DI SD
OLEH : KELOMPOK 1
NI PUTU EKA SRI RAHAYU,S.Pd
NI MADE DWI SRI WAHYUNI,S.Pd
I GUSTI OKA SUSILA,S.Pd
A. Hakikat PKn
Kurikulum 1946, Kurikulum 1957, Kurikulum 1961 : Tidak dikenal mata pelajaran
PKn
Yang ada pada Kurikulum 1946 dan Kurikulum 1957 : Pengetahuan Umum di SD dan
Tata Negara di SMP/SMA
Kurikulum SD tahun 1968 : dikenal mata pelajaran PKN ( Pendidikan Kewargaan
Negara ) mencakup Sejarah Indonesia, Geografi dan Civics
Kurikulum SMP 1968 PKN mencakupmateri Sejarah Indonesia dan Tata Negara
Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisi materi UUD 1945
Kurikulum SPG 1969PKN mencakup Sejarah Indonesia, UUD, Kemasyarakatan dan
Hak Asasi Manusia
Kegiatan Belajar 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD
Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak
bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban karena pada dasarnya pewarisan nilai
antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu
menjadi tugas dari proses peradaban.
Pendidikan nilai di indonesia bersifat tidak sekuler karena negara tidak melepaskan
pendidikan nilai keagamaan dari tanggungjawabnya. Dalam konteks itu maka pendidikan
nilai moral keagamaan dan nilai moral sosial dan nilai sosioestetika.
Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh dengan
pertimbangan sebagai berikut :
Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan
mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban.
Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang
berfungsi sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana
hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan
peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat
universal melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik
yang mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.
Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil
pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan rakyat.
Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun
masyarakat adalah pertanyaan moral.
Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan
nilai sekolah.
Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah
esensial untuk menarik dan membina guru-guru yang
berkeadaban dan profesional.
Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus
dilakukan sebagai suatu keniscayaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.
Pendidikan nilai moral secara formal – kurikuler
terdapat dalam mata pelajaran PPKn (Kurikulum 1994)
atau PKn (UU RI No.20 Thn.2003) dan Pendidikan
Agama dan Bahasa. Pkn mengandung unsur pokok sebagai
pendidikan nilai moral-sosial/etis, Pend.Agama
mengandung nilai religius, dan Bahasa mengandung nilai
estetis dan etis.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia
adalah demokrasi yang Theistis atau demokrasi yang
ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu
pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya
berpijak pada nilai – nilai keagamaan , nilai – nilai
demokrasi yang ber Bhinneka Tunggal Ika .
Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral
dari Piaget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan
adalah terhadap nilai moral sosial- kultural selain nilai
yang berkenaan atau boleh dirasionalkan.
Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang
menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan mengambil keputusan dan
memecahkan masalah moral dalam kehidupan
dapat diadaptasikan dalam pendidikan nilai di
Indonesia dalam konteks demokrasi
konstitusional Indonesia dan konteks sosial-
kultural masyarakat Indonesia yang ber
Bhinneka Tunggal Ika termasuk dalam
keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang
menitikberatkan pada penalaran moral melalui
pendekatan klarifikasi nilai yang memberikan
kebebasan kepada individu peserta didik untuk
memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks
pembahasan nilai selain aqidah sesuai dengan
keyakinan masing-masing . Sedangkan teori tingkatan
dan tahapan perkembangan moral Kohlberg secara
konseptual dapat digunakan sebagai salah satu
landasan bagi pengembangan paradigma penelitian
perkembangan moral bagi orang Indonesia.
Kerangka konseptual komponen Good Character
dari Lickona yang membagi karakter menjadi wawasan
moral, perasaan moral , dan perilaku moral dapat dipakai
untuk mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan
nilai di Indonesia dengan menambahkan ke dalam
masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan
dengan konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam dimensi Wawasan Moral , perasaan
mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi
Perasaan Moral, dan perilaku moral kekhalifahan dalam
dimensi Perilaku Moral.
Kegiatan Belajar 2
P E N D I D I K A N N I L A I DA N M O R A L DA L A M S TA N DA R
ISI PKN DI SD