Anda di halaman 1dari 36

GIZI BURUK

Rosdiana : 1710029052
Pembimbing: dr. Ahmad Wisnu Wardhana, Sp. A

SMF & Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Samarinda, Januari 2019
BAB 1 PENDAHULUAN : Latar Belakang

Meskipun prevalensi gizi buruk di Indonesia pada


Gizi buruk (severe malnutrition) adalah
anak balita mengalami penurunan dari 5,4% tahun
bentuk terparah dari proses terjadinya
2007 - 4,9% pada tahun 2010. Tetapi jumlah nominal
kekurangan gizi menahun.
anak gizi buruk masih relative besar.

Jika pemberian nutrisi pada anak balita Oleh karena itu, diperlukan tenaga yang
kurang baik dari segi kualitas maupun mampu mengatasi kasus gizi buruk secara
kuantitasnya maka pertumbuhan dan cepat, tepat dan professional yang diikuti
perkembangan anak balita akan dengan penyiapan sarana dan prasarana yang
berjalan lambat memadai.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Definisi

Gizi buruk (severe malnutrition) atau malnutrisi energi


protein adalah keadaan kurang gizi pada anak yang
disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein.

Status gizi buruk dibagi 3 bagian, yakni :


Gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor),
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan
kekurangan kedua-duanya (marasmus-kwashiorkor)

(Kemenkes,2013)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Klasifikasi MEP

Klasifikasi menurut Departemen Kesehatan RI MEP berdasarkan berat badan (BB),


tinggi badan (TB), dan umur adalah sebagai berikut:

BB/TB TB/U
(berat menurut tinggi) (tinggi menurut
umur)
Mild 80 – 90 % 90 – 94%
Moderate 70 – 79 % 85 – 89 %
Severe < 70 % <85 %
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Etiologi

Pola makan
Faktor sosial
Faktor ekonomi
Faktor infeksi dan penyakit lain.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Patogenesis

Respon Metabolik Terhadap Pemasukan Energi Inadekuat


Akibatnya terjadi perubahan yaitu ↓ aktivitas, pertumbuhan yang lambat dan perubahan komposisi
badan. Selain itu, akan terjadi ↓ laju metabolisme dan ↑ total cairan tubuh terutama di ekstaselular.

Adaptasi Terhadap Penurunan Pemasukan Protein


Terjadi proses pembentukan protein otot dan peningkatan pemecahan yang akan
memberikan asam amino essensial untuk sintesis protein dan glukoneogenesis

Perubahan Elektrolit
Terjadi ↓ Na dan K, elektrolit lain juga akan berubah seperti ↓ fosfat , Mg dan Ca.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA : Patogenesis

Interaksi dengan Infeksi


Pemasukan energi dan protein yang tidak cukup, berhubungan dengan kondisi ↑ bakteri dan mikroba lain.
Lemak dibutuhkan untuk memfasilitasi penyerapan dari vitamin E, D dan A dan untuk menjaga infeksi.

Sitokin
Pada anak yang malnutrisi berat didapatkan ↓ reaksi inflamasi dan menumpulnya respon febrile.

Protein Fase Akut


Pembentukan protein tersebut adalah di dalam hati dan ↑ bila ada stress seperti infeksi. Pada anak
malnutrisi berat akan terjadi ↓ protein fase akut negatif seperti albumin, prealbumin, fibronektin dan
retinol binding protein.
Manifestasi Klinis
“ Diagnosis


ditegakkan berdasarkan tanda
Status gizi

Marasmus:
Gizi burukBB/TB < -3Tampak
Klinisdan gejala klinis serta
pengukuran antropometri. Diagnosis gizi buruk apabila:

SD atausangat
<70%kurus
dari dan
median,
Antropometri
(BB/TB-PB)

atau edema pada < -3 SD


• Kwashiorkor: BB/TB >-3SDkedua
, Marasmik-Kwashiorkor: BB/TB <-3SD
punggung kaki sampai seluruh
• Lingkar lengan tengah atas < 11,5mm
tubuh.
• Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh


Anak tampak sangat kurus (visible severe wasting)
Gizi kurang Tampak kurus
Tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu,
lengan, pantat dan paha; tulang igaTampak
Gizi baik
edema.
terlihatsehat
-3 SD - < -2 SD
jelas, dengan atau tanpa adanya
-2 SD – 2SD

Gizi lebih Tampak gemuk >2 SD

Penegakkan Diagnosis : Anamnesis


Kemenkes, Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, 2013
Alur pemeriksaan
Anak Gizi Buruk
Klasifikasi
Tanda Bahaya

(Kemenkes, Bagan Tatalaksana


Anak Gizi Buruk Buku II, 2013)
Tanda Hipotermia

(Kemenkes, Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, 2013)


Tanda Hipoglikemia dan Tanda Renjatan / Syok
Tanda-tanda Dehidrasi

(Kemenkes, Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, 2013)


Pemeriksaan Penunjang

Penemuan hasil laboratorium sebagai berikut :

• Konsentrasi total protein serum dan terutama albumin berkurang pada KEP
edematus, dan normal atau rendah pada marasmus.
• Hb dan hct biasanya ↓, terlebih pada kwashiorkor daripada marasmus.
• Rasio asam amino nonesensial dan esensial plasma ↑ pada kwashiorkor dan biasanya
normal pada marasmus.
• Level Free Fatty Acid (FFA) serum ↑, terutama pada kwashiorkor.
• Level glukosa darah normal atau rendah setelah puasa 6 atau lebih.
• Eksresi urin kreatinin, hidroksiprolin, 3-metil histidin, dan urea nitrogen rendah.
Penatalaksanaan
Perlu diketahui ada tidaknya tanda bahaya dan tanda penting pada pasien gizi buruk, yaitu

(Kemenkes, Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I, 2013)


Berikut Jadwal
Pengobatan dan
Perawatan
Anak Gizi Buruk
Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN DEHIDRASI

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi


berat dengan syok.

Beri ReSoMal, secara oral /NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
• Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 4-10 jam.

Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
yang keluar dan apakah anak muntah.
Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Berikan K dan Mg ekstra ditambahkan ke F-75, F-100, ReSoMaL


Tambahkan 20 ml larutan ini ke 1 liter feed untuk menambah
ekstra kalium dan magnesium yang dibutuhkan.

Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi

Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl)

Bila bisa makan berikan bahan makanan yang banyak


mengandung mineral (Zn, Cuprum, Mangan, Mg, K) dalam
bentuk makanan lumat atau lunak.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:


• AB spektrum luas,
• Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin
sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.

Pilihan antibiotik spektrum luas


• Komplikasi atau Infeksi (-), beri amoxicilin selama 5 hari.
• Komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau letargis atau tampak sakit berat), atau
infeksi (+), berikan: Benzylpenicillin (50 000 U/kg IM/IV tiap 6 jam) atau Ampisilin
selama 2hari, dilanjutkan dengan Amoksisilin oral selama 5 hari, ditambah:
Gentamisin selama 7 hari.
PENGOBATAN DEFISIENSI ZAT GIZI MIKRO

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:


• Berikan vitamin A pada hari 1 dan ulangi pada hari 2 dan 14
• Mulai zat besi 3 mg/kg /hari setelah 2 hari dengan formula catch-up F-100.

Jika anak tidak mengonsumsi makanan terapi pra-campuran, berikan yang


berikut ini, nutrisi mikro setiap hari selama minimal 2 minggu:
• Asam folat 5 mg pada hari 1; lalu 1 mg setiap hari
• Sirup multivitamin 5 ml
• Zinc 2 mg/kg/hari
• Tembaga 0,3 mg/kg /hari
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah BB naik (mulai fase rehabilitasi)
Pemberian makanan awal (Initial Refeeding)

frekuensi setiap 2-3 jam dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas
maupun rendah laktosa

Pemberian makan melalui NGT jika anak makan ≤ 80% dari jumlah yang
ditawarkan dua feed berturut-turut
• Kalori 100 kkal/kg/hari, Protein 1-1,5 g/kg/hari

Cairan 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari jika anak mengalami edema berat

Selain itu, jika masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan jumlah F-75 yang
ditentukan diberikan
Tumbuh Kejar (catch- up growth)

Lakukan transisi secara bertahap dari (F-75) ke formula tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):

Ganti F 75 → F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan.

Naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit.

Setelah transisi bertahap, beri anak: makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak)
Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari, Protein: 4-6 g/kgBB/hari.

Bila masih ASI, lanjutkan tetapi pastikan sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan

Makanan-terapeutik-siap-saji (RUTF) mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92 g digunakan pada fase rehabilitasi.
Tumbuh Kejar (catch- up growth)

• Mulai dengan jumlah kecil tapi teratur RUTF


(pertama 8x/hari, dan kemudian 5-6x/hari).
Jika menggunakan • Jika anak tidak dapat menghabiskan paling
Makanan- tidak setengah dari jumlah RUTF yang
terapeutik-siap-saji disarankan dalam 12 jam, hentikan RUTF
(ready to use dan berikan F-75.
therapeutic food = • Jika masih menyusui, berikan ASI terlebih
dahulu sebelum setiap pemberian RUTF.
RUTF):
• Setelah fase transisi, masuk fase rehabilitasi
dalam perawatan rawat jalan
Berikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional

Pada gizi buruk terjadi keterlambatan


perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :

• Kasih sayang
• Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
• Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
• Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
• Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan,
bermain dsb)
Pemulangan dan Tindak Lanjut

Persiapan orang tua dalam hal perawatan di


rumah, Hal ini mencakup:
• Pemberian makanan yang sesuai (dan jumlah makanan
yang benar) setidaknya 5xsehari
• Berikan camilan berenergi tinggi di antara waktu makan
(mis. susu, pisang, roti, biskuit).
• Beri anak makanan tersendiri/terpisah, sehingga asupan
makan anak dapat dicek
• Bantu dan bujuk anak untuk menghabiskan setiap makan
• ASI diteruskan sebagai tambahan.
Penanganan Penyakit Penyerta

Jika anak memiliki gejala kekurangan vitamin A:


• Berikan vitamin A secara oral pada hari 1, 2 dan 14
• Jika mata terdapat tanda kekeruhan atau ulserasi kornea,
berikan tambahan untuk mencegah pecahnya kornea dan
ekstrusi lensa:
• Teteskan kloramfenikol /tetrasiklin pada mata 4xsehari, selama
7-10 hari.
• Teteskan tetes mata atropin, satu tetes 3xsehari, selama 3-5 hari.
• Tutupi mata dengan kasa yang dibasahi salin
• Perban mata.
Penanganan Penyakit Penyerta

ANEMIA BERAT
Pada anak gizi buruk, transfusi harus diberikan secara lebih lambat dan
dalam volume lebih kecil dibanding anak sehat. Beri:

Whole Blood, 10 ml/kgBB secara lambat


selama 3 jam,
Furosemid, 1 mg/kg IV pada saat transfusi
dimulai.
Lesi Kulit pada Kwashiorkor

Kompres daerah luka dengan larutan Kalium


permanganat (PK; KMnO4) 0.01% selama 10
menit/hari.
Beri salep/krim (seng dengan minyak kastor, tulle
gras) pada daerah yang kasar, dan beri gentian
violet (/nistatin) pada lesi kulit yang pecah-pecah.
Diare Persisten

Giardiasis dan kerusakan mukosa usus


Metronidazol 7.5 mg/kg setiap 8 jam selama 7 hari).

Diare osmotik
Gunakan F-75 berbahan dasar serealia dengan
osmolaritas yang lebih rendah. Berikan F-100 untuk
tumbuh kejar secara bertahap.
Tuberkulosis

Jika anak diduga kuat menderita


tuberkulosis,

lakukan: tes Mantoux (walaupun seringkali


negatif palsu), foto toraks, bila mungkin.
Kriteria Pemulangan dari Ruang Rawat Inap:

Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala


klinis dan memenuhi kriteria pulang sebagai berikut:
• Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif.
• BB/PB atau BB/TB > -3 SD.
• Komplikasi sudah teratasi
• Ibu telah mendapat konseling gizi.
• Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2
minggu berturut-turut.
• Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat
dihabiskan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai