Analisis Kualitas Mikrobiologis Makanan
Analisis Kualitas Mikrobiologis Makanan
Mikrobiologis Makanan
OLEH:
Yasnani,S.Si,M.Kes
Pangan merupakan kebutuhan yang
paling mendasar bagi manusia, sehingga
ketersediaan pangan perlu mendapat
perhatian yang serius baik kuantitas
maupun kualitasnya.
Perhatian pemerintah terhadap
ketersediaan pangan diimplementasikan
melalui program ketahanan pangan, agar
masyarakat memperoleh pangan dalam
jumlah yang cukup, aman, bergizi, sehat,
dan halal untuk dikonsumsi.
Sifat
kimia, biologis, dan fisik
bahan pangan sangat
memungkinkan berbagai macam
mikroorganisme dapat tumbuh
dengan baik dan pada bahan
pangan yang biasanya bersifat
sangat spesifik dan sangat
tergantung jenis bahan serta
kondisi tertentu dari
penyimpanannya.
Pangan merupakan
kebutuhan esensial bagi
setiap manusia untuk
pertumbuhan maupun
mempertahankan hidup.
Namun, dapat pula timbul
penyakit yang disebabkan
oleh pangan.
Keracunan pangan atau foodborne
disease (penyakit bawaan makanan),
terutama yang disebabkan oleh bakteri
patogen masih menjadi masalah yang
serius di berbagai negara termasuk
Indonesia.
Seringkali diberitakan terjadinya
keracunan pangan akibat
mengkonsumsi hidangan
pesta,makanan jajanan, makanan
catering, bahkan pangan segar.
Keracunan makanan buruknya
pengolahanan makanan di masyarakat, atau
buruknya proses produksi di industri makanan.
Laporan WHO pada tahun 2003 menunjukkan
bahwa 30% keracunan makanan di kawasan
Eropa terjadi di rumah pribadi. Di USA, setiap
tahunnya terjadi 76 juta kasus keracunan
makanan dengan 325.000 orang harus rawat
inap, dan 5000 orang meninggal dunia.
Bakteri dapat menyebabkan keracunan
pangan melalui dua mekanisme, yaitu
intoksikasi dan infeksi.
Intoksikasi
Keracunan pangan yang disebabkan oleh
produk toksik bakteri patogen (baik itu
toksin maupun metabolit toksik) disebut
intoksikasi.
Bakteri tumbuh pada pangan dan
memproduksi toksin Jika pangan ditelan,
maka toksin tersebut yang akan
menyebabkan gejala, bukan bakterinya.
Beberapa bakteri patogen yang dapat
mengakibatkan keracunan pangan
melalui intoksikasi adalah:
Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang
berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-
positif,bersifat aerobik, dan dapat membentuk
endospora.
Keracunan akan timbul jika seseorang menelan
bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri
bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam
usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan
yang telah mengandung toksin tersebut.
Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus
cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare
dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).
Gejala keracunan:
- Bila seseorang mengalami keracunan yang
disebabkan oleh toksin penyebab diare, maka
gejala yang timbul berhubungan dengan saluran
pencernaan bagian bawah berupa mual,nyeri
perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-
16 jam setelah mengkonsumsi pangan.
- Bila seseorang mengalami keracunan yang
disebabkan oleh toksin penyebab muntah,gejala
yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut
serta berhubungan dengan saluran pencernaan
bagian atas, berupa mual dan muntah yang
dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan
yang tercemar.
Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan bakteri
Gram-positif yang dapat membentuk spora
tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak
tahan asam tinggi.
Toksin yang dihasilkan dinamakan botulinum,
bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang
dapat menyebabkan paralisis.
Toksin botulinum bersifat termolabil. Pemanasan
pangan sampai suhu 800oC selama 30 menit
cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora
bersifat resisten terhadap suhu pemanasan
normal dan dapat bertahan hidup dalam
pengeringan dan pembekuan.
Gejala keracunan:
Gejala botulism berupa mual, muntah,
pening, sakit kepala, pandangan berganda,
tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri
perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada
beberapa kasus dapat menimbulkan
kematian.
Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah toksin
tertelan.
Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam
sampai 14 hari.
Staphilococcus aureus
Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi
Staphilococcus aureus merupakan bakteri
yang paling banyak menyebabkan keracunan
pangan.
Staphilococcus aureus merupakan bakteri
berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam
bakteri Gram-positif, bersifat aerobik
fakultatif, dan tidak membentuk spora.
Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat
tahan panas sehingga tidak mudah rusak
pada suhu memasak normal.
Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap
tertinggal. Toksin dapat rusak secara
bertahap saat pendidihan minimal selama 30
menit.
Pangan yang dapat tercemar bakteri ini
adalah produk pangan yang kaya protein,
misalnya daging, ikan, susu, dan daging
unggas; produk pangan matang yang
ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin,
seperti salad, puding, dan sandwich; produk
pangan yang terpapar pada suhu hangat
selama beberapa jam; pangan yang disimpan
pada lemari pendingin yang terlalu penuh
atau yang suhunya kurang rendah; serta
pangan yang tidak habis dikonsumsi dan
disimpan pada suhu ruang.
Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi dalam
jangka waktu 4-6 jam, berupa mual,
muntah (lebih dari 24 jam), diare,
hilangnya nafsu makan, kram perut
hebat, distensi abdominal, demam ringan.
Pada beberapa kasus yang berat dapat
timbul sakit kepala, kram otot, dan
perubahan tekanan darah.
Infeksi
Bakteri patogen dapat menginfeksi
korbannya melalui pangan yang
dikonsumsi.
Dalam hal ini, penyebab sakitnya
seseorang adalah akibat masuknya
bakteri patogen ke dalam tubuh melalui
konsumsi pangan yang telah tercemar
bakteri.
Untuk menyebabkan penyakit, jumlah
bakteri yang tertelan harus memadai. Hal
itu dinamakan dosis infeksi.
Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh
melalui pangan sehingga menimbulkan sakit adalah:
1. Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat
anaerob fakultatif, motil, dan tidak menghasilkan spora.
Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah,
seperti telur dan daging ayam mentah serta akan
bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit
yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan
salmonellosis.
Cara penularan yang utama adalah dengan menelan
bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani
yang terinfeksi.
Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng
terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau melalui
kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan
dari satu orang ke orang lain juga dapat terjadi selama
infeksi.
Gejala keracunan:
Pada kebanyakan orang yang terinfeksi
Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare,
kram perut, dan demam yang timbul 8-72
jam setelah mengkonsumsi pangan yang
tercemar.
Gejala lainnya adalah menggigil, sakit
kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat
berlangsung selama lebih dari 7 hari.
Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan,
tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat
membahayakan jiwa terutama pada anak-
anak, orang lanjut usia, serta orang yang
mengalami gangguan sistem kekebalan
tubuh.
Clostridium perfringens merupakan
bekteri Gram-positif yang dapat
membentuk endospora serta bersifat
anaerobik.
Bakteri ini terdapat di tanah, usus
manusia dan hewan, daging mentah,
unggas, dan bahan pangan kering.
Clostridium perfringens dapat
menghasilkan enterotoksin yang tidak
dihasilkan pada makanan sebelum
dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri
di dalam usus.
Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24
jam setelah mengkonsumsi pangan yang
tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam
jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif
bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang
tahan panas dan dapat menyebabkan sakit.
Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare,
mual, dan jarang disertai muntah. Gejala
dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi
pada kasus yang lebih berat dapat
berlangsung selama 1-2 minggu (terutama
pada anak-anak dan orang lanjut usia).
Escherichia coli
1. Bakterial
Ciri-ciri keracunan oleh bakteri atau toksin bakteri adalah :
a. Penderita sekelompok orang
b. Mengkonsumsi makanan atau penyebab yang sama
c. Waktu kejadian bersamaan
d. Gejala klinis terutama Gastrointestinal sama.
2. Non Bakterial
Keracunan makanan yang tidak disebabkan oleh
bakteri atau toksin bakteri. Penyebabnya antara lain
adalah tanaman, binatang laut, bahan kimia, atau
penyebab lainnya.
a. Keracunan makanan oleh tanaman
b. Keracunan makanan laut
c. Keracunan bahan kimia
a. Keracunan makanan oleh tanaman
Gejala keracunan ikan laut, kerang, dan makanan laut lainnya dapat
menimbulkan gejala klinis berupa gatal-gatal, kulit wajah, lengan dan
dada berwarna kemerahan, angioderma, edema, takikardi, palpitasi,
sakit perut, diare dan gangguan pernafasan.
Norovirus 58%
Salmonella non tifoid 11%
Clostridium pefrigens 10%
Campylobacter spp. 9%
Staphyllococcus aurens 3%
Lain-lain penyebabnya 9%
Menurut FoodNet, pada tahun 2011 penyebab utama keracunan makanan
adalah Campylobacter, Clostridium perfringens, Norovirus, Salmonella, dan Shigella
Clostridium botulinum
Terdapat pada makanan berisiko tinggi
makanan kaleng (daging, sayur, dan ikan)
yang tidak diproses dengan baik.
Gejala klinis keracunan :
a. Masa inkubasi 24-72 jam
b. Penglihatan ganda
c. Suara berubah
d. Kelopak mata menggantung
e. Sembelit berat
f. Penderita dapat meninggal dalam waktu
1 minggu, jika sembuh penyembuhannya
lama, sampai beberapa bulan.
Campylobacter
Terdapat pada makanan berisiko tinggi : daging dan
unggas
Gejala klinis:
a. Inkubasi 2-11 hari
b. Demam, sakit kepala, dan pusing selama beberapa jam
diikuti nyeri perut.
c. Keluhan berlangsung 2-7 hari yang dapat dikambuh
sesudah beberapa minggu
Clostridium perfrigens
Terdapat pada makanan berisiko tinggi: daging
mentah, daging masak, dan hasil peternakan
unggas.
Gejala klinis keracunan:
a. Masa inkubasi 8-22 jam
b. Nyeri perut, diare, mual yang berlangsung 12-48
jam
Staphylococcus aurens
Terdapat pada makanan berisiko tinggi: daging,
produk susu, produk peternakan unggas
Gejala keracunan:
a. Inkubasi 1-6 jam
b. Gejala klinis (6-24 jam) berupa muntah berat,
nyeri perut, lemah badan, suhu tubuh
rendah.
Listeria monocytogenes
Terdapat pada makanan berisiko tinggi: susu dan
produk susu yang dihasilkan tidak dipasteurisasi,
makanan masak yang didinginkan (cook-chill foods),
daging, unggas, dan sayur salada.
Gejala klinis keracunan:
a. Gejala ringan mirip flu
b. Gejala berat berupa meningitis, septikema,
pneumonia
Bacillus cereus
Makanan berisiko tinggi: nasi, daging,
makanan laut, salada, umbi-umbian, dan mie
(noodles)
Gejala penyakit :
a. Inkubasi: 1-6 jam
b. Gejala klinis (berlangsung kurang dari 24
jam sesudah inkubasi): mual, muntah,
kejang perut.
PENCEMARAN MAKANAN
Buah segar dan sayuran dapat tercemar mikroba pada waktu dicuci
menggunakan air yang tercemar kotoran hewan atau ekskreta manusia
Bakteri Vibrio yang terdapat pada air laut dan mikroba lainnya
misalnya norovirus yang terdapat dalam kotoran manusia yang
dibuang ke laut dapat menginfeksi kerang.
Pada waktu memproses bahan makanan, mikroba dari orang yang
sedang terinfeksi (misalnya bakteri Shigella, virus hepatitis A dan
norovirus) atau karena terpapar produk hasil bumi segar yang tercemar
mikroba
Keamanan Makanan
disiplin ilmu yang mempelajari
penanganan, pembuatan, dan
penyimpanan makanan dengan
berbagai cara untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan
yang berat.
Makanan dapat menjadi penular
penyakit dari seorang penderita
ke penderita lainnya dan juga
dapat menjadi media bagi
pertumbuhan bakteri penyebab
keracunan makanan.
Menurut WHO, terdapat lima prinsip kunci tentang higiene makanan
yaitu :