Anda di halaman 1dari 15

Radyat Fachreza

04011281520174
Fisiologi Menelan
Menelan merupakan aksi fisiologis kompleks
ketika makanan atau cairan berjalan dari
mulut ke lambung. Proses menelan dipersarafi
oleh saraf V (trigeminal), IX (glosopharing), X
(vagus) dan XII (hipoglosal).

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase


yaitu fase oral, fase faringeal dan fase
esophageal.
Fase Oral
• Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga
mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot
bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus
diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi
menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian
anterior ke posterior. Bagian anterior lidah
menekan palatum durum sehingga bolus
terdorong ke faring.

• Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior,


uvula dan dinding posterior faring sehingga
menimbulkan refleks faring. Arkus faring
terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato
faringeus
FASE FARINGEAL
1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli
palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi
menyebabkan palatum mole terangkat,
kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior
sehingga menutup daerah nasofaring.
2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika
(n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X)
berkontraksi menyebabkan aduksi pita
suara sehingga laring tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah
dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII),
m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
Con’t
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X,
n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X,
n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)
menyebabkan faring tertekan kebawah yang
diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi
dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot
faring ke inferior menyebabkan bolus makanan
turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal
esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar
satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama
bila menelan makanan padat.
FASE ESOFAGEAL
1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko
faring. Gelombang peristaltik primer terjadi
akibat kontraksi otot longitudinal dan otot
sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.
Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti
oleh gelombang peristaltik kedua yang
merupakan respons akibat regangan dinding
esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi
oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang
terletak diantara otot longitudinal dan otot
sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini
bergerak seterusnya secara teratur menuju ke
distal esofagus.
Disfagia
Definisi

Disfagia diartikan sebagai “perasaan melekat” atau


obstruksi pada tempat lewatnya makanan melalui mulut,
faring, atau esophagus. Gejala ini harus dibedakan dengan
gejala lain yang berhubungan dengan menelan. Kesulitan
memulai gerakan menelan terjadi pada kelainan-kelainan
fase volunter menelan. Namun demikian setelah dimulai
gerakan menelan ini dapat diselesaikan dengan normal.
Odinofagia berarti gerakan menelan yang nyeri, acapkali
odinofagia dan disfagia terjadi secara bersamaan. Globus
faringeus merupakan perasaan adanya suatu gumpalan
yang terperangkap dalam tenggorokan. Arah makanan yang
keliru sehingga terjadi regurgitasi nasal dan aspirasi
makanan kedalam laring serta paru sewaktu menelan,
merupakan ciri khas disfagia orofaring (Harrison, 2000).
Etiologi
Disfagi esophageal mungkin dapat bersifat
obstruktif atau disebabkan oleh motorik.
Penyebab obstruksi adalah striktura esophagus
dan tumor-tumor ekstrinsik atau instrinsik
esofagus, yang mengakibatkan penyempitan
lumen. Penyebab disfagi dapat disebabkan oleh
berkurangnya, tidak adanya, atau tergangguanya
peristaltik atau disfungsi sfingter bagian atas atau
bawah. Gangguan disfagi yang sering
menimbulkan disfagi adalah akalasia,
scleroderma, dan spasme esophagus difus (Price,
2006).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari disfagia dapat dilihat
dengan adanya gangguan pada neurogenik
mengeluh bahwa cairan lebih mungkin
menyebabkan tersedak daripada makanan
padat atau setengah padat. Batuk dan
regurgitasi nasal menunjukkan kelemahan
otot-otot palatum atau faring bagian atas.
Suara serak, nyeri menelan, dan nyeri telinga
merupakan gejala tumor hipofaring. Sedang
aspirasi sering terjadi pada gangguan
neurologik (Walsh, 1999).
Patofisiologi
Disfagia dibedakan atas disfagia mekanis dan disfagia
motorik.

Disfagia mekanik dapat disebabkan oleh bolus


makanan yang sangat besar, adanya penyempitan
instrinsik atau kompresi ekstrinsik lumen lintasan untuk
gerakan menelan. Pada orang dewasa, lumen esofagus
dapat mengembang hingga mencapai diameter 4 cm,
jika esofagus tidak mampu berdilatasi hingga 2,5 cm,
gejala disfagia dapat terjadi tetapi keadaan ini selalu
terdapat kalau diameter esofagus tidak bisa
mengembang hingga diatas 1,3 cm. lesi yang melingkar
lebih sering mengalami disfagia daripada lesi yang
mengenai sebagian lingkaran dari dinding esofagus
saja.
Con’t
Disfagia motorik Disfagia motorik dapat terjadi
akibat kesulitan dalam memulai gerakan
menelan atau abnormalitas pada gerakan
peristaltik dan akibat inhibisi deglutisi yang
disebabkan oleh penyakit pada otot lurik atau
otot polos esofagus. Disfagia motorik faring
disebabkan oleh kelainan neuromuskuler yang
menyebabkan paralisis otot (Price, 2006).
Komplikasi akibat disfagia
Disfagia adalah kondisi yang kompleks yang
memiliki pengaruh besar pada kehidupan pasien.
Pasien yang mengalami disfagia masalah yang
sering ditemukan adalah kehilangan nafsu makan
serta penurunan berat badan yang diakibatkan
oleh asupan nutrisi yang berkurang. Dalam
manejemen gizi pada pasien yang mengalami
disfagia harus lebih diperhatikan lagi tentang cara
penyediaan makanan bergizi yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh pasien agar komplikasi seperti
terjadinya aspirasi dapat dihindari (Collier, 2009).
Rhinoskopi Anterior
Pasien duduk menghadap pemeriksa. Spekulum
hidung dipegang dengan tangan kiri (right
handed), arah horizontal, dengan jari telunjuk
ditempelkan pada dorsum nasi. Tangan
kananuntuk mengatur posisi kepala. Spekulum
dimasukkan ke dalam rongga hidung dalam posisi
tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi terbuka.
Saat pemeriksaandiperhatikan keadaan :
- Rongga hidung, luasnya lapang/sempit(
dikatakan lapang kalau dapat dilihat pergerakan
palatum mole bila pasien
disuruh menelan), adanya sekret, lokasi serta asal
sekret tersebut.
Con’t
-Konka inferior, konka media dan konka superior warnanya
merah muda(normal), pucat atau hiperemis. Besarnya,
eutrofi, atrofi, edema atauhipertrofi.

-Septum nasi cukup lurus, deviasi, krista dan spina. Jika


terdapat sekret kentalyang keluar daridaerah antara konka
media dan konka inferior kemungkinansinusitis maksila,
sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior,
sedangkansekret yang terdapat di meatus superior berarti
sekret berasal dari sinus etmoid posterior atau sinus
sphenoid.

- Massa dalam rongga hidung, seperti polip atau tumor


perlu diperhatikankeberadaannya.

- Asal perdarahan di rongga hidung, krusta yang bau dan


lain-lain perludiperhatikan

Anda mungkin juga menyukai