Anda di halaman 1dari 21

CRUDE DISTILLATION UNIT (CDU)

Kelompok 3 :
1. Geta Arianty
2. Nuzul Azmi
3. Tasya Aurellia
4. Timothy Winston
5. Yola Afrilia
Crude Distillation Unit (CDU)

• Beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih


komponen penyusunnya
• Kolom CDU memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan
diesel sebesar 50-60% volume feed, sedangkan produk lainnya
sebesar 40-50% volume feed berupa atmospheric residue.
Teori Crude Distillation Unit

1. Crude Oil Composition


Crude oil terdiri dari atom carbon dan hydrogen yang
bergabung membentuk molekul hydrocarbon. Berdasarkan struktur
molekuler umum, hydrocarbon dikelompokkan menjadi 4 macam,
yaitu paraffin, naphthene, aromatic, dan olefin.
• Atmospheric residue pada kilang lama, yang tidak memiliki
Vacuum Distillation Unit/VDU, biasanya hanya dijadikan fuel oil
yang value-nya sangat rendah atau dijual ke kilang lain untuk
dioleh lebih lanjut di VDU. Sedangkan pada kilang modern,
atmospheric residue dikirim sebagai feed Vacuum Distillation Unit
atau sebagai feed Residuel Catalytic Cracking (setelah sebagiannya
di-treating di Atmospheric Residue Hydro Demetalization unit
untuk menghilangkan kandungan metal atmospheric residue).
1.1 Paraffin
Senyawa paraffin paling simple adalah methane (CH4).
Contoh senyawa parafin lain adalah ethane (C2H6) atau biasa
disebut dry gas, propane (C3H8), butane (C4H10), pentane (C5H12),
hexane (C6H14), heptane (C7H16), octane (C8H18) dan seterusnya.
Molekul paraffin mempunyai formula standard CnHn+2 dengan n
adalah jumlah atom carbon. Penamaan senyawa parafin mempunyai
keunikan, yaitu diberi akhiran “-ane”.
1.2 .Naphthene
Struktur hydrocarbon jenis ini lebih kompleks daripada
struktur hydrocarbon jenis paraffine karena atom
carbon tersusun dalam suatu cincin. Contoh struktur
hydrocarbon jenis naphthene adalah sebagai berikut :
1.3 Aromatic
Senyawa aromatik yang paling sederhana dan yang
memiliki boiling point paling rendah adalah benzene
(C6H6). Senyawa ini serupa dengan senyawa naphthene
dalam hal struktur ring namun berbeda dalam hal jumlah
atom hydrogen yang hanya satu yang terikat pada atom
carbon (naphthene memiliki 2 atom hydrogen yang terikat
pada atom carbon).
1.4 Olefin
Olefin sangat jarang ditemukan dalam crude oil karena komponen
ini merupakan produk dekomposisi dari jenis hydrocarbon lainnya.
Konsentrasi olefin terbesar ditemukan dalam produk thermal
cracking dan catalytic cracking.
1.5 Senyawa Lain
• Salts/Garam : Senyawa garam yang paling banyak adalah senyawa
chloride, seperti sodium chloride, magnesium chloride, dan
calcium chloride. Senyawa garam ini dapat membentuk asam yang
dapat menimbulkan korosi pada bagian atas kolom CDU. Senyawa
garam juga bisa menyebabkan plugging pada peralatan seperti
heat exchanger dan tray kolom fraksinasi.
• Senyawa sulfur :Jika sulfur content suatu crude tinggi
disebut ”sour crude”. Senyawa sulfur yang paling ringan
adalah hydrogen sulfide (H2S) yang selain korosif juga
merupakan deadly gas. Senyawa lain adalah mercaptan
yang merupakan nama umum untuk paraffinic hydrocarbon
yang satu atom hydrogennya diganti dengan radikal –SH.
Senyawa sulfur lainnya mempunyai struktur ring olefin dan
biasanya diberi nama depan “thio”.
• Metal Jenis metal yang biasa ditemukan di crude oil adalah arsenic, lead
(timbal), vanadium, nikel, dan besi. Sebagian besar metal dalam umpan
CDU akan keluar bersama atmospheric residue. Arsenic dan lead
merupakan racun paling mematikan dari katalis unit catalytic reforming,
sedangkan vanadium, nikel, dan besi akan mendeaktivasi katalis catalytic
cracking.
• Sand, Mineral Matter and Water
Senyawa-senyawa ini dikelompokkan bersama sebagai Base Sediment and
Water (BS&W), dan biasanya berjumlah kurang dari 0,5 %wt total crude.
2. Desalter
Pada sebagian besar crude oil, sekitar 95% total salt content
ditemukan dalam BS&W crude oil. Salt terjadi dalam bentuk highly
concentrated brine droplet yang terdispersi dalam crude oil. Droplet ini
sangat kecil dan sangat susah terpisah dari crude oil. Proses desalting
berfungsi untuk mengencerkan high salt content brine dengan
menambahkan fresh water pada crude oil untuk memproduksi low salt
content water.
Agar fresh water dapat berkontak dengan efektif dengan
concentrated brine atau BS&W, suatu emulsi harus terbentuk untuk
mendispersi air yang ada pada crude. Emulsi diproduksi dengan
melewatkan liquid pada kecepatan tinggi melalui orifice kecil yang
kemudian melalui mixing valve. Setelah demulsifikasi dan settling, BS&W
yang tersisa dalam crude adalah diluted water, bukan lagi concentrated
brine.
Feed dan Produk Crude Distillation Unit

