Entoh menjelaskan, Diska menjadi salah satu syarat bagi pasangan yang ingin menikah dini. Tanpa itu, Kantor Urusan Agama (KUA) tidak akan melayani. "KUA mau menikahkan asalkan pasangan ini membuat Diska di sini (Pengadilan Agama). Itu menjadi syarat, soalnya kan usia mereka belum memenuhi syarat undang-Undang," jelas Entoh. Ia mengungkap, sepanjang Januari hingga pertengahan September 2016 ada 27 remaja yang telah mengajukan Diska untuk menikah. Mereka rata-rata masih usia sekolah yang Pengadilan Agama Kota Depok mencatat hamil di luar nikah. "Bulan Agustus kemarin setiap bulan ada tiga remaja mengajukan saja empat remaja yang mengajukan Diska. Dispensasi Nikah (Diska). Gara-garanya, Pokoknya kalau dirata-ratakan dalam satu mereka hamil duluan dan ingin segera bulan ada tiga remaja yang mengajukan menikah. "Rata-rata pasangan ini masih Diska," ungkap Entoh. Ia menerangkan, SMA. Entah salah satu calon atau keduanya. pasangan yang menikah dini ini riskan Mereka ini menikah karena terpaksa. Toh bercerai. Sebab, usia mereka memang belum kalau tidak terpaksa ya tidak mungkin," kata matang untuk menikah. Sekretaris dan Panitera Pengadilan Agama Kota Depok, Entoh Abdul Fatah, saat ditemui Liputan6.com, Selasa (20/9/2016). "Rata-rata usia pernikahannya hanya bertahan 3 sampai 5 bulan. Karena mungkin dia terpaksa menikah. Padahal waktu itu dia (pasangan dini) belum siap nikah," Entoh memungkas. Sepanjang 2015, Dinas Kesehatan DIY mencatat ada 1.078 remaja usia sekolah di Yogyakarta yang melakukan persalinan. Dari jumlah itu, 976 diantaranya hamil di luar pernikahan. Angka kehamilan di luar nikah merata di lima kabupaten/kota di Yogya. Di Bantul ada 276 kasus, Kota Yogyakarta ada 228 kasus, Sleman ada 219 kasus, Gunungkidul ada 148 kasus, dan Kulon Progo ada 105 kasus. Koordinator Penelitian dan Diseminasi Data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, Aprilia Ike Nurwijayanti prihatin dengan tingginya angka kehamilan di luar nikah. Angka ini berbanding lurus dengan data dispensasi nikah usia 16-18 tahun di Pengadilan Agama yang cukup tinggi mencapai 37 selama 2015. "Kalau data PKBI DIY, kehamilan di luar nikah usia pelajar yang melakukan konseling sebanyak 331 kasus sampai November. Itu belum termasuk yang tidak terdata," kata Aprilia saat dihubungi merdeka.com, Kamis (27/1). Dalam pandangannya, tingginya tingkat kehamilan pelajar di Yogya dipengaruhi kurangnya informasi reproduksi bagi remaja. "Seharusnya mereka sudah dibekali pada usia seperti itu. Tapi faktanya mereka belum semua paham kesehatan reproduksi seperti apa," terangnya. Faktor lain, kurangnya insiatif orang tua mengedukasi anak-anak tentang kesehatan reproduksi. Alasannya, masih dianggap tabu. "Kami sendiri sudah buat materi untuk mengedukasi anak usia pelajar. Materi ini kami susun dengan guru-guru dan juga siswa-siswi. Kamis sudah bagikan itu untuk jadi semacam pengetahuan awal untuk mereka," ucapnya. "Banyak anak sekolah yang tidak mendapat pendidikan seks. Itu sebabnya mereka bisa bebas bergaul tanpa pendampingan orangtua," kata dia ketika menyambangi kantor Redaksi Liputan6.com di Jakarta, Selasa 917/5/2016). Menurut Mayang, perilaku seks berisiko sempat tinggi ketika guru memberikan tugas kelompok kepada pada siswa. "Saya pernah bertanya, bagaimana mereka melakukannya karena mayoritas penduduk bekerja sebagai Kurangnya informasi maupun edukasi seks nelayan atau di kebun dekat rumahnya. sejak dini sangat terasa di Mereka menduga, keterbatasan listrik Kabupaten Halmahera Selatan. Hal ini membuat banyak anak sekolah yang bercinta membuat kasus HIV/AIDS masih mengancam di tempat umum tanpa kondom," ujarnya. di Indonesia bagian Timur ini. Seorang dokter Yang membuat Mayang terkejut, para siswi di PTT yang sempat ditugaskan di Puskesmas sana juga seolah tidak malu bila hamil di luar Makian, Halmahera Selatan, Maluku, Dr nikah. Mereka berbondong-bondong datang ke Mayang mengatakan, kondisi remaja di sana puskesmas dan meminta obat untuk masih agak mengkhawatirkan. Semasa mengurangi efek mual dan sebagainya. setahun bertugas di tempat ini, beberapa remaja perempuan kerap memeriksakan kehamilan meski mereka belum menikah secara resmi. Semenjak tugas kelompok dihapuskan, kata dia, kasus hamil di luar nikah ini turun drastis. Namun tetap saja, edukasi seks tetap dilakukan. Dia bersama rekan- rekannya aktif melakukan kegiatan penyuluhan ke sekolah-sekolah khususnya SMP dan SMA untuk menyampaikan beberapa poin edukasi pendidikan seks dalam program ABAT (Aku Bangga Aku Tahu).