Anda di halaman 1dari 20

Pemeriksaan laboratorium &

pemeriksaan diagnostik pada


sistem pencernaan
By
Reny S.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Albumin (serum)
Albumin merupakan komponen protein,
yang membentuk lebih dari setengah protein
plasma. Albumin disintesa oleh hepar.
Albumin meningkatkan tekanan osmotik
(tekanan onkotik) yang dibutuhkan untuk
mempertahankan cairan vaskular.
Penurunan albumin serum akan
mengakibatkan cairan dari pembuluh
vaskular keluar ke jaringan-jaringan,
menyebabkan edema.
Penurunan kadar:
sirosis hepar, kegagalan hepar akut,
luka bakar berat, malnutrisi berat, pre
eklamsia, gangguan-gangguan ginjal,
malignansi tertentu, kolitis ulserativ,
imobilisasi lama, kehilangan protein-
enteropati, malabsorbsi.
Peningkatan kadar:
dehidrasi, muntah terus menerus, diare
berat.
2. Bilirubin (total, direk, indirek)
Serum
Bilirubin dibentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh sistem
retikuloendotelial dan dibawa oleh
plasma ke hepar, tempat dimana
bilirubin tersebut terkonjugasi
(secara direk) dan diekskresi dalam
empedu.
Penurunan kadar:
Direk: anemia kekurangan zat besi.

Peningkatan kadar:
Direk: ikterik obstruktif yang disebabkan
oleh batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis
hepar, infeksi mononukleosis, kanker hepar,
penyakit Wilson’s.
Indirek: Eritroblastosis fetalis, anemia
sel sabit, reaksi transfusi, anemia hemolitik,
anemia pernisiosa, malaria, septikemia, GJK,
sirosis yang terdekompensasi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Enema Barium
Termasuk kedalam pemeriksaan gastrointestinal
bagian bawah (kolon). Enema barium adalah
pemeriksaan x-ray terhadap usus besar. Barium
sulfat (zat kontras tunggal) atau barium sulfat
dan udara (kontras ganda atau kontras udara)
diberikan secara perlahan melalui selang rektal.
Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi
dan kemudian dilakukan foto ronsen. Kolon
harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga
barium memperlihatkan gambaran usus besar
untuk dideteksi adanya berbagai gangguan.
Hasil abnormal:
tumor kolon, penyakit-penyakit
inflamasi, kolitis ulseratif, kolitis
granulomatosa, divertikulitis,
divertikula, fistula, polip,
intususepsi (invaginasi).
Gbr. Kolon yg terisi dg barium
Gbr. Kolon setelah barium dikeluarkan
Gbr. Studi kontras udara pada kolon
2. Esofagogastroduodenoskopi, Esofagogastroskopi
Esofagogastroskopi terdiri dari gastroskopi dan
esofagoskopi. Jika termasuk pemeriksaan
duodenoskopi, istilahnya adalah
Esofagogastroduodenoskopi. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan anestesi lokal di ruang
gastroskopi dirumah sakit, biasanya dilakukan
oleh gastroenterologis. Endoskop fiberoptik yang
fleksibel digunakan untuk melihat struktur
internal esofagus, lambung dan duodenum.
Forsep biopsi atau sikat sitologi dapat
dimasukkan melalui saluran endoskop.
Komplikasi yang sering adalah perforasi dan
perdarahan.
3. Kolangiografi (IV), Kolangiografi Perkutan,
Kolangiografi Selang-T
Kolangiografi IV Untuk mendeteksi
striktur, batu atau
tumor
pada sistem bilier

Kolangiografi perkutan Untuk mendeteksi


obstruksi sistem bilier
yang disebabkan oleh
batu, kanker pankreas
Kolangiografi selang-T Untuk mendeteksi
obstruksi duktus kole-
koledukus karena batu
atau striktur; fistula
4. Kolesistografi
Kolesistografi oral merupakan suatu
pemeriksaan sinar x yang digunakan
untuk visualisasi batu empedu. Bila
kandung empedu tidak dapat
divisualisasi dengan menggunakan zat
kontras oral, dapat dilakukan
kolangiografi IV.
5. ERCP (Endoscopy Retrograde
Cholangiopancreatography/
Kolangiopankreatografi endoskopi retrograd)

ERCP adalah pemeriksaan endoskopik dan sinar x


terhadap duktus pankreas bilier setelah bahan
kontras disuntikkan kedalam papilla duodenum.
Tujuan prosedur ini adalah untuk
mengidentifikasi penyebab obstruksi empedu
yang mungkin disebabkan oleh striktur, kista,
batu atau tumor. ERCP dilakukan setelah USG
abdomen, CT skaning hepar atau sinar x saluran
empedu untuk mendiagnosa atau menegaskan
diagnosa hepatobiliari atau gangguan pankreas.
6. Kolonoskopi
Adalah prosedur endoskopi, yang digunakan
untuk inspeksi terhadap usus besar (kolon)
dengan menggunakan fiberoskop
(kolonoskop) panjang yang fleksibel.
Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi
lesi yang diduga ada di usus besar, mis: polip,
tumor, jaringan yang meradang. Dapat pula
dilakukan biopsi jaringan. Polip dapat diambil
dengan menggunakan jerat
elektrokauterisasi.
Indikasi:
untuk mendeteksi sumber perdarahan
usus bagian bawah, penyakit
divertikular atau lesi benigna atau
maligna (polip atau tumor); untuk
mendiagnosa dan evaluasi kolitis
ulseratif; dan skrining serta evaluasi
klien dengan ‘kolon risiko tinggi’.

Anda mungkin juga menyukai