Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau disebut
juga anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. yaitu seperti suatu gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini sebelum anak berusia 7 tahun, dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian (inatentif), hiperaktif, dan impulsif. Epidemologi Di Amerika serikat angka kejadian 1-12%, Inggris kurang dari 1%, dan Cina berkisar 3-12% Sementara di Indonesia, dalam populasi anak sekolah, ada 2-4% anak menderita ADHD sedangkan Perbandingan angka kejadadian ADHD antara anak laki-laki dan anak perempuan di praktek klinis adalah 9:1, namun perbandingan angka kejadian ini berkurang menjadi 3:1 pada sampel komunitas Etiologi Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau mengatur stimulus- stimulus internal dan eksternal. Beberapa neurotransmiter, termasuk dopamine dan norepinehrine, mempengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain, juga beberapa struktur otak. Faktor yang berpengaruh terhadap munculnya ADHD 1. Faktor genitika Jika orang tua mengalami ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60%. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami ADHD, maka saudaranya 70-80% juga beresiko mengalami ADHD 2. Faktor neurobiologi Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologi diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontal Manifestasi Klinis dari ADHD a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat. b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-pertanyaan cont… f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain g.Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang j. Sering berbicara secara berlebihan. k. Sering menyela atau mengganggu orang lain Patofisiologi Meskipun penyebab pasti ADHD tetap tidak teridentifikasi, perhatian saat ini mencakup etiologinya pada perubahan sistem neurotransmiter dopamin dan norepinefrin. Gejala impulsivitas, hiperaktivitas dan tidak/kurang perhatian dimulai sebelum usia 7 tahun dan berlangsung lebih lama dari 6 bulan. Gejala terlihat ditatanan sekolah dan rumah, yang mengganggu interaksi keluarga dan sosial. Anak dan remaja yang menderita ADHD mengalami frustasi, alam prasaan yang labil, ledakan emosi, penolakan teman sebaya, performa sekolah yang buruk, dan harga diri rendah. Mereka juga dapat memiliki kemampuan metakongnitif yang buruk, seperti organisasi, manajemen waktu, dan kemampuan untuk mengurai proyek menjadi rangkian tugas yang lebih kecil mereka tidak malas atau tidak termotivasi, hanya saja memiliki keterampiln yang buruk dalam area ini. Collaborative Manajemen
Manajemen medikasi ADHD, antara lain penggunaan
psikostimulan, inhibitor ambilan ulang norepinefrin non- stimulan, dan agen antihipertensi α-agonis. Medikasi ini tidak menyembuhkan ADHD, tetapi membantu meningkatkan kemampuan anak untuk memusatkan perhatian dan menurunkan tingkat prilaku implusif. Tingkat aktivitas anak biasanya tidak terpengaruh. Terapi prilaku dan menata kembali ruangan kelas dapat berguna sebagai bagian rencana manajemen terapeutik. Karena ADHD memiliki manisfestasi hingga dewasa muda, manajemen harus terus berlangsung selama remaja. Pemeriksaan Penunjang ADHD
a. PemeriksaanTiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah. b. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organic. c. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa. d. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP). e. Pemeriksaan darah : Ditemukan toksin dalam darah penderita ADHD Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian riwayat penyakit 2. Penampilan umum dan perilaku motorik 3. Mood dan afek 4. Proses dan isi pikir 5. Sensorium dan proses intelektual 6. Penilaian dan daya tilik diri 7. Konsep diri 8. Peran dan hubunganPertimbangan fisiologis dan perawatan diri 9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Diagnosa Keperawatan 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif. 2. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak. Intervensi 1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impuls. Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperwaran diharapkan Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain kriteria hasil : 1. Darurat dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan regresi. 2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan – perasaan yang sebenarnya. 3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri. Cont… Intervensi : 1. Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari – hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecugiaan. 2. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak. Cont…. 1. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak. Tujuan: Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial dengan. kriteria hasil: 1. Anak mampu penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain. 2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial 3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk Cont… Intervensi : • Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang melihatnya sebagai negatif. • Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan