan kelembagaan
dilihat sebagai pembenaran etis di mana kepentingan individu
untuk menyiapkan, menjaga, dan dijamin berdasarkan hukum,
menghormati perlindungan setiap dampak atas pilihan
individu. individu juga dijamin oleh
Sesuatu dianggap sebagai hukum, atau barang dan
"benar" bila dilihat sebagai kesempatan yang diberikan
pembenaran etis untuk kepada individu didasarkan
menyiapkan, menjaga, dan
pada hukum yang berlaku.
menghormati perlindungan
individu.Pendekatan hak moral Ukuran yang dimaksud
adalah pemahaman rasionalis dengan "benar menjadi lebih
hak, di mana hak dianggap jelas jelas yaitu dengan mengacu
dengan sendirinya oleh setiap kepada aturan perundang-
individu karena berdasarkan undangan yang berlaku.
nuraninya.
HAM
Kekuasaan
Kebebasan
Immunitas
Hak Minoritas
HAM
NEGARA VS INDIVIDU
Vertikal effect Horizontal Effect
• Adanya kewajiban • Dalam hal ini pihak
negara untuk negara harus
memastikan memastikan adanya
perlindungan dan perlindungan individu
pemenuham HAM bagi dari pelanggaran
setiap warga negaranya. HAM oleh individu
lainnya.
Hak kesamaan dalam kebebasan dan martabat.
Hak untuk bebas dari diskriminasi.
Hak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai
pribadi.
Hak untuk bebas dari perbudakan dan perhambaan.
Hak untuk bebas dari tindak penyiksaan dan hukuman yang
tidak manusiawi.
Hak pengakuan sebagai seorang pribadi di muka hukum di
mana saja berada.
Hak mendapatkan persamaan di muka hukum dan perlindungan
tanpa diskriminasi.
Hak mendapatkan pengadilan dalam pengadilan nasional yang
kompeten.
Tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang secara
sewenang-wenang.
Hak atas peradilan yang adil dan terbuka, tanpa diskriminatif.
Hak atas praduga tak bersalah, sampai kesalahannya terbukti.
Hak privasi, hak untuk bebas dari intervensi urusan pribadi,
keluarga, rumah tangga dan korespondensi.
Hak atas kebebasan bergerak dan tinggal di dalam batas-btas
setiap negara.
Hak untuk mencari dan menikmati suaka politik di negeri lain
dan mendapat perlindungan darinya.
Hak atas suatu kewarganegaraan, hak bebas berganti
kewarganegaraannya dan tak seorang pun boleh semena-mena
mencabutnya.
Hak untuk menikah dan membentuk keluarga; pernikahan berdasarkan
pilihan bebas dan persetujuan kedua mempelai. Keluarga itu kesatuan kodrati
yang merupakan dasar hidup bermasyarakat dan mendapat perlindungan.Hak
untuk memiliki harta baik secara pribadi maupun bersama, dan tidak boleh
dirampas dengan semena-mena.
Kebebasan berfikir, hati nurani dan beragama dan bebas berganti agama.
Kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat tanpa gangguan,
mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran lewat
media.
Kebebasan berkumpul dan berserikat dengan tujuan damai, dan tak
seorangpun dapat dipaksa untuk ikut suatu perkumpulan.
Hak berpartisipasi dalam pemerintahan negara; kehendak rakyat harus
menjadi dasar kekuasaan pemerintahan. Kehendak itu nyata dalam pemilu.
Hak atas jaminan sosial, hak terlaksana hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
demi pertumbuhan martabatnya.
Hak untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan yang adil, dan bebas
memasuki serikat kerja.
Hak untuk beristirahat, libur dalam rangka kerja, pembatasan jam
kerja, libur berkala dengan tetap menerima gaji.
Hak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan keluarga.
Hak atas pendidikan, yang mengarahkan ke penghargaan Hak-hak
Asasi Manusia dan kebebasan fundamental, sehingga terjadi saling
pengertian, toleransi dan persaudaraan antar bangsa, kelompok,
agama. Dengan demikian damai akan terpelihara.
