Anda di halaman 1dari 30

Pertemuan 2

Konsep Dasar Ekonomi Islam

Azis Budi Setiawan


Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
Bahasan Pertemuan Ini

A. Kedudukan Ekonomi Islam dalam Al-


Islam & Urgensinya
B. Konsep Dasar Ekonomi Islam
– Tujuan Hidup
– Ekonomi Islam dan Rasionalitas

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 2
A. Kedudukan Ekonomi Islam
dalam Al-Islam & Urgensinya

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 3
Kedudukan Ekonomi Islam (1)

“DINUL ISLAM”

Konpre
hensif SEMPURNA ‫كافة‬

AL-MAIDAH: 3 AL-AN’AM: 38 AN-NAHL: 89

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 4
Kedudukan Ekonomi Islam (2)

• Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan


telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu (Al-Maidah (5): 3).
• Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri (An-Nahl (16): 89)
• Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di Al-Kitab[309] (Al-
An’am (6): 38).
• [472] Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk
itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan
arti dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan tuntunan
untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 5
Kedudukan Ekonomi Islam (3)

AQIDAH SYARIAH ALKHLAK

IBADAH MUAMALAH

HUKUM PIDANA/ EKONOMI &


POLITIK
PERDATA FINANSIAL

ASURANSI BANK PASAR MODAL LEASING PEGADAIAN SEKTOR RIEL DLL

Pertanian, Manufaktur dll


Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 6
Kedudukan Ekonomi Islam (4)

• Sesungguhnya ekonomi Islam adalah bagian integral dari sistem


Islam yang sempurna. Apabila ekonomi konvensional –dengan
sebab situasi kelahirannya- terpisah secara sempurna dari agama.
Maka keistimewaan terpenting ekonomi Islam adalah
keterkaitannya secara sempurna dengan Islam itu sendiri, yaitu
aqidah dan syariah.
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof. Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim,
An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17-18)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 7
Kedudukan Ekonomi Islam (5)

• Berdasarkan ini, maka tidak boleh kita mempelajari


ekonomi Islam secara berdiri sendiri yang terpisah
dari aqidah Islam dan syariahnya, karena sistem
ekonomi Islam bagian dari syariah Islam. Dengan
demikian ia terkait secara mendasar dengan aqidah
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof. Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim,
An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 8
Kedudukan Ekonomi Islam (6)

• Ulama sepakat bahwa muamalat (ekonomi didalamnya)


itu sendiri adalah masalah kemanusiaan yang maha
penting (dharuriyah basyariyah).
• (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim,
An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.14)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 9
Kedudukan Ekonomi Islam (7)

• Sesungguhnya dua sisi syariah Islam ialah ibadat dan


muamalat. Keduanya terkait laksana satu tubuh dan
keduanya satu tujuan, (yaitu dalam rangka ibadah dan
ketaatan kepada Sang Khalik Allah Swt).
• (Samir Abdul Hamid Ridwan, Aswaq al-Awraq al-Maliyah, IIIT, Cairo, 1996,
hlm. 166)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 10
Kedudukan Ekonomi Islam (8)
• Jika jauh jarak perbedaan (kajian) syariah dengan kajian non syariah dalam bidang ekonomi
ini, maka akan jauhlah kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan.
• Karena umat Islam jauh dari kajian muamalah, maka dalam mencari uang, banyak umat Islam
tersesat ke jalan batil, seperti bunga bank, bunga asuransi, bunga koperasi, bunga obligasi,
permainan spekulasi di pasar uang dan pasar modal, arisan berantai, money game berkedok
MLM, praktek gharar dan maysir dalam margin trading, dsb.
• Akibat mengabaikan kajian Muamalah ekonomi:
– Umat Islam bayak yang tidak memahami fungsi uang, sehingga tanpa rasa berdosa
mempraktekkan riba di bank, asuransi, pasar modal dan kredit lainnya.
– Umat Islam (bahkan tokoh agama) banyak yang ikut-ikutan money game berkedok
MLM, arisan berantai, ikut tabungan haji di Bank Riba.
– Umat Islam ikutan spekulasi mata uang.
– Umat Islam ikutan spekulasi di pasar modal, margin trading, future trading.
– DPR/DPRD muslim tidak faham kebijakan fiskal Islam dalam menyusun APBD/APBN.
– Umat Islam kurang faham praktek mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah dan
berbagai jenis transaksi muamalah lainnya.
– Banyak Umat Islam yang tidak faham perbedaan bank Islam dengan bank konvensional,
perbedaan margin murabahah dengan bunga, perbedaan bunga dan bagi hasil.
– Banyak Umat Islam memandang sama saja bank Islam dan bank konvensional,
asuransi Islam dan konvensional,dll
– Mereka menganggap Ekonomi Islam sama saja dengan ekonomi konvensional

