Anda di halaman 1dari 9

Joverly Endey (22164851A)

Fitri Melati (22164852A)


Cici Devi I (22164854A) Yolanda Monica K (22164858A)
Verra Nurmaylindha (22164856A) Alfian Bagas P (22164859A)
Ade Laras S (22164857A) Retno Suci P (22164860A)
Syaferi Zakaria (22164861A)
Nouv Isnin P.A (22164866A)
Rizky Ayu S (22164910A)
PATOFISIOLOGI
• Shigella Sp.  toksin (Shigatoksin) dan Toksin shigella dysenteriae
mengadakan multiplikasi tanpa invasi di
dalam jejunum kemudian memproduksi
toksin. Endotoksin
• Toksin ini kemudian berikatan dengan
reseptor  aktivasi proses sekresi • Pada waktu terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan
sehingga terjadi diare cair yang lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin ini mungkin
merupakan tanda dari sifat enterotoksik menambah iritasi pada dinding usus.
shigatoksin. Selanjutnya, invasi jaringan
(dalam usus besar) oleh shigatoksin yang
akan memperberat gejalanya. Eksotoksin (Shigella dysentriae)

• Efek enterotoksik shigatotoksin yaitu lebih • S. Dysentriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin
pada penghambatan absorpsi elektrolit, tidak tahan panas  mempengaruhi saluran pencernaan
glukosa, dan asam amino dari lumen dan SSP.
intestinal (Dzen dkk, 2003). • Eksotoksin  protein yang bersifat antigenik
(merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan
percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini dapat
menimbulkan diare, sebagaimana halnya enterotoksin.
TANDA & GEJALA KLINIS

• Shigellosis merupakan diare yang ditandai dengan tinja yang


berdarah dan berlendir disertai dengan gejala demam dan
gembung (meteorismus).
• Spektrum klinis shigellosis cukup luas, mulai dari diare cair, diare
berdarah, diare persisten, dan gejala lain di luar sistem
pencernaan sebagai komplikasi akibat infeksi Shigella sp.
PREVALENSI
• Riskesdas 2013 mengumpulkan informasi bahwa periode prevalen diare pada
Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period
prevalen yang tinggi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang
tidak sama antara 2007 dan 2013. Pada Riskesdas 2013 Insiden diare untuk seluruh
kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen. Lima provinsi dengan insiden dan
 periode prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%).
• Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang
paling tinggi menderita diare karna bakteri Shigella. Insiden diare balita di Indonesia
adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh
(10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten
 (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil
indeks kepemilikan terbawah (6,2%) (Rikesdas, 2013).
SASARAN DAN TUJUAN TERAPI
Tujuan dari terapi diare karena shigella
Mencegah & mengobati dehidrasi.
Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi
berat.
Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan
bergizi selama dan sesudah diare.

Sasaran terapi diare karena shigella


Menghambat atau membunuh bakteri Shigella yang merupakan bakteri
gram positif dan gram negatif penyebab diare menggunakan antibiotik
yang sesuai.
STRATEGI TERAPI FARMAKOLOGI & NON
FARMAKOLOGI

Bakteri Patogen Obat Dosis (per hari) Jangka Waktu


Antibiotik pada diare akut
Shigelosis Ampisillin 4x1g 5 hari
Kloramfenikol 4 x 500 mg 5 hari
Antibiotik pada diare kronik
Shigella sp Ampisillin 2x1g 5-7 hari
Kotrimoksazol 2 x 2 tab 5-7 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg 5-7 hari
Tetrasiklin 4 x 500 mg 5-7 hari
-Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih

-Cuci tangan pakai sabun dan air bersih sebelum makan dan sesudah
buang air besar
-Rebus air minum terlebih dahulu & Gunakan air bersih untuk
memasak

-Untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan

-Buang air besar di jamban

-Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur & ASI ekslusif


seama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun
-Memberikan imunisasi campak bagi anak & Membuang tinja bayi dengan
benar (Kasaluhe et al 2015).
DAFTAR PUSTAKA

• Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.


• Meityn D., Kasaluhe, Ricky C., Sondakh, Nancy S.H., Malonda. 2015. FaktorFaktor
yang Berhubungan Dengan Kejadian Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna
Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe. Manado.

Anda mungkin juga menyukai