Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK

SYNDROM NEFROTIK
KRONIK
OLEH KEOMPOK 1 dan 2
KEPERAWATAN B ( SEMESTER V )
1. Fembri Mokodongan 8. Siti Mina Mokodompit
2. Astuti Molanu 9. Ayuni Gobel
3. Tiranika Kapoyos 10. Wiwit Tungkagi
4. Andriani mokoginta 11. Fadlun Tontoli
5. Sri nurhani 12. Riko Siswanto
mokodongan Mamonto
6. Wahyuni Mokoagow 13. Rizky Gobel
7. Nurmala Datuela
Definisi

Sindrom Nefrotik adalah kumpulan gejala


klinis yang timbul dari kehilanga protein
karena kerusakan glomerulus yang difus.
Etiologi
a. Sindrom Nefrotik Bawaan c. Sindrom nefrotik Idiopatik
Diturunkan sebagai resesif belum diketahui penyebabnya
autosmal karena reaksi
matenofetal. Gejalanya adalah
edema pada masa neonatus

b. Sindrom Nefrotik Sekunder


disebabkan oleh : Malaria
kuartana / parasit lain, penyakit
kolagen ( lupus eritematosus
kronis, trombisis vena renalis),
bahan kimia, dan Amilodosis.
Manifestasi Klinis
1. Odema Umum, 4. Lipid Uria.
terutama jelas pada 5. Mual, Anoreksia, Diare
muka dan jaringan 6. Anemia, Pasien
periobital. mengalami edema paru
2. Proteinuria dan
albuminemia.
3. Hiperlipidemi
khususnya
hipereholedterolemi
Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling
utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap
sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh
karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus
yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya
muatan negatif glikoprotein dalam dinding kapiler (Husein
2002). Akibatnya fungsi mekanisme penghalang yang dimiliki
oleh membran basal glomerulus untuk mencegah kebocoran
atau lolosnya protein terganggu. Mekanisme penghalang
tersebut berkerja berdasarkan ukuran molekul dan muatan
listrik (Silvia 1995).
Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalamtubulus terlalu
banyak akibat dari kebocoran glomerulus dan akhirnya diekskresikan
dalam urin (Husein 2002).Pada sindrom nefrotik, protein hilang lebih dari 2
g/kgbb/hari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan
hipoalbuminemia. Pada
umumnya, edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5
gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologis tetapi
kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik atau
osmotik intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus ke ruangan
interstisial, hal ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya
cairan ke ruang interstisial menyebabkan edema yang diakibatkan
pergeseran cairan (Silvia 1995).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah
arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan
menurunnya tekanan perfusi aliran darah ke ginjal. Hal ini dideteksi lalu
mengaktifkan sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAAS) yang akan
meningkatkan vasokonstriksi dan juga akan mengakibatkan rangsangan
pada reseptor volume intravaskular yang akan merangsang peningkatan
aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium di tubulus distal dan
merangsang pelepasan hormon antidiuretik yang meningkatkan reabsorbsi
air dalam duktus kolektifus.Hal ini mengakibatkan peningkatan volume
plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium dan air yang
direabsorbsi akan memperberat edema (Husein 2002). Stimulasi
renisangiotensin, aktivasi aldosteron dan hormon antidiuretik akan
mengaktifasi terjadinya hipertensi.
Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol, trigliserid, dan lipoprotein serum
meningkat disebabkan oleh hipoproteinemiayang merangsang sintesis
protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya katabolisme lemak yang
menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini kalau
berkepanjangan dapat menyebabkan arteriosclerosis (Husein 2002).
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Lab
- urine
- Darah
2. Pemeriksaan Biopsi = memasukan jarum ke
dalam ginjal pengambilan jaringan ginjal
untuk memperkuat diagnosa.
3. Pemeriksaan penanda Auto Immune
Penatalaksanaan Medis
1. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 grm/hari
dengan praktis dengan menggunakan gaam secukupnya dan
menghindari masakan asin.
2. Diet protein 2 – 3 grm/kgBB/hri.
3. Furosemid 1 mg/kgBB/hari jika edema tidak menurun
dengan mengurangi asupan garam.
4. Dengan antibiotik bila terjadi infeksi.
5. Tirah baring guna mengurangi edema.
6. Terapi cairan harus di pantau input dan output.
7. Perawatan kulit edema
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Identitas klien : lebih banyak pada anak – anak
terutama usia pra sekolah ( 3 – 6 tahun )
b. Riwayat Kesehatan :
- Keluhan utama : kaki edema
- Riwayat kesehatan sekarang : tanyakan berapa lama
keluhan adanya perubahan urine output.
- Kaji onset bengkak pada wajah atau kaki disertai
dengan adanya keluhan pusing atau lelah.
c. Pemeriksaan Fisik
- status kesadaran umum : klien lemah dan terlihat
sakit berat. Kesadaran : compos mentis.
- TTV : sering di dapatkan tdk adnya perubahan.
Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan protein sekunder terhadap
peningkatan permiabilitas glomerulus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malnutrisi terhadap penurunan nafsu makan.
No Diagnosa Intervensi
1 Kelebihan Volume 1. Kaji TTV.
Cairan b.d Kehilangan 2. Kaji input dan output cairan.
Protein Sekunder 3. Timbang BB setiap hari (atau ebih sering
Terhadap Peningkatan jika diindikasikan)
permiabilitas 4. Kaji perubahan edema: ukur lingkar
glomerulus abdomen pada umbilicus serta pantau edema
sekitar mata.
5. Atur masukan cairan dengan cermat.
6. Pantau ifvd
7. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lai inya untuk pemberian kortiskoteroid
sesuai ketentuan. Berikan diuretik bila
diinstruksikan
No Diagnosa Intervensi
2 Ketidakseimbangan 1. Kaji TTV
nutrisi kurang dari 2. Catat Intake dan output makanan secara
kebutuhan tubuh akurat.
berhubungan dengan 3. Kaji adanya anoreksia, hipopretenemia. Dan
malnutrisi terhadap diare.
penurunan nafsu 4. Pastikan anak mendapat makanan dengan diit
makan yang cukup.
5. Beri diit yang bergizi.
6. Batasi natrium selama edema dan terapi
Kortikosteroid .
7. Beri makanan dalam porsi sedikit pada
awalnya dan beri makanan dengan cara yang
menarik.
8. Beri makanan yg sepesial di sukai anak.
Syukron

Anda mungkin juga menyukai