Hak ikutserta dalam kehidupan budaya masyarakat, dan perlindungan
karya ilmiah, sastra atau seni yang diciptakannya.
Hak atas tatanan sosial dan internasional, sehingga hak-hak asasi
dihargai.
Kewajiban terhadap masyarakat, dapat mengembangkan
kepribdiannya dengan bebas dan penuh; dan respek terhadap hak-hak
asasi.
Hak dan kebebasan dalam Pernyataan ini tak boleh dirusak.
To take steps (Mengambil langkah-langkah) adalah suatu cara yang
diambil, terutama sebagai titik berangkat memulai suatu rentetan
tindakan.
To guarantee (Menjamin) adalah menanggapi pemenuhan yang
sepantasnya dari sesuatu, untuk mengemukakan bahwa sesuatu
telah terjadi atau akan terjadi.
To ensure (Meyakini) adalah memastikan bahwa sesuatu akan
terjadi, memberikan sesuatu bagi atau untuk orang-orang.
To recognize (Mengakui) artinya mengakui keabsahan atau
kemurnian watak, atau klaim, atau eksistensi, dari memberikan
perhatian dan pertimbangan, menemukan atau menyadari watak
dari, memperlakukan sebagai, mengakui, menyadari, atau
mengakui bahwa.
To Respect or To have respect (Menghormati)
atau memberikan penghormatan adalah
memberikan perhatian kepada sesuatu.
To Undertake (Berusaha) artinya komitmen diri
sendiri untuk melakukan, menjadikan diri
seorang yang bertanggungjawab atas, terlibat
dalam, masuk ke dalam menerima sebagai
kewajiban, berjanji untuk melakukan.
To Promote (Meningkatkan) berarti memajukan,
menolong memajukan, menggalakkan,
mendukung dengan aktif.
Karakteristik HAM
Instrumen Internasional
Pasal 3, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
Instrumen Nasional
Pasal 28 A; 28 D ayat (1); Pasal 28 G; Pasal 28 I; Pasal 28 J Undang-Undang Dasar 1945
setelah amandemen kedua tahun 2000;
Pasal 3 ayat (2) (3), Pasal 4; Pasal 18 ayat (1); Pasal 30; Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1)
(2); Pasal 34; Pasal 36 ayat (1) (2)Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi atas Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Harkat dan Martabat Manusia;
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia;
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia;
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasan Kehakiman;
Pasal 6; Pasal 7; Pasal 10; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-
Hak Sipil, Dan Politik).
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Hak atas Peradilan Yang Adil
Due Process Of Law
constitutional guaranty… that no person will be
deprived of life, liberty or property for reason that
are arbitrary… Protect the citizen against arbitrary
actions of the government (Tobias & Peterson)
Magna Charta (1215) menyatakan perlunya suatu
proses hukum yang adil yang bukan hanya secara
keliru dikaitkan dengan adanya peraturan
perundang-undangan, mekanisme yang ditetapkan
dalam hukum acara pidana yang menjamin adanya
suatu proses hukum yang adil, akan tetapi lebih
penting adalah bagaimana perilaku para pelaksana
di lapangan sehingga mekanisme yang telah
ditetapkan secara formal dalam peraturan
perundang-undangan tidak menjadi suatu hal yang
percuma
HAM dalam Sistem Peradilan Pidana
Hak Tersangka
Hak Terdakwa
Hak Terpidana
Hak Saksi/Korban
Tanpa Diskriminasi Apapun
Diskriminasi :
“segala bentuk perbedaan, pengecualian,
pembatasan atau pilihan yang berdasarkan pada
ras, warna kulit, keturunan, atau asal negara atau
bangsa yang memiliki tujuan atau pengaruh
menghilangkan atau merusak pengakuan,
kesenangan atau pelaksanaan pada dasar
persamaan, hak asasi manusia dan kebebasan yang
hakiki di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
dan bidang lain dari kehidupan masyarakat”
…..lanjutan
Tidak hanya terkait dengan perbedaan kedudukan dan
kekayaan, tapi juga “race, colour, sex, language, religion,
political or other opinion, national or social origin,
property, birth or other status”
Dalam melindungi dan melayani masyarakat, polisi tidak
boleh melakukan diskriminasi secara tidak sah berdasarkan
ras, gender, agama, bahasa, warna kulit, pandangan politik,
asal kebangsaan, kekayaan, kelahiran atau status lainnya
(UDHR, Pasal 2; ICCPR, Pasal 2 dan 3, CERD, Pasal 2 dan
5)
Harus dianggap tidak melakukan diskriminasi secara tidak
sah bagi polisi untuk memberlakukan langkah-langkah
khusus tertentu yang dirancang untuk menangani status dan
kebutuhan khusus dari perempuan (termasuk perempuan
hamil dan ibu yang baru melahirkan), anak-anak, orang
sakit, orang tua dan lain-lain yang membutuhkan perlakuan
khusus sesuai dengan standar hak asasi manusia
Pasal 5 Konvensi Internasional tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
Tidak disebut secara tegas dalam UU Nomor 8 Tahun 1981, dan dapat
ditafsirkan dari:
Pasal 66
“Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian”
Pasal 10 DUHAM,
Pasal 14 ayat 1 ICCPR;
Pasal 64 ayat (2) dan Pasal 67 ayat (1) ICC.
Pasal 52 dan pasal 153 ayat (2) b KUHAP
dan
Pasal 18 UU 39 tahun 1999.
Hak Untuk Membela Diri
Hak untuk membela diri
a. Hak untuk hadir dalam sidang pengadilan
b. Hak untuk diberi waktu dan fasilitas yang memadai
untuk mempersiapkan pembuktian.
c. Hak untuk didampingi oleh penasihat hukum
d. Hak untuk menghadirkan saksi yang menguntungkan
e. Hak untuk memperoleh penerjemah
Hak Terdakwa untuk didengar keterangannya
dimuka Pengadilan
BEBAN PEMBUKTIAN
Hak untuk menghadirkan saksi
yang menguntungkan
Untuk diberi waktu dan fasilitas yang
memadai untuk mempersiapkan
pembelaan
HAK
KOMUNIKASI UNTUK
PEMBIAYAAN DIDAMPINGI
PENASIHAT
HUKUM
HAK ATAS PENERJEMAH
BAHASA YANG DIPAKAI
PENERJEMAH = BAGI TERDAKWA
BISU/TULI ???
KASUS 1
Sidang lanjutan kasus tewasnya wartawan Bernas Fuad M Syafruddin
alias Udin, yang berlangsung menggunakan bahasa Jawa tanpa
penerjemah, Pihak penasihat hukum terdakwa pun bahkan bisa
mencari tahu lebih jauh apakah ada BAP (Berita Acara Pemeriksaan)
di tingkat penyidikan yang berlangsung serupa. Seperti diberitakan,
dalam sidang lanjutan kasus Udin hari Selasa di Pengadilan Negeri
Bantul, kesaksian Ny Ponikem dan Ny Nur Sulaeman berlangsung
dalam bahasa Jawa. Meski menurut KUHAP, sidang harus
dilangsungkan dalam bahasa Indonesia, nyatanya majelis hakim
tidak menunjuk seorang penerjemah pun bagi kepentingan kesaksian
terkait. Alhasil, tanya jawab dengan saksi dilangsungkan dalam
bahasa Jawa.(Kompas, 27/8 1997)
Non Retro Active
dan Ne bis in idem
Keppres No. 174 tahun 1999 tentang Remisi, Keputusan Menteri Hukum
dan Perundang-Undangan RI No. M.09.HN.02.01 tentang Pelaksanaan
Keppres No. 174 tahun 1999
GRASI
• merupakan salah satu hak prerogatif presiden untuk
mengubah putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap,
• dapat diajukan oleh terpidana mati, penjara seumur
hidup, penjara minimal 2 tahun
• Hanya dapat diajukan oleh:
terpidana atau kuasa hukumnya
atau anggota keluarga dengan persetujuan terpidana
(kecuali dalam hal terpidana mati)
UU No. 8 tahun 1981 ttg KUHAP