Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PEREDAM ENERGI

OLEH:
FAJAR KARUNIA PURWATI
181910301175
I. PEREDAM ENERGI

 Debit rencana
Untuk menemukan debit yang akan memberikan keadaan
terbaik untuk peredaman energi, semua debit harus dicek
dengan muka air hilirnya. Jika degradasi mungkin terjadi, maka
harus dibuat perhitungan dengan muka air hilir terendah yang
mungkin terjadi untuk mencek apakah degradasi mungkin
terjadi. Degradasi harus dicek jika:
(a) bendung dibangun pada sodetan (kopur)
(b) sungai itu sungai alluvial dan bahan tanah yang dilalui
rawan terhadap erosi.
(c) terdapat waduk di hulu bangunan.
 Bila degradasi sangat mungkin terjadi, tetapi tidak ada data
pasti yang tersedia, maka harga sembarang degradasi 2,50 m
harus digunakan dalam perencanaan kolam olak, tetapi
dengan fungsi sebagai berikut:
(a) Untuk analisa stabilitas bendung
(b) Untuk menyiapkan cut off end sill / analisa dimensi curve
(c) Untuk keperluan perhitungan piping/seepage
(d) Untuk perhitungan kolam olak/dimensi
II. KOLAM LONCAT AIR

 Gambar 4.17 memberikan penjelasan mengenai metode perencanaan.


Dari grafik q versus H1 dan tinggi jatuh 2, kecepatan (v1) awal loncatan
dapat ditemukan dari:

di mana: v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt


g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
H1 = tinggi energi di atas ambang, m
z = tinggi jatuh, m.
 Dengan q = v1y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air
adalah:

di mana :
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
yu = kedalaman air di awal loncat air, m
Fr = bilangan Froude
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
 Panjang kolam
Panjang kolam loncat air di belakang Potongan U (Gambar 4.17)
biasanya kurang dari panjang bebas loncatan tersebut adanya
ambang ujung (endsill). Ambang yang berfungsi untuk memantapkan
aliran ini umumnya ditempatkan pada jarak
Lj = 5 (n + y2)
di mana:
Lj = panjang kolam, m
n = tinggi ambang ujung, m
y2 = kedalaman air di atas ambang, m.

di belakang Potongan U. Tinngi yang diperlukan ambang ujung ini


sebagai fungsi bilangan Froude (Fru), kedalaman air yang masuk yu, dan
tinggi muka air hilir, dapat ditentukan dari Gambar 4.18
 Tipe kolam
Terlepas dari kondisi hidrolis, yang dapat dijelaskan dengan bilangan
Froude dan kedalaman air hilir, kondisi dasar sungai dan tipe sedimen yang
diangkut memainkan peranan penting dalam pemilihan tipe kolam
olak:
(a) Bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu besar
dengan dasar yang relatif tahan gerusan, biasanya cocok dengan kolam
olak tipe bak tenggelam/submerged bucket (lihat Gambar 4.21);
(b) Bendung di sungai yang mengangkut batu-batu besar, tetapi sungai itu
mengandung bahan alluvial, dengan dasar tahan gerusan, akan
menggunakan kolam loncat air tanpa blok-blok halang (lihat Gambar 4.17)
atau tipe bak tenggelam/peredam energi.
(c) Bendung sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus
dapat direncanakan dengan kolam loncat air yang diperpendek dengan
menggunakan blok-blok halang (lihat Gambar 4.19)
Untuk tipe kolam olak yang terakhir, daya gerus sedimen yang terangkut
harus dipertimbangkan dengan mengingat bahan yang harus dipakai
untuk membuat blok.
III. PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM
 Perilaku hidrolis peredam energi tipe ini terutama bergantung kepada terjadinya kedua pusaran; satu pusaran permukaan bergerak ke arah
berlawanan dengan arah jarum jam di atas bak, dan sebuah pusaran permukaan bergerak ke arah putaran jarum jam dan terletak di belakang
ambang ujung. Dimensi-dimensi umum sebuah bak yang berjari-jari besar diperlihatkan pada Gambar 4.21
 Parameter-parameter dasar untuk perencanaan tipe bak tenggelam sebagaimana diberikan oleh USBR (Peterka, 1974) sulit untuk diterapkan
bagi perencanaan bendung dengan tinggi energi rendah.
Oleh sebab itu, parameter-parameter dasar ini sebagai jari-jari bak, tinggi energi dan kedalaman air telah dirombak kembali menjadi parameter
parameter tanpa dimensi dengan cara membaginya dengan kedalaman kritis.
di mana:
hc = kedalaman air kritis, m
q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
g = percepatan gravitasi, m/dt (≅ 9,8)
 Jari-jari minimum bak yang diizinkan (Rmin) diberikan pada Gambar 4.22, di mana garis menerus adalah garis asli dari kriteria USBR. Di
bawahΔH/hc = 2,5 USBR tidak memberikan hasil-hasil percobaan.
 Batas minimum tinggi air hilir (Tmin) diberikan pada Gambar 4.24. Untuk ΔH/hc di atas 2,4 garis tersebut merupakan “envelope” batas tinggi
air hilir yang diberikan oleh USBR bagi batas minimum tinggi air hilir (bak bercelah), “sweep-out limit”, batas minimum tinggi air hilir yang
dipengaruhi oleh jari-jari bak dan batas tinggi air hilir untuk bak tetap.
IV. KOLAM VLUGTER

