Anda di halaman 1dari 24

1

2
3
Usia
rata-rata
40-59 thn

Negara Program skrining


berkembang >> belum efektif !!

4
HPV
Defisiensi
Usia
nutrisi

Partner Paritas

Kanker
serviks

Imunosupresi Kontrasepsi

Prilaku
Rokok
seksual
Sosial -
ekonomi
5
6
7
Kanker
Serviks

WHO : Papanicolaou :
CIN :
Bethesda :
Mild dysplasia Kelas I
CIN 1
Moderate dysplasia LSIL Kelas II
CIN 2
Severe dysplasia / HSIL Kelas III
CIN 3
CIS. Kelas IV
Kelas V

8
Invasi langsung

Hematogen Penyebaran Tumor Limfogen

Implantasi intraperitoneal

Tumor dapat tumbuh

Eksofitik

Endofitik

Ulseratif
9
- Dapat asimtomatik + Nyeri ke pinggul atau
-Sekret vagina >> kaki
+ Oedem tungkai bawah
-Bau busuk (nekrosis)
+ Uremia
-Bercak perdarahan  + Hematuria
anemia + Fistula vesikovagina
- Keputihan + Penurunan berat badan

Perdarahan yang eksesif /GGK


10
KGB
(supraklavikula, aksiler, inguinofemoral)

 Rectovaginal
►Stad. Dini  cervix tampak normal
►Stad. Lanjut perubahan pd cervix & vagina  iregularitas &
konsistensi serviks & vagina
►rectal toucher : parametrium, ligamentum uterosakral, dan dinding
samping rongga panggul.

11
stage
FIGO
0 Karsinoma insitu, kanker intra-epitel
I Karsinoma masih terbatas pada serviks (perluasan ke corpus uteri diabaikan)
IA Karsinoma invasif hanya didiagnosis berdsrkn hsl pemeriksaan scr mikroskopis
IA 1 Invasi ke stroma dg kedalaman tidak lebih dari 3 mm & penyebaran horizontal tidak lebih dari 7 mm
IA 2 Invasi ke stroma dg kedalaman > 3 mm tp < 5mm & penyebaran horizontal 7 mm atau lebih sedikit
IB Scr klinis lesi tampak terbatas pada serviks atau lesi scr mikroskopis lebih besar dibanding Ia2
IB 1 Scr klinis lesi tampak ≤ 4cm dalam dimensi terbesar
IB 2 Scr klinis lesi tampak > 4cm dalam dimensi terbesar
II Kanker meluas keluar serviks tp blm mencapai ddg panggul atau 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke Parametrium
IIB Dengan invasi ke Parametrium
III Sudah ke 1/3 bawah vagina / ddg panggul dan atau terdapat hidronefrosis atau tidak ber f(x) ginjal
IIIA 1/3 bawah vagina tapi blm sampai ddg panggul
IIIB Telah meluas ke ddg panggul dan atau terdapat hidronefrosis atau tidak ber f(x) ginjal
IV Perluasan keluar true pelvis atau scr klinis telah melibatkan mukosa kandung kemih atau rektum
IVA Menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum
IVB Metastasis jauh 12
13
• T – tidak ditemukan tumor primer
– T1S – karsinoma pra-invasif, ialah Karsinoma In Situ (KIS)
– T1 – karsinoma terbatas pada serviks (walaupun adanya perluasan ke korpus uteri)
• T1a - pra-klinis adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan histologik
• T1b - secara klinis jelas karsinoma yang invasif
– T2 - karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul, atau karsinoma telah
menjalar ke vagina, tetapi belum sampai 1/3 bagian distal
• T2a – karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
• T2b – karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
– T3 – karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atatu telah mencapai dinding panggul (tak ada celah bebas
antara tumor dengan dinding panggul)
– T4 – karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau meluas sampai di luar panggul
(ditemukannya edema bulosa tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebagai T4)
• T4a – karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan secara histologik
• T4b – karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
• NX – bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+ ditambahkan untuk tambahan ada/tidak adanya
informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NX + atau NX –
– N0 – tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
– N1 – kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-cara diagnostik yang tersedia
(misalnya limfofrafi, CT-scan panggul)
– N2 – teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas infiltrat diantara massa ini
dengan tumor
• M0 – tidak ada metastasis berjarak jauh
• M1 – Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio arteri iliaka komunis

14
Perbandingan Hasil Sitologi Tatalaksana
Papanicolaou WHO CIN Bethesda System

Kelas I Dalam batas normal Skrining secara teratur.