• Jenis umpan CDU dapat berupa


”sour” crude atau “sweet”
crude tergantung dari disainnya.
Penggunaan crude non-disain
tetap dimungkinkan namun
terlebih dahulu harus dilakukan
uji coba pemakaian untuk
mengetahui efeknya terhadap
unit-unit dowstream.
Typical produk CDU adalah sebagai berikut :

Tingkat ketajaman pemisahan ditentukan berdasarkan gap antara


95% temperatur distilasi ASTM fraksi dengan boiling point lebih
rendah dan 5% temperatur distilasi ASTM fraksi dengan boiling point
lebih tinggi. Best practice gap tersebut adalah sebagai berikut:
• Straight run naphtha/Kerosene : 20oF (11oC).
• Kerosene/Diesel : 10 oF (5,6oC).
Aliran Proses Crude Distillation Unit

• Process Flow Diagram CDU dapat dilihat pada gambar berikut :


Variabel Proses Crude Distillation Unit

Beberapa variabel proses yang berpengaruh pada operasi CDU adalah


sebagai berikut :
1. Flash Zone Temperature
Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak yield
produk yang dihasilkan, dan sebaliknya semakin sedikit yield bottom CDU.
Namun flash zone temperatue tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
mengakibatkan terjadinya thermal decomposition/cracking umpan.
Temperature thermal decomposition/cracking tergantung jenis umpan. Pada
umumnya temperature thermal decomposition/cracking crude adalah sekitar
370oC (UOP menyebutkan 385 o C). Flash zone temperature diatur secara
tidak langsung, yaitu dengan mengatur Combined Outlet Temperatur/COT
fired heater.
2. Temperature Top Kolom CDU
Temperature top kolom CDU diatur dengan mengembalikan sebagian
naphtha yang telah dikondensasi sebagai reflux kembali ke top kolom CDU.
Jika temperature flash zone dinaikkan, maka reflux rate harus dinaikkan
untuk menjaga temperature top tetap. Temperature top kolom merupakan
salah satu petunjuk endpoint naphtha. Untuk memperoleh endpoint
overhead produk yang lebih rendah maka top temperature harus diturunkan
dengan cara menambah jumlah top reflux.
3. Tekanan Top Kolom CDU
Meskipun tekanan top kolom tidak pernah divariasikan, namun
perubahan kecil pada tekanan top kolom akan menghasilkan perubahan besar
pada temperature pada komposisi umpan yang tetap. Jika tekanan top kolom
tidak dapat dijaga tetap dan operasi CDU hanya mengandalkan quality
control produk hanya berdasarkan pengaturan temperature tray/temperature
draw off, maka komposisi produk akan berubah cukup signifikan. Pressure
swing yang sangat sering akan membuat operasi CDU menjadi tidak stabil.
Untuk menjaga stabilitas tekanan top kolom maka dipasang temperature
controller yang di-cascade dengan flow top reflux
4. Stripping Steam
Jumlah stripping steam (superheated) yang dimasukkan ke bottom
tiap side cut product stripper digunakan untuk menghilangkan uap ringan
yang terlarut dalam produk, yang akan menentukan flash point produk.
Stripping steam dapat juga dimasukkan ke bagian bawah/bottom kolom
CDU sebagai pengganti reboiler dengan fungsi sama, yaitu menghilangkan
fraksi ringan yang ada dalam produk bottom kolom CDU.
Troubleshooting
Beberapa contoh
permasalahan, penyebab,
dan troubleshooting yang
terjadi di Crude
Distillation Unit dapat
dilihat dalam table II
berikut ini :
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai