Anda di halaman 1dari 32

PEMBELAJARAN PKN

DI SD
OLEH : KELOMPOK 1
NI PUTU EKA SRI RAHAYU,S.Pd
NI MADE DWI SRI WAHYUNI,S.Pd
I GUSTI OKA SUSILA,S.Pd
A. Hakikat PKn
 Kurikulum 1946, Kurikulum 1957, Kurikulum 1961 : Tidak dikenal mata pelajaran
PKn
 Yang ada pada Kurikulum 1946 dan Kurikulum 1957 : Pengetahuan Umum di SD dan
Tata Negara di SMP/SMA
 Kurikulum SD tahun 1968 : dikenal mata pelajaran PKN ( Pendidikan Kewargaan
Negara ) mencakup Sejarah Indonesia, Geografi dan Civics
 Kurikulum SMP 1968 PKN mencakupmateri Sejarah Indonesia dan Tata Negara
 Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisi materi UUD 1945
 Kurikulum SPG 1969PKN mencakup Sejarah Indonesia, UUD, Kemasyarakatan dan
Hak Asasi Manusia

Beda Kewargaan Negara dan Kewarganegaraan :


Kewargaannegara merupakan terjemahan dari “Civics” yang merupakan mata pelajaran
sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi
warganegara yang baik.

Kewarganegaraan digunaakan dalam perundangan mengenai status formal warga


negara dalam suatu negara.
B. Fungsi dan Tujuan PKn
Ketentuan perundang-undangan yang mendasari PKn mejadi wahana
psikologis-pedagogis adalah sebagai berikut :
 Pembukaan UUD 1945 dan perubahaaannya, alinea 4
 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 3, Pasal 4,
Pasal 37 ayat (1), Pasal 38
 Peraturan Pemerintah RI no. 19 tahun 2005 tentang Satndar Pendidikan
Nasional Pasal 6 ayat (1), Pasal 6 ayat (4), Pasal 7 ayat (3)

PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter


warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sekolah dikembangkan sebagai wahana sosial kultural untuk membangun
kehidupan yang demokratis, artinya sekolah harus menjadi wahana pendidikan
untuk mempersiapkan kewarganegaraan yang demokratis melalui
pengembangan kecerdasan spiritual, rasional, emosional, dan sosial
warganegara baik sebagai aktor sosial maupun sebagai pemimpin pada hari
ini dan hari esok.
Paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu
dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan
demokrasi yang bersifat multidimensial atau bersisi jamak.

Sifat multidimensialitasnya itu antara lain terletak pada :


 Pandangannya yang pluralistik-uniter ( bermacam-macam,
tetapi tetap menyatu dalam peengertian Bhinneka Tunggal Ika )
 Sikapnya dalam menempatkan individu, negara dan
masyarakat global secara harmonis.
 Tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan (
spiritual, rasional, emosional dan sosial )
 Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya
yang terbuka, fleksibel, dan bervariasi merujuk kepada
dimensi tujuannya.
Kegiatan Belajar 2
Ruang Lingkup PKN di SD

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan


bahwa “ Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila UUD 1945”
Secara umum PKN di SD memiliki tujuan sebagai berikut:

 Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan
 Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta antikorupsi.
 Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Kedalaman muatan kurikulum pada etiap mata pelajaran pada
setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik sesuai dengan bebab belajar yang tercantum
dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimksud terdiri atas
standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama enam tahun mulai kelas I sampai
kelas VI . Struktur kurikulum SD/MI disusun
berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran.
Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri.
 Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA
Terpadu dan IPS Terpadu
 Pembelajaran pada kelas I s.d.III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran.
 Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum 4 jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.
 Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 34-38 minggu
Berdasarkan Per mendiknas No.22 Tahun 2006 Ruang Lingkup
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Pendidikan
Dasar Dan Menengah Secara Umum Meliputi Aspek-aspek Sebagai
Berikut :

 Persatuan dan kesatuan bangsa


 Norma, hukum dan peraturan
 Hak asasi manusia
 Kebutuhan warga negara
 Konstitusi negara
 Kekuasaan dan politik
 Pancasila
 Globalisasi
K E G I A TA N B E L A J A R 3
Tu n t u t a n Pe d a gogi s P K n d i S D

Tuntunan pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai


pengalaman belajar yang bagaimana yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pendidikan kewarganegaraan , dalam pengertian ketuntasan
penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat
dalam lingkup isi dan kompetensi dasar.
PKn merupakan mata pelajaran sebagai pendidikan nilai dan
moral, alasannya sebagai berikut :
 Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD
1945 beserta dinamika perwujudan alam kehidupan
masyarakat negara Indonesia.
 Sasaran Belajar Akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai
tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari.
 Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosioal,
intelektual, dan sosial dari peseta didik dan guru sehingga
nilai-nilai itu bukan hanya dipahami ( bersifat kognitif) ,
tetapi dihayati ( bersifat objektif), dan dilaksanakan (bersifat
perilaku)
Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirummuskan sebagai
butir materi PKn pada dasarnya harus memiliki aspek konsep moral,
sikap moral, dan perilaku moral.

PKn sebagai pendidikan nilaidan moral kaitannya dengan pendidikan


watak, ada catatan sebagai
berikut :
 PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebagai
pendidikan nilaidan moral, yang bermuara pada pengembangan
watak dan karakter peserta didik.sesuai nilai-nilai dan moral
Pancasila
 Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan
dalam diri peeserta didik melalui pengembangan konsep moral,
sikap moral, dan perilaku moral setiap rumusan butir nilai materi
PKn.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI
DAN MORAL

Kegiatan Belajar 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD
Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak
bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban karena pada dasarnya pewarisan nilai
antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu
menjadi tugas dari proses peradaban.
Pendidikan nilai di indonesia bersifat tidak sekuler karena negara tidak melepaskan
pendidikan nilai keagamaan dari tanggungjawabnya. Dalam konteks itu maka pendidikan
nilai moral keagamaan dan nilai moral sosial dan nilai sosioestetika.
Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh dengan
pertimbangan sebagai berikut :
 Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan
mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban.
 Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
 Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang
berfungsi sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana
hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan
peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
 Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat
universal melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik
yang mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.
 Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil
pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat.
 Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun
masyarakat adalah pertanyaan moral.
 Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan
nilai sekolah.
 Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah
esensial untuk menarik dan membina guru-guru yang
berkeadaban dan profesional.
 Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus
dilakukan sebagai suatu keniscayaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.
Pendidikan nilai moral secara formal – kurikuler
terdapat dalam mata pelajaran PPKn (Kurikulum 1994)
atau PKn (UU RI No.20 Thn.2003) dan Pendidikan
Agama dan Bahasa. Pkn mengandung unsur pokok sebagai
pendidikan nilai moral-sosial/etis, Pend.Agama
mengandung nilai religius, dan Bahasa mengandung nilai
estetis dan etis.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia
adalah demokrasi yang Theistis atau demokrasi yang
ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya
berpijak pada nilai – nilai keagamaan , nilai – nilai
demokrasi yang ber Bhinneka Tunggal Ika .
Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral
dari Piaget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan
adalah terhadap nilai moral sosial- kultural selain nilai
yang berkenaan atau boleh dirasionalkan.
Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang
menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan mengambil keputusan dan
memecahkan masalah moral dalam kehidupan
dapat diadaptasikan dalam pendidikan nilai di
Indonesia dalam konteks demokrasi
konstitusional Indonesia dan konteks sosial-
kultural masyarakat Indonesia yang ber
Bhinneka Tunggal Ika termasuk dalam
keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang
menitikberatkan pada penalaran moral melalui
pendekatan klarifikasi nilai yang memberikan
kebebasan kepada individu peserta didik untuk
memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks
pembahasan nilai selain aqidah sesuai dengan
keyakinan masing-masing . Sedangkan teori tingkatan
dan tahapan perkembangan moral Kohlberg secara
konseptual dapat digunakan sebagai salah satu
landasan bagi pengembangan paradigma penelitian
perkembangan moral bagi orang Indonesia.
Kerangka konseptual komponen Good Character
dari Lickona yang membagi karakter menjadi wawasan
moral, perasaan moral , dan perilaku moral dapat dipakai
untuk mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan
nilai di Indonesia dengan menambahkan ke dalam
masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan
dengan konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam dimensi Wawasan Moral , perasaan
mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi
Perasaan Moral, dan perilaku moral kekhalifahan dalam
dimensi Perilaku Moral.
Kegiatan Belajar 2
P E N D I D I K A N N I L A I DA N M O R A L DA L A M S TA N DA R
ISI PKN DI SD

Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamankan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum PKn diSD bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan:
 Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan.
 Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
 Berkembang secara positif dan demokrasi untuk
membentuk diri berdasarkan karakterkarakter
masyarakat Indoensia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya;
 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan
me n e n g a h , me nur ut p e r me n d i k n a s n o. 2 2 ta h un 2 0 0 6 s e c a r a
umum meliputi substansi kurikuler yang didalamnya
mengandung nilai dan moral sebagai beriku

 Persatuan dan kesatuan bangsa


 Norma, hukum dan peraturan
 Hak asasi manusia
 Kebutuhan warga negara
 Konstitusi negara
 Kekuasaan dan politik
 Pancasila
 Globalisasi
Kegiatan Belajar 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai Dan
Moral Dalam Pkn Di SD

Lickona (1992:6-7) “pendidikan moral merupakan


aspek yang esensial bagi pekembangan dan berhasilnya
kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang
lain Mematuhi hukum yang belaku, Partisipasi dalam
kehidupan masyarakat dan Peduli terhadap perlunya
kebaikan bagi umat
Piaget mer umuskan perkembangan kesadaran dan
pelaksanaan aturan yang dibagi menjadi dua
domain yaitu sebagai berikut :

1. Tahapan Domain Kesadaran Mengenai Aturan

Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dirasakan sebagai susatu


hal yang bersifa tidak memaksa, usia 2-8 tahun, aturan disikapi
dengan hal yang bersifat sacral dan diterima tanpa pemikiran,
usia 8-12 tahun aturan diterima sebagai hasil kesepakatan.
2. Tahapan Domain Pelaksanaan Aturan
Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan
dilakukan sebagai susatu hal yang bersifa
monorik saja, usia 2-6 tahun, aturan
dilakukan sebagai perilaku yang lebih
berorientasi diri sendiri, usia 6-10 tahun
diterima sebagai hasil kesepakatan.
Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan
sekolah seyogyanya menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan mengambil
keputusan (decision making skills) dan
memecahkan masalah (problem solving) dan
membina pengembangan moral yang dilakukan
dengan cara menutut peserta didik untuk
mengembangkan aturan berdasarkan keadilan
(fairness).
Koherlberg mer umuskan adanya tig a tingkat / level
yang terdiri atas enam tahap/stage yaitu sebagai
berikut :

 Tingkat I : Prakonvensional (Preconventional)


• Tahap 1, Orientasi hukuman dan kepatuhan.
• Tahap 2, Orientasi instrumental nisbi.
 Tingkat II : Konvensioanal (Conventional)
• Tahap 3, Orientasi kesepakatan timbal balik.
• Tahap 4, Orientasi hokum dan ketertiban.
 Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)
• Tahap 5, Orientasi kontrak social lagalistik
• Tahap 6, Orientasi prinsip etika universal
Pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan
Kohlberg sama dengan yang ditawarkan Piaget dalam
hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi
oleh penalaran moral, namun berbeda dalam hal titik
berat pembelaarannya dimana Piaget menitikberatkan
pada pengembangan kemampuan mengambil
keputusan dan memecahkan masalah, sedangkan
Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang
dipegang terkait dengan alternative pemecahan
terhadap suatu dilemma moral melalui proses
klarifikasi bernalar.

Anda mungkin juga menyukai