Kelas II Benign cellular changes Terapi eksisi: LEEP, LLETZ, laser conization, cervical
conization.
Terapi ablatif : cryosurgery, laser ablation.

ASC (Atypical Squamous Cell) Tes HPV (+) kolposkopi


Tes HPV (-)  ulang tes sitologi dalam: 1 thn.
Ulangi tes sitologi 6 bln-6 bln kemudian, bila hasil:
Normal (2x berturut-turut) skrining rutin.
Tetap ASC  kolposkopi.

Kelas III Mild Dysplasia CIN 1 L-SIL LSIL : kolposkopi  biopsi ECC  PA : lihat hasil apakah
Moderate Dysplasia CIN 2 H-SIL ada perubahan ke arah precancerous?  jika hasil :
Severe Dysplasia ■CIN 1/ < : tes HPV / sitologi lain dlm 12 bulan.
CIN 3 ■ASC/>/ tesh HPV (+) : ulang kolposkopi .
■CIN 2/3 : remove all abnormal area.
HSIL : kolposkopi  tes sitologi ulang  jika: ■CIN 2/3 :
remove all abnormal area.

Kelas IV Carcinoma in situ CIN 3 remove all abnormal area.

Kelas V Microinvasive carcinoma Invasive Invasive Carcinoma (lihat algoritma penatalaksanaan kanker serviks)
15
Invasive carcinoma Carcinoma
16
Stage Terapi

Stage Ia1 ≤ 3 mm invasion, no Conization or type I hysterectomy


LVSI
≤ 3 mm invasion, Radical trachelectomy or type II radical hysterectomy with
with LVSI pelvic lymph node dissection
Ia2 >3 - 5 mm invasion Radical trachelectomy or type II radical hysterectomy with
pelvic lymphadenectomy
Ib1 >5 mm invasion, <2 Radical trachelectomy or type III radical hysterectomy with
cm pelvic lymphadenectomy
Ib2 >5 mm invasion, >2 Type III radical hysterectomy with pelvic lymphadenectomy
cm
>5 mm invasion Type III radical hysterectomy with pelvic and para-aortic
lymphadenectomy or primary chemoradiation
Stage IIa Type III radical hysterectomy with pelvic and para-aortic
lymphadenectomy or primary chemoradiation
IIb, IIIa, IIIb Primary chemoradiation
Stage IVa Primary chemoradiation or primary exenteration
IVb Primary chemotherapy ± radiation
LVSI = lymphovascular space invasion.
17
(-) (+)

VIA

Konisasi Schiller test

Deteksi Dini
Kuretase
HPV DNA
endoservikal

Sitologi ? Kolposkopi

18
Waspada Skrining

Nutrisi Kondom

Vaksinasi
19
Tabel 3.1. Panduan Skrining Kanker Serviks1,9
Panduan American US Preventive Services American
Cancer Society Task Force College of
Obstetricians
and
Gynecologists
Kapan harus Kira-kira 3 tahun Dalam 3 tahun dari Kira-kira 3
mulai setelah mulai mulainya aktivitas tahun setelah
koitus tapi tidak seksual atau umur 21 mulai koitus
lebih dari umur tahun, yang mana saja tapi tidak lebih
21 tahun yang lebih dahulu dari 21 tahun

Interval skrining :
 Tes Pap konvensional Setiap 1 tahun untuk tes Setiap 1 tahun baik
 Liquid-based cytology Pap konvensional Minimal tiap 3 tahun untuk tes Pap untuk tes Pap
* Setiap 2 tahun untuk konvensional, tetapi belum ada konvensional maupun
liquid-based Pap bukti yang cukup untuk liquid- untuk liquid-based Pap
* Biasanya tiap 2-3 tahun based Pap * Biasanya tiap 2-3
untuk wanita usia ≥ 30 tahun untuk wanita usia
tahun dengan tiga kali tes ≥ 30 tahun dengan tiga
sitologi negatif kali tes sitologi negatif

 Tes HPV Tiap 3 tahun jika HPV Belum ada bukti yang cukup Tiap 3 tahun jika HPV
dan sitologi negatif dan sitologi negatif
20
21
PROGNOSIS
I A  100%

I B  88%

II A  68%

II B  44%

III  18-39%

V  18-34%

22
• Kanker serviks  Indonesia (1st), Dunia (2nd)
• HPV (Human Papillomavirus)  E0 utama  tipe sel skuamosa
melalui hubungan seksual.
• Deteksi Dini dan penentuan stadium tumor
– penting unutk penanganan
– prognosis lebih baik
• Mencegah infeksi HPV  cegah kanker serviks
– salah satunya dengan Vaksin HPV

23
24

Anda mungkin juga menyukai