 Kolam Vlugter, yang detail rencananya diberikan pada Gambar 4.25, telah terbukti tidak andal untuk dipakai pada
tinggi air hilir di atas dan di bawah tinggi muka air yang sudah diuji di laboratorium. Penyelidikan menunjukkan
bahwa tipe bak tenggelam, yang perencanaannya mirip dengan kolam Vlugter, lebih baik. Itulah sebabnya mengapa
pemakaian kolam Vlugter tidak lagi dianjurkan jika debit selalu mengalami fluktuasimisalnya pada bendung di sungai.
V. MODIFIKASI PEREDAM ENERGI
 Ada beberapa modifikasi peredam energi tipe Vlugter, Schoklizt yang telah
dilakukan penelitiannya dan dapat digunakan dalam perencanaan dengan
mengacu RSNI T-04-2002 dapat digunakan antara lain adalah tipe-tipe MDO,
MDS. Peredam energi tipe MDO terdiri dari lantai datar, di ujung hilir lantai
dilengkapi dengan ambang hilir tipe gigi ompong dan dilengkapi dengan rip rap.
Sedangkan peredam energi tipe MDS terdiri dari lantai datar, di ujung hilir
lantai dilengkapi dengan ambang hilir tipe gigi ompong ditambah dengan
bantalan air dan dilengkapi dengan rip rap.
 Sebelum mendesain type ini perlu ditentukan terlebih dahulu nilai parameter :
a) tipe mercu bendung harus bentuk bulat dengan satu atau dua jari-jari.
b) permukaan tubuh bendung bagian hilir dibuat miring dengan perbandingan
kemiringan 1 : m atau lebih tegak dari kemiringan 1 : 1.
c) tubuh bendung dan peredam energi harus dilapisi dengan lapisan tahan aus.
d) elevasi dasar sungai atau saluran di hilir tubuh bendung yang ditentukan,
dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya degradasi dasar sungai.
e) elevasi muka air hilir bendung yang dihitung, berdasarkan elevasi dasar
sungai dengan kemungkinan perubahan geometri badan sungai.
 Selain parameter di atas kriteria desain yang disyaratkan yaitu :
a) tinggi air udik bendung dibatasi maksimum 4 meter;
b) tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung
sampai dengan elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10 meter.
 Dalam hal tinggi air udik bendung lebih dari 4 meter dan atau tinggi pembangunan lebih dari 10 meter tata cara peredam
energi tipe MDO dan MDS ini masih dapat digunakan asalkan dimensinya perlu diuji dengan model test. Penggunaan type
MDO dan MDS dapat juga dimodifikasi dan dilakukan
pengembangan pemakaiannya.
1) dimensi hidraulik peredam energi tipe MDO dapat diterapkan di hilir tubuh bendung dengan bidang miring lebih tegak
dari perbandingan 1 : 1.
2) tubuh bendung dengan peredam energi tipe MDO dapat dilengkapi dengan pembilas sedimen tipe undersluice tanpa
mengubah dimensi hidraulik peredam energi tipe MDO.
 Data awal yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah :
a) debit desain banjir dengan memperhitungkan tingkat keamanan bangunan air terhadap bahaya banjir.
b) debit desain penggerusan, dapat diambil sama dengan debit alur penuh.
c) lengkung debit sungai di hilir rencana bendung berdasarkan data geometri-hidrometri-hidraulik morfologi sungai.
 Grafik-grafik yang dipakai dalam desain hidraulik bendung dengan
kelengkapannya, meliputi :
a) grafik pengaliran melalui mercu bendung dapat dilihat dalam grafik MDO-1 pada lampiran A1 (RSNI T-04-2002)
b) grafik untuk mengetahui bahaya kavitasi di hilir mercu bendung dapat dilihat dalam MDO-1a pada lampiran A2 (RSNI T-
04-2002)
c) grafik untuk menentukan dimensi peredam energi tipe MDO dan MDS dapat dilihat dalam grafik MDO-2 dan MDO-3
pada lampiran A3 dan A4 (RSNI T-04-2002 )

Anda mungkin juga menyukai