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 11
Kedudukan Ekonomi Islam (9)
• Padahal ajaran tentang muamalah ekonomi ini telah dibawa oleh para
Rasul terdahulu. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Huud (11) ayat
84-88.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 12
Kedudukan Ekonomi Islam (10)
• Artinya:
• 84. Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan
timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku
khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."
• 85. Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah
kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi
dengan membuat kerusakan.
• 86. Sisa (keuntungan) dari Allah[734] adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. dan
Aku bukanlah seorang Penjaga atas dirimu"
• 87. Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa
yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang
harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal[735]."
• 88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika Aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku
dan dianugerahi-Nya Aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah Aku menyalahi perintah-Nya)? dan Aku
tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang Aku larang. Aku tidak bermaksud
kecuali (mendatangkan) perbaikan selama Aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku
melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepada-Nya-lah Aku
kembali.
– [734] yang dimaksud dengan sisa keuntungan dari Allah ialah keuntungan yang halal dalam
perdagangan sesudah mencukupkan takaran dan timbangan.
– [735] perkataan Ini mereka ucapkan untuk mengejek nabi Syu'aib a.s.

• Ayat di atas mengisahkan perdebatan kaum Nabi Syu’aib yang mengingkari agama yang
dibawanya yang mengajarkan I’tiqad dan iqtishad (aqidah dan ekonomi)
• Nabi Syu’aib mengingatkan mereka tentang kekacauan transaksi muamalah ekonomi yang
mereka lakukan selama ini.
• Ayat ini berisi dua peringatan penting, yaitu aqidah dan muamalah.
• Ayat ini juga menjelaskan bahwa pencarian dan pengelolaan rezeki (harta) tidak boleh
sekehendak hati, melainkan mesti sesuai dengan kehendak dan tuntunan Allah, yang disebut
syari’ah .

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 13
Kedudukan Ekonomi Islam (11)
• Menurut Dr Abdul Sattar dalam kitabnya Al-Muamalah fil Islam
(hlm.16), Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus
dilaksanakan para Nabi AS, sebagaimana firman Allah:

• Artinya: ”Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca keadilan supaya manusia
dapat menegakkan keadilan itu. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia. Supaya mereka memergunakan besi itu dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agamanya) dan RasulNya. Padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa”.
• Menurut Dr Abdul Sattar, Ayat tersebut mengandung dua masalah penting :
– Bahwa tujuan utama risalah ilahiyah (dalam kitab & syari’ah) adalah menegakkan aturan
(nizham) yang adil dalam muamalah di antara manusia.
– Menegakkan aturan syariah tersebut mesti dengan kekuasaan/kekuatan (besi), setelah
dakwah dan tabligh/komunikasi dilaksanakan (hlm.17)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 14
Kedudukan Ekonomi Islam (12)
• Fiqh Muamalah Ekonomi, menduduki posisi yang penting dalam
Islam. Hampir tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam
aktivitas muamalah, karena itu hukum mempelajarinya wajib
‘ain(fardhu) bagi setiap muslim. Kewajiban itu disebabkan setiap
muslim tidak terlepas dari aktivitas ekonomi. Bahkan sebagian
besar waktu yang dihabiskan seorang manusia adalah untuk
kegiatan muamalah, al. mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan diri, keluarga, bahkan negara.
• Perbandingan Alokasi Waktu untuk Ibadah dan Muamalah.
– Ibadah Mahdhah 5 x 10 menit = 50 menit
– Muamalah (mencari nafkah/kerja) Mulai jam 7 pagi sd jam
19.00 = 12 jam
• Menurut Dr. Yusuf Qardhowi : ” Memahami/mengetahui hukum
muamalah maliyah wajib bagi setiap muslim, namun untuk
menjadi expert (ahli) dalam bidang ini hukumnya fardhu
kifayah”.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 15
B. Konsep Dasar Ekonomi Islam
– Tujuan Hidup
– Ekonomi Islam dan Rasionalitas

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 16
Tujuan Hidup Manusia

• Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia


adalah untuk mencapai kesejahteraan,
meskipun manusia memaknai ’kesejahteraan’
dengan prespektif yang berbeda-beda.
• Sebagian besar paham ekonomi (konvensional)
memaknai kesejahteraan sebagai kesejahteraan
material duniawi.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 17
Falah sebagi Tujuan Hidup (1)
• Islam memaknai ’kesejahteraan’ dengan istilah falah.
• Informasi mengenai konsep kesejahteraan ini hanya dapat
diperoleh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu melalui ajaran
yang diwahyukan dalam Alquran dan Sunnah.
• Istilah falah disebutkan dalam beberapa ayat Alquran sebagai
ungkapan atas orang-orang yang sukses.
• Misalnya dalam beberapa ayat disebut dengan kata muflihun
(QS 3:104; 7:8,157; 9:88,23; 23:102; 24:51), dan aflah (QS 23:1;
91:9).
• Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu
yang berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan.
• Dalam pengertian literal, falah adalah kemuliaan dan
kemenangan dalam hidup.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 18
Falah sebagi Tujuan Hidup (2)
• Falah dalam hal ini berarti kesejahteraan holistik dan seimbang
antara dimensi:
– (1) material-spiritual;
– (2) individual-sosial;
– (3) kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat.
• Sejahtera dunia diartikan sebaga segala yang memberikan
kenikmatan hidup inderawi, baik fisik, intelektual, biologis
maupun material.
• Sedangkan kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan
yang yang diperoleh setelah kematian manusia.
• Prilaku manusia di dunia diyakini akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan di akhirat yang abadi.
• Dalam konteks dunia, falah merupakan konsep yang
multidimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek mikro maupun
makro.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 19
Tabel 1.1. Aspek Mikro dan Makro dalam Falah
Unsur Falah Aspek Mikro Aspek Makro
o Kelangsungan hidup biologis: o Keseimbangan ekologi dan
kesehatan, kebebasan lingkungan
keturunan dsb.
o Kelangsungan hidup ekonomi: o Pengelolaan sumber daya alam
kepemilikan faktor produksi o Penyediaan kesempatan berusaha
Kelangsungan untuk seluruh penduduk
Hidup o Kelangsungan hidup sosial: o Kebersamaan sosial, ketiadaan
persaudaraan dan harmoni konflik antar kelompok
hubungan sosial
o Kelangsungan hidup politik: o Jati diri dan kemandirian
kebebasan dalam partisipasi
politik
o Terbebas dari kemiskinan o Penyediaan sumber daya untuk
Kebebasan seluruh penduduk
berkeinginan o Kemandirian hidup o Penyediaan sumber daya untuk
generasi yang akan datang
o Harga diri o Kekuatan ekonomi dan kebebasan
dari utang
Kekuatan dan
o Kemerdekaan, perlindungan o Kekuatan militer
harga diri
terhadap hidup dan
kehormatan
Sumber: M. Akram Khan (1994). An Introduction to Islamic Economics, Islamabad: IIIT Pakistan

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 20
Maslahah sebagai Tujuan Antara untuk
Mencapai Falah
• Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
manusia secara seimbang sehingga tercipta maslahah.
• Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non
material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai
makhluk yang paling mulia.
• Maslahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu
agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (’aql), keturunan (nasl), dan material
(maal).
– Dien  dibutuhkan oleh manusia  menuntun keyakinan,
memberikan ketentuan/aturan hidup, dan membangun moralitas.
– Nafs  sesuatu yang membantu eksistensinya merupakan
kebutuhan, yang mengancam kehidupan harus dijauhi
– ’Aql  Islam mewajibkan tholabul ilm  karena tanpanya manusia
akan mengalami kesulitan dan penderitaan.
– Nasl  kelangsungan generasi dan kehidupan dunia sangat penting
– Maal  Ia dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
dan sebagai sarana untuk ibadah (banyak ibadah membutuhkan
harta)

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 21
Permasalahan dalam Mencapai Falah (1)
• Dalam upaya mencapai kesejahteraan manusia menghadapi
masalah, yaitu kesenjangan antara sumber daya (resources)
yang ada dengan keinginan & kebutuahan (want & need)
manusia.
• Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan berbagai
sumber daya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan
manusia.
• Penyebab Kelangkaan relatif (relative scarcity):
– (1) Ketidakmerataan distribusi sumber daya  contoh:
kelangkaan BBM  manusia mencari alternatif biogas dst.
– (2) Berbagai keterbatasan manusia  contoh: (1)
keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasi, (2)
keserakahan manusia (sifat buruk).
– serta (3) munculnya konflik antara tujuan duniawi dan
ukhrawi  contoh: korupsi  korbankan akhirat 
timbulkan scarcity bagi pihak lain.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 22
Permasalahan dalam Mencapai Falah (2)
• Ilmu ekonomi Islam lahir untuk menyelesaikan permasalahan kelangkaan relatif
(relative scarcity) ini. Sehingga dapat dicapai falah, yang diukur dengan maslahah.
• Terdapat tiga aspek utama yang harus diselesaikan oleh ekonomi agar falah
tercapai, yaitu:
– (1) konsumsi, output atau komoditas apa dan berapa yang diperlukan agar
kemaslahatan maksimal tercapai;
– (2) produksi, bagaimana output dihasilkan agar kemaslahatan maksimal
tercapai; dan
– (3) distribusi, bagaimana sumber daya dan output didistribusikan agar setiap
mendapatkan maslahah yang maksimal.
• Ketiga aspek tersebut merupakan kesatuan integral untuk mewujudkan maslahah
kehidupan.
• Aktivitas ekonomi harus menuju pada tujuan yang sama untuk mencapai maslahah
yang maksimum bagi umat manusia, dimana:
– Konsumsi  orientasi keseimbangan pemenuhan kebutuhan antar individu
dan antar aspek kehidupan.
– Produksi  orientasi efisien dan adil, sehingga mencukupi kebutuhan semua
manusia
– Distribusi  orientasi adil dan merata agar semua memiliki kesempatan yang
sama untuk memenuhi kebutuhan.
• Dengan demikian diharapkan falah dapat tercipta bagi setiap manusia.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 23
B. Konsep Dasar Ekonomi Islam
– Tujuan Hidup
– Ekonomi Islam dan Rasionalitas

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 24
Dasar Ekonomi Islam
• Ekonomi merupakan bagian integral dari ajaran Islam.
Dan karenanya ekonomi Islam akan terwujud sempurna
hanya jika ajaran Islam diyakini dan dilaksanakan secara
menyeluruh.
• Falah hanya akan diperoleh jika ajaran Islam dilaksanakan
secara kafah (sempurna).
• Ekonomi Islam mempelajari prilaku ekonomi individu-
individu yang secara sadar dituntun ajaran Islam Alquran
dan Sunnah dalam memecahkan masalah ekonomi yang
dihadapinya.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 25
Pengertian dan Lingkup Ekonomi Islam
(1)
• Secara umum, ekonomi Islam didefinisikan sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, meneliti, dan akhirnya berupaya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi
dengan cara-cara yang Islami.
• Yang dimaksudkan dengan cara-cara yang Islami disini
adalah cara-cara yang didasarkan atas Alquran dan
Sunnah. Jadi, ilmu ekonomi Islam mendasarkan segala
aspek tujuan, metode penurunan ilmu, dan nilai-nilai yang
terkandung pada agama Islam.
• Penurunan kebenaran atau hukum dalam ekonomi Islam
didasarkan pada kebenaran deduktif wahyu Ilahi (ayat
qauliyah) yang didukung oleh kebenaran induktif empiris
(ayat kauniyah).

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 26
Pengertian dan Lingkup Ekonomi Islam
(2)
• Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup
ekonomi Islam adalah masyarakat Muslim atau negara Muslim.
• Namun pendapat lain lebih menekankan terhadap perspektif
Islam tentang masalah ekonomi pada umumnya.
• Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam
bukan hanya merupakan praktik ekonomi yang dilakukan oleh
individu dan komunitas muslim yang ada, namun juga
merupakan perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada
ajaran Islam.
• Berbeda dengan ekonomi konvensional yang hanya lebih
menekankan pada analisis terhadap masalah ekonomi dan
alternatif solusinya. Dalam padangan ini tujuan ekonomi dan
nilai-nilainya (value) dianggap sebagai hal yang sudah tetap
(given) atau diluar bidang ilmu ekonomi.
• Ekonomi Islam dan konvensional berbeda dalam cara
menyelesaikan masalah dan cara melihat masalah.
• Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia
untuk mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk
mencapai falah berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai
Al-Qur’an dan Sunah.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 27
Ekonomi Islam sebagai Suatu Ilmu
dan Norma
• Ekonomi positif (positive economics) dan
ekonomi normatif (normative economics)
• Ilmu ekonomi konvensional melakukan
pemisahan secara tegas antara aspek positif
dan normatif.  Fakta ekonomi independen
terhadap norma (tidak ada kausalitas)  norma
diluar ilmu ekonomi
• Ekonomi Islam hanya akan dihasilkan dengan
integrasi norma dan ilmu ekonomi.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 28
Rasionalitas dalam Islam
• Ekonomi Islam dibangun atas dasar perilaku individu
yang rasional Islami.
• Rasional Islami dalam hal ini tidak dimaknai sebagai
rasional sempit, melainkan perilaku logis bagi setiap
individu yang sadar dan perhatian untuk memperoleh
falah.
• Hal ini menuntut manusia untuk bervisi dan berfikir
jangka panjang.
• Dalam hal tertentu, manusia akan mengorbankan
kepentingan duniawinya untuk mendapatkan
kesejahteraan akhirat atau melakukan tindakan etis yang
mengorbankan kepentingan individu atau material demi
memperoleh maslahah yang lebih besar.
• Perilaku etis dipandang sabagi perilaku rasional ketika
sejalan dengan nilai-nilai falah.

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 29
Wallahu’alam bishawab
Jazakumullah Khoiron Katsiraa

Mankiw et al. Principles of Microeconomics, 2nd Canadian Edition Chapter 14: Page 30

Anda mungkin juga menyukai